"Sshh..."
"Eh, kenapa?"
"Kena beling," adunya, manja.
Rony tersenyum dalam hati, saatnya caper pikirnya.
"Ck, ceroboh."
Lanjutnya, "Sini, liat!"
Salma menarik tangan lelakinya, jari telunjuknya luka. Iya, seperti luka pada umumnya. Sayatan kecil.
"Kenapa gak pake plester?" decaknya.
"Kan, cuma luka kecil, Ca." selorohnya, santai.
Rony bengong sebentar, "Emh, tapi sakit..." melasnya, memberi tahu apa yang dirasakan. Lebay. Iya, caper kan.
Salma lalu bangkit, mengambil kotak obat.
Rony memperhatikannya sampai Salma kembali lagi, menahan senyum.
Salma kembali lagi, duduk disofa disamping lelakinya. Mengobati ulang lukanya.
"Meskipun lukanya kecil, tapi tetep harus diplester-in. Nanti kalo kena debu bisa infeksi, Mas. Kamu tuh ya, kalo dibilangin dengerin. Pasti bandel kan? Pasti belingnya dipungutin pake tangan makanya jadi luka kaya gini." Salma mengomel seperti biasa walau sambil mengobati.
Rony tidak ngambek kali ini, ia ingin caper. Hanya diam menahan senyum.
Salma sudah membalut lukanya, menutup kotak p3k.
"Ca, sakit."
Salma mendengus, "Gak usah lebay." cibirnya, mengambil toples makanan. Fokus menonton televisi lagi.
Rony manyun, menyandarkan punggung disofa. "Ck, sakit tau. Kamu udah gak sayang lagi sama aku."
Salma meliriknya malas, "Kalo gak sayang ngapain aku obatin coba?"
Rony manyun saja, menaikan kedua kaki. Bersila disofa, urung menatap Salma.
Salma pun kembali menonton televisi, tangannya sibuk memasukan makanan ke mulut.
Si lelaki meliriknya, diam-diam. Semakin manyun, ia berdecak. "Ck."
Rony bangkit, Salma baru menoleh. "Mau kemana?"
Yang ditanya tak menjawab, menunjuk sebuah tempat disebelah kirinya menggunakan dagu. Tempat itu dapur. Lalu melenggang tanpa cakap.
"Oh."
Salma mengedikkan bahu, melanjutkan menontonnya.
"Oh." Rony mencebir ulang, pelan. Sambil berjalan.
Rony mengambil air di kulkas, lalu duduk dibangku pantry. Menatap halaman terbuka menghadap ke timur, ruang laundry.
Salma menatap punggung lelakinya, menghela napas.
Ia bangkit berjalan pelan, saat dekat Salma memeluk leher lelakinya dari belakang. Rony melirik tanpa cakap, Salma melepas pelukan. Berlalu ke depan lelakinya, menghalangi pandangan menuju halaman terbuka yang sedang Rony lihat.
Salma meraih lengan kiri lelakinya, mengecup telunjuk berbalut plester coklat.
Cup!
Rony menahan senyum.
"Ada cerita apa hari ini?"
Rony berpikir, selama seminggu dia bekerja dia tidak pernah menceritakan perihal orang yang selalu usil padanya, dia hanya menceritakan yang senang-senang saja. Seperti, tempatnya nyaman, kawan-kawannya baik. Meski sebagian. Wajar, namanya juga manusia.
Karena tujuan awalnya caper, Rony melanjutkan saja.
"Aku..."
"Aku?" ulang Salma, Rony malah menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Switzerland (END)
Teen Fiction#Karya 4 [Romance Funfiction] Sequel You're SPECIAL ●○●○●○●○ Switzerland is a dream country bagi seorang gadis untuk melanjutkan pendidikannya disana, namun orang tuanya melarang jika ia hanya pergi seorang diri. Jalan pintasnya adalah ia dinikahkan...