Who's That?

13 1 0
                                    

Seorang wanita sedang duduk di meja kerjanya sembari mengurus berkas-berkas dokumen yang ia kerjakan. Jam menunjukkan hampir pukul 9 malam tetapi masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Ia memasang raut wajah lelah berharap bisa sesegera mungkin sampai dirumah dan memeluk guling kesayangannya. Tiba-tiba ponsel bergetar sebuah pesan dengan nama yang ia tulis tertera disana.
"Mommy?"

Ia kemudian membuka isi pesan tersebut
"Dena, mommy dan dad akan pergi ke Bandung dan besok baru pulang. Ada acara penting disana. Awalnya kami ingin menunggu dan mengajakmu, tapi kau belum pulang-pulang jadi kami pergi duluan. Kalau  kau takut sendirian di rumah ajak Tessa untuk menemanimu."

Dena merasa kesal, ia kira mommy nya merindukannya dan menyuruhnya untuk cepat-cepat pulang. Ternyata mereka malah pergi ke Bandung meninggalkannya. Ia pun cepat-cepat membereskan pekerjaannya dan bergegas pulang.

Setelah sampai di depan rumah, Dena kemudian masuk kedalam rumahnya dengan langkah ragu. Suasana sepi menyambutnya, hanya gemeratak langkahnya sendiri. Ia kemudian mencoba menelepon sahabatnya, Tessa, untuk menemaninya dirumah tetapi ternyata jawaban disana adalah jawaban yang tidak ia inginkan.

"Maaf, Dena. Aku tidak bisa menemanimu. Aku sedang berada di rumah nenek. Kau bisa minta tolong Ardian untuk menemanimu. Sekali lagi maaf ya." Kemudian sambungan langsung diputus sepihak dari seberang sana.

Ardian. Ya dia adalah kekasih Dena sekaligus tunangannya. Orang tuanya sudah merestuinya dan menganggap Ardian seperti anak sendiri. Tetapi mana mungkin Dena menyuruh Ardian untuk berdua di rumahnya. Ia juga laki-laki normal, bagaimana kalau terjadi sesuatu.

Tidak Dena, ini hanya sehari. Ia akan menyuruh Ardian untuk tidur di ruang tamu. Asalkan ia tidak sendirian dirumah. Ia merasa takut jika harus sendiri walau hanya semalam. Tanpa pikir panjang lagi Dena langsung menelpon Ardian.

"Maaf Dena, aku sedang lembur. Mungkin aku baru akan pulang sekitar jam 12 malam. Aku nanti akan kerumahmu. Aku akan secepatnya kesana, tunggu ya." Ucap Ardian dari seberang sana.

Argghh!! Dena berdecak kesal. Baiklah, mau tidak mau ia akan menunggu. Tanpa ia sadari perutnya ternyata terus berbunyi. Ah, ia belum makan malam. Karena di rumah tidak ada makanan ia pun memesan makanan online. Kemudian menyalakan tv agar tidak merasa sendirian. Walau acaranya membosankan.

Kurang lebih sekitar 30 menit menunggu, terdengar ketukan di depan pintu. Dena bergegas ke arah pintu depan dan membukanya. Kurir menyerahkan makanan tersebut dan tidak lupa Dena mengucapkan terima kasih. Setelah itu, Dena langsung berjalan kembali ke ruang tv dan membuka makanannya. Tiba-tiba lampu mendadak kedip-kedip dan mati. Ia kemudian menyalakan senter dari ponselnya dan bergegas keluar.

Ah, ternyata saklarnya turun.

Ia langsung menaikkan saklar lampunya lagi dan bergegas kembali ke ruang tv. Tetapi baru saja ia duduk lampu tiba-tiba kembali mati. Dena kembali keluar dan mendapati bahwa saklar tersebut tidak turun. Ini mati lampu sungguhan.

Shit!

Dena merasa frustasi malam ini, mau tidak mau ia mencari lilin dengan bantuan senter di hp nya. Setelah ia menemukan lilin dan menyalakannya terdengar suara ketukan di depan pintu.

Tok, Tok, Tok

Ardian?

Dena langsung berjalan kembali menuju pintu depan, tetapi saat ia membuka pintu tidak ada siapapun  disana. Dena mengerutkan keningnya. Ia menengok ke kanan kiri tapi tidak ada siapa-siapa. Ia kemudian menutup pintu tersebut dan kembali untuk menyantap makanannya. Saat ia akan menyuapkan makannya terdengar lagi suara pintu diketuk.

Tok, Tok, Tok.

"Ah, kenapa dia mengerjaiku?." Dena berjalan kembali ke arah pintu depan dengan raut wajah kesal. Tetapi saat ia kembali masih tidak ada siapapun disana. Ia mulai curiga dan merasa takut. Bergegas ia kembali ke ruang tv dan benar saja pintu tersebut diketuk lagi. Sekarang Dena tidak akan membukanya, ia sudah berjalan mondar-mondir beberapa kali dan sampai detik ini ia belum sempat menyantap makanannya. Tetapi pintu tersebut terus diketuk. Ketukan itu terus berlanjut dan bertambah keras. Lama kelamaan bukan suara ketukan pintu yang didengar melainkan seperti gebrakan. Pintu tersebut digebrak dengan kuat seakan sebentar lagi akan lepas dari engselnya jika tidak segera dibukakan. Dena ketakutan, ia sekarang tidak berani membuka pintunya. Kemudian ia berlari cepat ke kamarnya dan menutup dirinya dengan selimut. Persetan dengan makanannya yang mungkin sudah mulai dingin, sekarang yang ada dipikirannya hanyalah menyelamatkan diri dan sembunyi. Tapi kengerian semakin bertambah ketika jendela kamar tiba-tiba terbuka sendiri.

BRAK!

Angin berhembus membuat korden jendelanya tersibak. Dena kemudian bangkit dari kasurnya dan berusaha untuk menutupnya kembali, tapi tiba-tiba ia dikejutkan dengan sosok wanita berambut panjang dengan wajah yang rusak tersenyum ke arahnya dari luar jendela.

BHHAAAAA!

"AAHHH!!." Dena panik dan dengan hati berdebar ia langsung berlari keluar dari kamarnya. Ia kemudian cepat-cepat menyalakan senter hp nya dan bergegas untuk keluar dari rumah. Tapi ia kembali terpikirkan dengan pintu yang digebrak tadi, sekarang suaranya sudah hilang. Apakah hantu itu sudah pergi atau masih ada disana dan menunggunya?

Oh seseorang, tolong aku!. Ada apa dengan rumah ini.

Tetapi keterjutannya tidak berhenti disitu saja. Tiba-tiba sosok wanita berambut panjang itu merangkak di dinding dan menghampirinya. Sosok itu merangkak dengan cepat, kuku yang panjang berwarna hitam, dan kaki jenjang yang kurus seperti menancap menusuk dinding dan bersiap untuk menerkam dirinya.

Syok! Dena tanpa sengaja membanting Hp-nya dan berlari dalam gelap. Tidak lama ia menabrak sesuatu yang tidak keras. Sosok itu kemudian berbalik dan menyorot wajahnya yang terkena cahaya dari bawah.

"Ahhh!" Dena memekik kemudian memukul sosok itu.
"Daddy, mengagetkanku. Kenapa daddy disini, bukannya bersama mom ke Bandung?."

Ayahnya tersenyum kemudian ia menepuk tangannya 2x kemudian selang beberapa detik beberapa orang keluar dari dalam ruangan. Dena melihat ada ibunya, Ardian, dan

"Ahh.... Itu hantunya daddy!!!" Sambil menunjuk-nunjuk sosok itu.
Sosok itu terkekeh "Hei, ini aku Tessa."
Dena menatap tak percaya dengan wajah Tessa yang terlihat rusak. Tessa tertawa dan menyikut Dena bercanda.
"Bagaimana makeup-ku? Bagus kan?." Puasnya sambil berkacak pinggang tanpa merasa bersalah pada Dena.

"PRANK!" Pekik mereka semua yang kemudian disambut dengan kue ulang tahun dan lilin berbentuk angka 21.
"Selamat ulang tahun!" Ucap mereka berbarengan.
"Selamat ulang tahun, Dena anakku." Ibunya tersenyum padanya sambil mendekatkan kue tersebut ke arah Dena.
"Sayang, selamat ulang tahun." Ardian mengelus rambut Dena yang tampak acak-acakkan.

Ah sial, ternyata mereka mengerjainya.

"Kau tahu? Ini semua ideku, karena sebelumya kau mengerjaiku dengan membawaku ke kuburan di malam hari dan meninggalkanku sendiri di sana selama beberapa menit disaat hari ulang tahunku." Kata Tessa sambil cemburut.

Dena terkekeh. Tapi tak apa, itu semua terbayarkan dengan kejutan yang lebih besar. Sebuah kue ulang tahun dan kado. Ia lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya, tetapi ternyata keluarga, pacar, dan sahabatnya tidak lupa. No problem! Dena tampak senang kemudian mereka merayakannya bersama. Ya walau, lampu masih belum menyala mereka menggunakan lilin sebagai penerang. Setelah itu, Dena membagikan kue tersebut kepada ibunya yang pertama, ayahnya, dan menyuapi kue itu untuk kekasihnya, baru yang terakhir Tessa. Setelah selesai mereka berbincang-bincang ringan. Sampai Dena membuka obrolan baru.

"Kalian benar-benar ya, ini kejutan yang gila. Ah, aku merasa sangat ketakutan. Akting kalian memang sempurna. Terutama kau Tessa, kau sangat mendalami peranmu. Bahkan aku terkejut saat kau menakutiku dengan merangkak di dinding."

Mereka yang mendengar itu langsung bergeming. Dena menatap mereka satu persatu dengan bingung. Kenapa mereka diam saja.

"D-Dena apa yang kau bicarakan? Aku hanya menakutimu di jendela, dan suara dari pintu itu Ardian dan ayahmu. Mana mungkin aku bisa merangkak di dinding, kalaupun bisa seharusnya aku pakai tali pengaman." Balas Tessa sambil mengernyitkan keningnya.

Deg!

Dena terdiam membisu, semua yang ada disitu pun sama. Benar juga yang diutarakan Tessa, Dena baru tersadar akan hal itu. Mereka masih bergeming ditempat, seperti tidak berani bergerak dari tempat itu.

Hening.

Kemudian terdengar suara langkah kaki dari suatu sudut memecah keheningan. Dena mengambil lilin yang ada di meja pelan-pelan kemudian dengan keberanian yang dipaksakan ia langsung mengarahkannya ke sumber suara. Mereka nampak sangat terkejut ketika mendapati ada sebuah jejak kaki panjang bernoda merah bertebaran di dinding.

Scary ChroniclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang