01. kurir paket.

84 26 28
                                    

Sore hari senja yang indah dan nan cantik menyambut kedatangan seorang pemuda tampan dengan tas ranselnya sepulang dari perantau yang cukup jauh dan menguras tenaganya. ia turun dari motor Vario putih miliknya, dan segera menuju pintu rumah sederhana tempat tinggal ayah dan sang bunda.

"Assalamu'alaikum" Ucap Alfahry kala sudah didepan pintu, tak lupa ia ketuk terlebih dahulu.

Seseorang menjawabnya dari dalam rumah, "waalaikumsalam!" Jawab seorang wanita --Atari Putri--Bunda fahry. Ia membuka pintu tersebut dan mendapati sang putra yang sudah pulang dari perantauannya, namun bukannya segera mengenali ia malah menanyakan jika Fahry adalah tukang paket keliling.

"paket ya mas?" Ucap Bunda dengan santainya.

Dari balik masker berwarna hitam pemuda jangkung itu terkekeh, "em iya, buk" Balas fahry pada sang Bunda.

"Atas nama Bunda Atari, ya?" Ucap Fahry lagi mendalami peran seorang kurir Paket express.

Atari tertegung sejenak, "A'a! Astaghfirullah~, Bunda kira kurir paket, ya allah~"

Menyadari panggilan yang di berikan sang kurir sama dengan panggilan putra sulungnya itu, yang sedang jatuh di perantauan. Tawa kecil terdengar dari balik masker pemuda itu.

Keduanya saling berpeluk rindu dengan di barengi kekehan Fahry disana, "gimana sehat?, kok cepet pulangnya? Nggak ada masalah kan?" Tuturnya Atari pada sang putra sulung.

Mendengar itu Fahry hanya menggeleng pasti, "ini nggak di suruh masuk dulu bun, anaknya?" Celetuk pemuda itu yang masih berdiri dengan sang bunda diambang pintu berwarna coklat.

"Eh, iya ayok masuk, kelupaan Bunda sangking senengnya kamu pulang" Ajak Atari pada sang putra.

Sela itu juga Fahry melepaskan sepatunya di barengi dengan melepas masker tetapi tidak dengan helm bogo gloss berwarna hitam yang ia kenakan saat itu.

Menit berikutnya seorang gadis pun keluar dari kamarnya "astaghfirullah A'a, itu helmnya di lepas dulu!" Tegur ara pada sang kakak, -- Hasna Aurora chilia adik kandung Alfahry Batarageng sekaligus adik satu-satunya yang ia punya, gadis ini baru sekitar 17th tahun ini. Cantik sudah pasti.

"Biarin fashion baru, kamu nggak tau? Kudet banget!" Pekiknya membalas ucapan sang adik, yang segera menghadiahinya tatapan sinis, kemudian gadis itu segera berlenggang keluar rumah. Tawanya lepas puas melihat reaksi sang adik tunggalnya itu mulai kesal.

"Hahaha"

"Ndok~, mau kemana dah sore~?"

"Jalan-jalan bentar~, sampai depan gang doang, Bun~" Balasnya pada panggilan sang bunda.

"Halah boong tuh, bun paling juga mau nemuin pacarnya" Kompor Fahry pada sang Bunda.

"Sudah-sudah, jangan lama loh ndok~" Lerainya pada sang sulung dan menasehati sang putri bungsu.

Aurora atau sering di panggil Ara. Gadis cantik itu mengangguk dan berlenggang pergi bersama teman-temannya.

Sedangkan di menit berikutnya putra sulung abah Rahman itu sedang beberes melepas penat setelah perjalanan jauhnya sore itu pemuda jangkung tersebut berbaring terlengtang pada kasurnya sembari menatap langit kamar yang di cat putih polos.

Ketukan pintu terdengar, "A'a~, bunda izin masuk yaa?" Punya Atari pada Putranya.

"Iyaa" Balas Fahry sembari membenarkan posisinya menjadi duduk di tepian kasur, wanita itu menyunggingkan senyuman manis khasnya dengan secangkir teh hangat yang ia letakan di meja nakas dekat dengan kasur.

"Istirahat bentar habis itu mandi, terus lanjut makan malam yaa" Ucap wanita itu dengan lembut dan penuh arti sayang pada si sulung.

Pemuda itu menatap lekat wajah sang bunda dengan senyuman tipis dan sedikit anggukan tanda mengiyakan ucapan sang wanita yang hampir menginjak setengah abad itu. "Yasudah bunda lanjut kedapur dulu ya, bentar lagi abah pulang soalnya" Ungkap Atari sembari sekali mengusap kepala Fahry dengan lembut.

Kosan Alfahry || Alfahry BataragengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang