Heeseung mulai meraba kebawah, mengusap batang imut milik si manis ini yang telah mengeluarkan cairan pra ejakulasinya.
"Gatal, ini gatal hee.. ahh!!" Sunoo menghentikan tangan itu. Sembari menatap heeseung, ia membawa tangannya, tepatnya dua jari tengah mereka agar menyapa pusat kenikmatan itu bersama.
Heeseung terkekeh, jadi ini hasil pahatan Jake?
Tidak buruk.
Saat itu hujan turun tak terlalu deras, namun bisa meredam suara desahan sunoo di gazebo itu. Heeseung tampak senang melihat Sunoo frustasi.
Sunoo beringsut mundur, makin menempelkan bagian belakangnya pada Heeseung. Memang sepertinya yang dibawah sana sangat gatal, sekali lagi Heeseung terkekek merasa miliknya digesek bongkahan pantat kenyal itu.
"Hee.. mmph cepatlah.." Rengek Sunoo frustasi dengan godaan Heeseung.
"Kau yakin sweetie? Seseorang mungkin memergoki kita."
Lucunya Sunoo, ia tiba tiba memalingkan pandangan hanya 'tuk melihat sekitar. Di sini sepi, hanya ada rintik hujan dan mereka.
"Lakukan, beri aku kenikmatan itu lagi.."
Salahnya. Memang salahnya mengadopsi iblis kecil ini.
"Ughh--- ouhh ng-ahhh!"
"Agh.. please, jangan di ketatkan."
Heeseung memutar badan Sunoo selagi benda itu tertanam di sarangnya. Sebelah tangannya ia buat menahan tubuh Sunoo sedangkan yang lain ia pergunakan untuk mengambil baju-bajunya untuk menjadi alas Sunoo berbaring.
Heeseung tak sepenuhnya naked, celananya masih menggantung di lututnya dan ia mulai membaringkan Sunoo sembari membenarkan posisi penisnya di dalam.
"Mmnh.. angg! shh.... palli.."
"Yeahh!! mgh!"
Heeseung mengubah aura positifnya, kini saatnya iblis bertemu dengan iblis. Berkali-kali Heeseung menghentakkan penisnya, membenamkannya ke yang terdalam hingga membuat Sunoo merasa tercekik.
"Angghhh! hee--aahh ahh.." Sunoo meremas lengan Heeseung sebagai perwujudan bahwa dirinya puas.
Hujan turun makin deras, pergumulan diantara mereka makin panas. Peduli amat dengan percikan air yang dibawa angin pada mereka.