Happy Reading!
***
Sampai di rumah Marselino sudah ditunggu oleh Shintia-ibu kandung Moza yang mana Shintia merupakan adik kandung dari ibunya Marselino.
Semenjak ibu kandung Marselino meninggal, Shintia lah yang menjaga dan merawat Marselino. Waktu kecil Marselino tinggal serumah dengan Shintia dan juga Moza. Namun setelah Marselino beranjak remaja, ia memilih untuk tinggal di rumah mendiang ibu kandungnya.
"Habis darimana aja lo? Kelar sekolah bukannya langsung pulang malah keluyuran nggak jelas," tanya Moza dengan tatapan sinisnya ketika melihat Marselino berjalan menuju ke ruang tengah.
"Kepo," sahut Marselino asal-asalan.
"Lihat, kan, Ma? Keponakan Mama yang katanya paling ganteng ini emang nggak bisa ngomong secara baik-baik sama manusia," Moza menunjuk-nunjuk wajah Marselino dengan satu tangannya.
"Modal muka ganteng doang tapi sikapnya naudzubillah! Buat darah tinggi tiap hari!" seru Moza merasa kesal karena Marselino terlambat pulang.
Gara-gara Marselino telat pulang selama tiga puluh menit, Moza harus datang ke rumah Marselino demi memastikan cowok menyebalkan itu pulang ke rumah. Karena sore nanti Kakek sama Nenek akan berkunjung ke rumah yang ditempati Marselino. Makanya Shintia meminta tolong pada Moza untuk membantu Marselino membersihkan rumah.
"Nih pegang!" Moza menyerahkan sebuah sapu ke tangan Marselino. "Buat nyapu lantai. Bukan cuma dilihatan aja."
"Gue urus bagian belakang. Lo urus bagian depan," tegas Moza lalu ia beranjak pergi meninggalkan Marselino dan Shintia.
Sebenarnya di rumah Marselino sudah ada Bibi yang setiap harinya memasak dan juga bersih-bersih rumah. Namun Moza dan Marselino sudah dilatih sejak kecil untuk bisa ikut serta membantu melakukan pekerjaan rumah. Tidak heran kalau sekarang Moza tetap membantu Marselino bersih-bersih rumah walaupun dalam hati Moza masih kesal dengan saudaranya itu.
"Bagaimana sekolah kamu, Lino? Ada kendala atau tidak?" Shintia bertanya dengan suara lembut layaknya seorang ibu yang sedang berbicara dengan anaknya.
"Aman, Tan" jawab Marselino. "Hari ini Lino nggak masuk BK."
Shintia tersenyum lega mendengar jawaban Marselino. Tujuh belas tahun sudah Shinta merawat Marselino semenjak kepergian Nadine-ibu kandung Marselino. Rasanya baru kemarin Shintia menggendong Marselino dan Moza secara bergantian. Tidak terasa mereka berdua kini sudah tumbuh menjadi remaja yang cantik dan tampan.
"Kakek sama Nenek ke sini dalam rangka apa, Tan?" tanya Marselino seraya memulai kegiatan menyapunya.
"Mereka habis ziarah ke makam Mama kamu, Lino" jawab Shinta yang juga ikut membantu membereskan ruang tamu.
"Minggu ini Lino juga belum ke makamnya Mama. Mungkin besok habis sekolah Lino sempatkan buat jengukin Mama," ujar Marselino teringat akan kegiatan rutin di setiap minggunya.
Di setiap minggunya pasti ada satu hari dimana Marselino akan berziarah ke makam almarhum mamanya. Marselino lebih sering datang sendirian dan ia akan menghabiskan waktu yang cukup lama hanya untuk berdiam diri di samping makam Nadine.
"Lino," panggil Shinta. "Tante bawakan kering tempe sama kentang. Terus isi kulkas juga sudah Tante penuhi. Ada telur, sosis, nugget sama bahan makanan yang lain."
"Jadi, Tante tidak mau dengar lagi kabar kalau kamu melewatkan sarapan. Paham?"
Marselino mengangguk patuh usai mendengar nasihat dari Shintia. Anggap saja kalau Marselino benar-benar akan melakukan apa yang Shintia perintahkan. Ya, Marselino memang cukup susah untuk diajak sarapan pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBREAK
Novela JuvenilJulia Amanda-terpaksa pindah sekolah ke Jakarta karena tuntutan pekerjaan orangtuanya. Di hari pertamanya menginjakkan kaki di SMA Gelora, Julia sudah meyakinkan diri untuk tidak berurusan dengan Marselino-si pentolan sekolah idaman kaum hawa. Awaln...