Chapter 1
Legging ketat membungkus tubuh ramping, membuat lekuk tubuh itu tercetak jelas. Itu menyesakkan, tapi jika gadis itu tak memakai benda itu maka akan terkesan tabu untuk acara ini.
Menghela nafas panjang melihat penampilannya yang sangat anggun di depan cermin tembaga, ini bukan diri nya. Ia tak suka di atur. Lebih nyama menggunakan celana yang memudahkan nya bergerak. Itu lebih leluasa.
Tempat itu ramai, banyak orang yang berlalu lalang. Mereka sibuk. Bangunan megah itu tampak di dekor sedemikian rupa, sangat menawan. Arsitektur tempat itu sangat indah nan megah, tampak sangat agung. Yah Istana, kata yang pasti di benak banyak orang menggambar kan sesuatu yang indah. Namun, ini hanya mansion yang di desain sedemikian rupa membentuk istana. tidak degan kehidupan di dalamnya, di sana penuh dengan persaingan. Menjijikan nan memukan.
Berdiri di jendela kamar yang ditempati,u melihat ke arah luar betapa indahnya dan sibuknya mereka di sana. Panggilan dari luar pintu membuatnya tersadar, seseorang di luar memanggilnya keluar.
Ia berjalan dengan gaun putih pulam yang membungkus tubuhnya. Beberapa orang perempuan disana membantu nya berjalan.
Mereka diarahkan ke arah Taman, tempat berkumpul nya orang-orang yang di anggap penting. Gadis dengan gaun putih pulam itu menginjakkan kaki di jalan taman yang telah tampak banyak orang. Ia menjadi pusat perhatian, setiap langka yang di ambil memberikan ketegasan dan kepercayaan diri yang tinggi. Well, ia mempesona, cantik dan anggun.
Malam itu susahnya amat ramai. Banyak yang berlalu-lalang, mereka dominan memakai gaun dan baju formal yang sangat mewah. Menunjukkan setatus mereka dan mulai meninggi. Bercengkrama menukar rasa dudgeon di hati dengan senyuman palsu untuk menarik simpatik.
Heh?, ia tau mereka semua tak ada yang tulus. Di tempat ini? Yah orang tulus hampir mustahil di sini. Tersenyum tipis, menyapa orang yang juga menyapa nya. Ia menutupi sesuatu yang bergejolok dalam dirinya, rasa muak. Melihat kepalsuan dalam mata mereka. Penjilat!!.
Hawa dingin mulai tersa membelai lengan nya yang tak sepenuhnya tertutup kain. Sial!, karena baju kurang bahan ini bisa-bisa aku masuk angin!!. Batinnya dalam hati.
Alunan pianika dan biola terasa mesra di telinga. Mengabaikan hawa dingin, mereka mulai berdansa, menyambut pesta ulangtahun ini. Tarian lembut dengan memasangkan dua genre yang berbeda. Mereka mulai mencari pasangannya masing-masing. Tak ayal, gadis dengan gaun putih pulam itu tak luput dari sorotan.
Banyak yang mulai memberikan tawaran untuk berdansa padanya. Tapi pilihan Gadis itu jatuh kepada sosok pria bermata ruby yang sangat familiar .Pria itu tak banyak bicara, dia hanya memperkenalkan nama dan menawarkan kesediaan untuk berdansa. Dia beda dari semua pria yang ada di sana.
Pria lain di sana serta merta memperkenalkan nama belakang nya. Itu memuakkan menurut nya. Apalagi jika sudah berceloteh dan berbasa-basi tentang pangkat dan kekayaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SangGadis
Teen Fiction⚠️Warning⚠️ Toko utama tanpa nama?!. Krisis identitas!... Karakter abstrak! Kalo gak mau nebak and pusing mending jangan baca!. . . . Tak perduli seberapa jauh kaki berjalan, Seberapa jauh jarak menghadang, Atau seberapa usaha untuk memisahkan. Kare...