Little Game

535 22 14
                                    

"Bos?"

Sepuluh menit berdiri, Chuuya baru membuka percakapan. Bos nya sejak tadi sibuk berkutat dengan laporan yang terus menumpuk, akibat ditelantarkan secara sengaja. Meski tak kunjung dapat balasan, Chuuya hanya diam. Kakinya entah mengapa sedikit gemetaran. Tidak, Chuuya sudah sering berdiri di tempat tanpa bergerak, bahkan biasanya lebih lama.

Ada sesuatu yang aneh. Ruangan itu ber-AC, tetapi Chuuya merasa panas. Tanpa disadari Dazai memperhatikan anjing kecilnya yang mulai melenguh tertahan. Mata lentik itu terpejam rapat, bibir bawah digigit kuat guna menahan suara erotis yang ingin lolos karena sensasi aneh.

"Kemari." Gestur Dazai meminta surai oren mendekat. Entah sejak kapan berkas-berkas laporan menghilang dari meja. Chuuya didudukkan di atasnya. Sesuatu menonjol dibalik celana, membuat surai oren menutup rapat kakinya.

"Apa yang kau rasakan?" Tanya si bos tepat di telinga Chuuya. Sengaja, ia meniup pelan, sampai lenguh tidak dapat ditahan.

"Yang boleh menggigit bibir ini hanya aku kan? Kenapa chibi melanggar?" Dazai menindih, lalu menekan bawahnya, membuat gesekan hingga pihak bawah mengeluarkan desah.

"Ahn.. mmnn.."

Tangan dominan melucuti pakaian submisif, membiarkan kulit mulusnya bertemu udara dingin AC. Chuuya terengah-engah, panas tubuhnya meningkat. Ujung kemaluan membocorkan precum, lubang anal mulai berkedut, meminta sesuatu masuk. Chuuya melingkarkan tangannya pada leher Dazai, menatap sayu, memohon sentuhan.

"Bos.. p.. panas.."

Memelas adalah kesalahan besar. Karena dengan begitu malah membuat Dazai diam, menikmati pemandangan figur yang tersiksa oleh hasratnya.

"Lalu?" Tanya Dazai, berpura-pura polos tak mengerti kebutuhan anjing kecilnya.

"Enghh.." Chuuya tidak tahan. Tangannya berpindah, meremas dadanya sendiri sembari menggaruk dinding anal, berusaha memanjakan diri.

Sangat menggoda, tetapi belum cukup untuk Dazai menerjangnya. Setiap gerakan, desahan, ekspresi erotis hanya ditonton. Chuuya mengerang frustasi. Lubangnya terasa perih karena ulah sendiri, dada yang ia remas tidak dapat memuaskan nafsu. Kemaluannya masih tegak, tak kunjung mencapai klimaks.

"Bos.. hnn.. tolong.." Chuuya kembali memohon, kaki ia lebarkan bersama dengan pinggul yang sedikit diangkat. Tangannya membuka celana Dazai, berusaha mengambil benda pusaka itu untuk dimasukkan kedalam lubang yang berkedut ingin segera diisi.

"Tidak, Chuuya tidak boleh memulai." Dazai menahan kedua tangan anjing kecilnya.

"Nhh.. bos.. k-kenapa?"

"Ada apa, anjing kecil?"

Chuuya mengerang gelisah, kedua paha dalam ia gesekkan, mencari sensasi nikmat. Seringai terukir dari bibir sang dominan, puas telah membuat submisif nya putus asa.

"Hhaahh.. bos.. kumohon.." Chuuya sedikit terisak, nafsu yang tak kunjung reda rasanya menyakitkan.

Dazai masih menahan diri. Sengaja, menikmati sisi rentan pihak bawah. Dagu Chuuya ia angkat, merekam setiap bagian erotis di wajahnya. Air mata mulai membasahi pipi yang memerah, mulut yang terbuka meneteskan liur, nafas terengah-engah disertai lenguh dan erangan tidak nyaman. Tonjolan di dada menegang, sama seperti batang kecil di antara kedua paha.

Indah sekali.

"Ah~ sepertinya aku tidak akan berhenti meskipun kau pingsan Chuuya."

"Mhh.. bos.. s-sentuh aku," mohon Chuuya frustasi.

"Manisnya~"

Dazai melumat kasar bibir ranum Chuuya, menggigit bagian bawah lalu menginvasi isi didalam. Tangan berperban membelai kulit mulus milik surai oren, terus menurun sampai paha. Bagian itu diremas kuat, menimbulkan desah tertahan.

Nafas Chuuya tersedot habis, namun Dazai tidak berhenti. Lidahnya gencar menyerang, mengecap setiap sisi dengan rakus. Pasrah, Chuuya yang tidak bisa menyesuaikan lumatan bos nya hanya bisa mengerang. Setelah puas, Dazai menarik diri, memperhatikan anjing kecilnya yang  dipenuhi nafsu dengan seringai licik.

"Hhaahh.. bos~" Kedua manik birunya setengah tertutup, hasrat ingin di manja terus meningkat. Chuuya menatap Dazai, kaki diangkat hingga lubang kecil yang berkedut terlihat, meronta-ronta ingin diisi.

"Tolong.."

"Berbalik," perintah Dazai.

Chuuya langsung menurut. Setelah berbalik tubuhnya langsung menungging, seperti anjing lacur yang tidak sabar ingin di gagahi. Dazai diam, berniat membuat Chuuya mengeluarkan kalimat nakal favoritnya.

"Bos.."

"Katakan apa yang kau mau dengan jelas, anjing kecil." Dazai menjilat sensual telinga Chuuya.

"Ngh.. aku ingin.. ak- ahh!" Chuuya tersentak ketika skrotum nya diremas. Ujung batang yang basah diusap, membuatnya berdenyut.

"Anghhh.. ahh~ ngghhaa~!"

Desah memenuhi ruangan. tangan berlapis perban terus mengocok milik pihak bawah. Bongkahan kenyal diremas kuat sembari melebarkan celah selatannya. Rangsangan tersebut diulang berkali-kali, membuat surai oren menggelinjang nikmat.

"Enghh! Nhha.. aku kelu-"

Dazai berhenti.

"Ah t-tidak! Unghh.. jangan.." Chuuya terisak, ejakulasi yang tertunda sangat menyakitkan.

"Anjing kecil yang malang, coba katakan apa yang kau mau dengan jelas." Dazai mengangkat dagu Chuuya. Bagian itu basah karena saliva.

"Bos.."

END

Chapter terakhir selesai, selesaikan stage special untuk mendapatkan bonus scene

"Dih, nanggung banget"

"Ano.. Dazai-san?"

"Hm?"

"Dazai-san sedang apa?"

"Cuma main game- ahh seperti nya aku harus ke kamar mandi, hehe"

💦

Chap ini sekedar pembuka aja ges, aku cuma mau tau pendapat kalian.

Jujur aje sebenernya sy sedang tidak mood ngetik, kalo ada kesalahan tolong koreksi ya💋

Anjing PenurutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang