7| Laut, Bukan Salahmu

391 53 51
                                    

Namanya Laut Karunasankara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya Laut Karunasankara. Usianya dua puluh tahun.

Di bawah ini, ada nomor telepon saya selaku mamanya, ada nomor telepon papa dan kakaknya juga.

Bagi Anda yang melihat anak saya sendirian dalam kebingungan, tolong segera hubungi nomor salah satu diantara kami.

Atau Anda juga bisa langsung mengantarkan anak saya ke alamat rumah yang sudah tertera. Saya sangat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada siapa pun dari Anda yang sudah membantu anak saya.

tertanda, Inaya 

"Selamat pagi, Dek." Inaya menyibak gorden besar di kamar Laut. Lalu membuka sedikit pintu balkon, agar udara pagi masuk ke dalam kamar. Berbalik badan, Inaya terkekeh kecil kala melihat Laut yang tengah berusaha membuka kedua matanya. "Hayo buka hayo. Katanya mau ikut Mama ke rumah sakit? Sekarang hampir waktu nya, Dek, kita harus siap-siap. Yuk bangun?"

Terdengar erangan lirih dari Laut, sebelum akhirnya berhasil membuka mata. Pemandangan yang pertama kali tertangkap retina adalah wajah ayu seorang wanita. Menebak-nebak di dalam isi kepalanya, Laut berhasil menyimpulkan, jika sosok di depannya ini pasti mamanya.

"Mama?"

"Yaps, ini Mama. Ayo bangun, terus buruan mandi. Nanti air hangat nya keburu jadi dingin lagi." Ada sedikit nada candaan ketika Inaya mengatakan kalimat tersebut. Pagi ini, ibu dua anak tersebut nampak ceria dengan senyum menawan nya.

"Kita mau ke rumah sakit, punya Mama?"

"Correct, bukan rumah sakit punya Mama, itu rumah sakit punya Om kamu lho Dek. Kalau Om kamu denger, bisa ngambek setahun dia haha."

Laut menaikkan satu alisnya—bingung. "Kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa, sih, Om kamu itu memang suka bercanda. Nah, nanti Om kamu ada kunjungan ke rumah sakit. Udah lama juga kita nggak ketemu dia."

"Om itu ... kakak nya Mama?"

"Iya, sayang." Gemas, Inaya mencubit hidung bangir sang putra. "Namanya Om Alen."

"Om Alen ...," gumam Laut yang sepertinya tidak di dengar oleh Inaya. Kemudian Laut menyibak selimut, dan pergi ke kamar mandi seperti perintah mamanya beberapa saat lalu.

Selagi menunggu Laut selesai, Inaya tengah memilah pakaian apa yang akan Laut kenakan nanti. Pilihan nya jatuh pada kemeja hitam bermotif, dan celana berbahan dasar kain berwarna cream. Meletakkan pakaian tersebut ke atas ranjang, Inaya memilih menunggu di bawah sembari menyiapkan bekal sarapan untuk Laut nanti.

LaMei (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang