Cahaya matahari pagi muncul dari balik tirai membuatku perlahan membuka mata. Segala hal yang ada di ruangan itu mulai tampak jelas di penglihatanku, termasuk lelaki di sampingku. Aroma semalam tercium di antara selimut dan sprei yang menyelimuti kami berdua. Tak ingin membangunkan lelaki itu, aku pun melangkah menuju kamar mandi tanpa mengeluarkan suara.
Air hangat menyirami tubuhku dari atas kepala, membuat mataku tertutup. Bayangan lama itu kembali tervisualisasi di benakku. Jackson, akan selalu menjadi fantasi gilaku di saat aku sendiri meski kini aku bukan miliknya lagi.
***
Es dalam kopi dingin di samping laptop yang kugunakan untuk bekerja dari rumah mulai mencair. Mataku tertuju pada udangan pesta tahun baru dari teman kuliahku dulu. Dia mengundangku untuk datang besok malam di Club X pada pukul 10:00 malam bersama pasanganku.
Kualihkan pandanganku pada lelaki yang sedang bekerja di meja depanku. Dia bukanlah lelaki yang senang dengan keramaian dan pesta di club. Dia lelaki yang sangat aman untuk dijadikan seorang ayah, bukan kekasih. Kuurungkan niatku untuk mengajaknya. Aku akan pergi sendiri.
***
Club X sangat ramai malam ini. Hampir semua orang yang datang ke pesta itu adalah orang-orang yang kukenal. Mereka adalah teman-teman pestaku semasa kuliah. Ya, aku adalah wanita yang gila pesta. Malamku terlalu menyedihkan jika dihabiskan sendirian di apartemen. Aku harus keluar dan mencari keramaian agar tidak kesepian.
"Hai, Nicky! Apa kabar?" ucap Alex, berteriak agar suaranya terdengar mengalahkan suara musik yang menggema di seisi ruangan.
Alex, teman gilaku semasa muda. Dialah yang mengundangku ke pesta ini.
"Thank's for invitation!" sahutku.
"Enjoy the party!" tambah Alex.
Aku pun berjalan menuju bar dan mengambil minuman sembari melihat ke sekeliling.
Mataku terhenti begitu pun dengan detak jantungku saat aku menangkap sosok lelaki toxic yang pernah aku kencani dulu, semasa muda. Lelaki itu pun melihatku dan berjalan ke arahku. Bulu kudukku merinding, rasanya seperti melihat Lucifer yang sedang terbang ke arahku.
"Ternyata aku bisa bertemu denganmu di sini," ucapnya, sambil menenteng gelas di tangan kanannya.
"Kau di sini," hanya itu yang dapat keluar dari mulutku setelah sekian lama--2 tahun-- tidak bertemu.
Tiga tahun kami pernah berhubungan sebagai kekasih. Pesta, alkohol, se*, road trip adalah segala hal yang kami sukai. Hingga hubungan itu harus berhenti. Dia pergi meninggalkan negeri ini dan meninggalkanku dengan segala penderitaan dan rehab. Kini, di saat aku sudah menata hidupku kembali seperti sebelum kedatangannya di hidupku, dia datang lagi. Pastinya, untuk menghancurkanku lagi.
Kuteguk habis minumanku. Kusimpan gelas di meja bar dan beranjak dari tempat itu, berusaha menjauhi masalah. Tapi Jackson memegang lenganku dan membawaku ke ruangan VIP. Semua orang yang berada di ruangan VIP keluar begitu Jackson menatap mereka. Lalu dia pun melepaskan genggaman tangannya dari lenganku.
Tatapan itu kembali menghujaniku dengan semua kenangan buruk sekaligus kenikmatan yang pernah dia berikan padaku selama tiga tahun silam.
Jackson mendekatkan wajahnya padaku hingga aku dapat mencium bau alkohol dari nafasnya dan bibirnya kini menyentuh cuping telingaku. "I'm coming back to you.."
Aku mendorongnya jauh, "Enyah kau!"
"Nicky, I'm sorry!" ucapnya.
"Too late."
Aku pun keluar dari ruangan itu dengan jantung yang berdegup kencang seakan telah berhasil kabur dari cengkraman harimau.
***
Kukira kemarin malam aku sudah berhasil kabur dari Jackson. Ternyata tidak. Kini dia berdiri di hadapanku dan rekan-rekan kerjaku sebagai CEO baruku. Aku bahkan tidak tahu bahwa perusahaan yang kujadikan tempatku bekerja adalah perusahaan milik ayahnya. Dua tahun lalu dia pergi ke negeri lain meninggalkanku untuk menyelesaikan master of bussiness tuntutan dari ayahnya. Dan kini dia kembali untuk mendapatkan takhtanya.
Setelah rapat yang mencengangkan itu, aku pun kembali ke mejaku untuk membuat surat pengunduran diri.
'TOK TOK'
"Masuk!"
Aku pun masuk ke dalam ruangan. Terlihat Jackson dengan stelan jasnya tengah duduk sambil menandatangani berkas-berkas di hadapannya. Aku melihat Jackson yang berbeda dengan Jackson yang pernah menjadi kekasihku dulu. Dulu dia sangat sembrono, seperti tidak pernah peduli akan masa depan. Tapi kini aku melihat Jackson yang lebih dewasa, Sang CEO sebuah perusahaan.
Setelah selesai dengan berkas-berkasnya, kini dia pun menatapku. Senyuman terulas di wajahnya. Senyuman itu yang selalu membuatku luluh selama tiga tahun.
Tanpa membalas senyuman itu, aku pun meletakkan surat pengunduran diri di atas mejanya.
"Duduklah!" perintahnya.
Aku duduk dengan patuh, tanpa sadar.
Dia berdiri dari kursinya sambil membaca surat pengunduran diri itu. Kini dia duduk di ujung meja menghadapku. Aku harus mendongak untuk melihat wajahnya yang seperti tidak suka setelah membaca surat yang kuberikan.
"Kau mau menghindar dariku?" tanyanya dengan alis yang berkerut.
Aku menghela nafas. "Demi kesehatan mentalku."
Senyuman licik tersungging di sisi kanan wajahnya. "Jika kau menghindar dariku, kupastikan kau tidak akan pernah bisa lepas dariku!"
Terdengar seperti ancaman. Perlahan jemari kanannya menyingkap kerah kemejaku. "Aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku tahu, aku telah salah karena meninggalkanmu begitu saja. Saat itu, aku tidak punya pilihan. Kini aku kembali."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Coming Back To You
RomanceJackson adalah lelaki paling red flag yang pernah aku kencani. Tapi dia tahu betul yang aku butuhkan dan dia datang kembali di saat aku sudah menata hidupku setelah dia pergi meninggalkanku dulu.