1. Tidak Sengaja

435 66 11
                                    

Langit mendung, cerah, dan malam akan selalu nampak indah di mata sebagian manusia, mungkin akan ada yang menyukai hujan namun tidak dengan langit yang disertai petir nya. Petir selalu terdengar menakutkan bagi sebagian dari mereka.

Derup nafas lelah, dirasakan oleh ke-dua gadis yang berbaring terlentang ditengah lapangan taman mansion keluarga Kim disaksikan oleh langit yang cerah pagi hari. Rasanya sungguh damai untuk untuk kedua Kakak-beradik itu, ditambah matahari pagi tidak terasa panas.

"Sudah Kakak bilang sebelumnya, lebih baik kalau mau ikut olahraga jangan sarapan" Kata Pharita, setelahnya ia melanjutkan berlari mengelilingi taman tanpa menunggu respon Adik-adiknya. Kedua insan yang memang sudah kelelahan memilih acuh atas suara Kakak kedua mereka.

Kedua bungsu keluarga Kim yang awalnya berniat keluar mansion untuk mencari suasana berbeda, lebih singkatnya Mereka sedang bosan di dalam mansion. Namun di urungkannya niat mereka saat tampa sengaja melihat Kakak keduanya yang ingin berolahraga sedang melakukan pemanasan, memunculkan ide berlian ke-dua Bungsu.

Awalnya mereka berdua ingin menjahili Pharita dengan mengajaknya lomba lari tiga putaran di taman mansion yang terbilang tidak kecil, dengan jaminan jika salah satu dari mereka menang, uang jajan selama sebulan ke-duanya di tambah tiga kali lipat dan konsekuensinya jika kalah uang jajan mereka di potong lima puluh persen selama satu bulan.

Rora dan Canny jelas sangat percaya diri, mereka telah sarapan jadi energinya meluap-luap penuh semangat itulah yang ada di benak kedua anak polos itu sebelum memulai perlombaan. Tampa melakukan pemanasan akhirnya pertandingan dimulai.

Pharita sendiri sudah memperingatkan namun kedua anak Bungsu Kim terlalu keras kepala, dan tidak mendengarkannya. Alhasil diputaran pertama Rora dan Canny tumbang merasa lelah dan sakit di bagian perut. Mereka akhirnya berlari ketengah lapangan taman, membaringkan diri, tidak peduli lagi dengan uang jajannya yang akan di potong.

Setelah nafas kedua teratur, Canny memiringkan badannya menghadap ke arah sang Kakak yang terpejam di sampingnya, kemudian ikut memejamkan mata dan menyamakan posisi seperti yang dilakukan Rora.

"Kakak? Langit itu indah kan?" Tanya Canny tampa membuka matanya.

"Benar, Tuhan menciptakannya begitu indah dan menyejukkan" Jawab Rora perlahan membuka matanya menatap lurus keatas langit biru.

"Apakah orang buta juga merasa hal yang sama?" Canny ikut membuka matanya dan kembali memperhatikan objek biru luas itu.

"Hm? Orang buta yaa?" Alis Rora terangkat seraya tersenyum melirik kearah sang Adik.

"Jika dipikir secara logis jelas tidak, mereka bahkan tidak dapat membedakan warna. Jika kita memejamkan mata maka kita akan berfikir. Apakah ini yang dirasakan seorang yang buta? Bukan begitu?" Sambung Rora.

"Iya Kak, aku selalu berfikir begitu. Jika sedari lahir mereka buta. Kegelapan yang menyambut saat lahir dan tidak pernah melihat warna lain selain hitam, jelas mereka tidak dapat membedakan warna. Dan mungkin mereka juga tidak tahu mana gelap dan mana terang" Kata Canny sembari mengangguk.

"Jika Aku buta? Menurut Kakak, apakah aku akan bahagia?" Pertanyaan Canny keluar begitu saja.

"Apakah Adek kecil Kakak ini, sedang ada masalah?" Rora memiringkan tubuhnya menghadap kearah sang Adik.

"Tidak seperti itu Kak, hanya saja pertanyaan itu terlintas di kepalaku" Jawab Canny tampa memalingkan wajahnya.

"Adek sayang, kamu tahu kan rasanya bahagia?" Bukan jawaban, namun Rora melontarkan pertanyaan lagi.

"Hm, rasanya sangat menyenangkan sampai Aku selalu ingin egois dan tidak ingin menghilangkan perasaan itu, tetapi sangat mustahil untuk dipertahankan kebahagiaan" Jawab Canny terkekeh pelan, Rora tersenyum dan kembali ke posisi terlentang seperti sebelumnya.

DO THEY EXIST?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang