Bismillahirrahmanirrahim.....
Happy reading"Benarkah?"
Aku terkejut ketika mengetahui fakta bahwa Arkian tidak lagi mengajar di sekolah luar biasa ini lagi.
Aku sudah mengobarkan sebagai waktu dan kesabaran ku untuk belajar bahasa isyarat. Tapi, sekarang orang yang ingin aku ajak berkomunikasi dengan bahasa isyarat itu telah pergi entah kemana. Pihak sekolah bilang dia mengundurkan diri dengan alasan pribadi dan tidak ada satupun dari pihak sekolah yang mengetahui tempat tinggalnya atau tujuan dia pergi.
Entah kenapa aku begitu terobsesi kepada Arkian. Bukan terobsesi, tapi aku sudah merasa nyaman dengannya dan ingin lebih dekat dengannya.
"Memang mbak ini siapanya Arkian?" Tanya salah satu pengajar yang berada di hadapan ku.
"Emm, saya temannya. Kebetulan saya ada perlu pada Arkian."
"Oh seperti itu, nak Arkian orangnya memang sangat tertutup, jadi tidak banyak yang tahu tentang kehidupan pribadinya." terang pengajar tersebut
"Baiklah, terimakasih buk, maaf sudah merepotkan"
Rasanya sangat sungkan ketika aku ingin berpamitan, sebenarnya aku masih ingin bertanya lebih jauh. Namun, setelah mendengar penuturan pengajar tersebut aku menjadi berpikir kembali untuk menggali tentang kehidupan Arkian. Apalagi aku bukan siapa-siapanya Arkian, begitu tidak sopan untuk terus bertanya.
Pengajar tersebut tersenyum mengiringi kepergian ku dari tempat belajar para anak disabilitas.
.......
"Ayo naik!"
Aku tetap bergeming tak menuruti perintah lelaki yang akhir-akhir ini selalu mengganggu hidupku.
"Mau nunggu bus sampe kapan? Bentar lagi turun hujan loh, jarang-jarang cowok ganteng kaya gue ngajakin orang lain naik mobil gue." Ucapnya kembali.
Ternyata selain suka mengganggu hidup orang lain, dia juga narsis, kepedean, dan pemaksa. Memang sepertinya Afriza terlahir untuk menjadi manusia dengan sifat yang tidak aku sukai.
"Terimakasih atas tawarannya tapi, sudah aku bilang kalau aku ingin naik bus saja. Jadi silahkan pergi duluan"
Yah, sepulang dari tempat Arkian mengajar dulu, aku bergegas langsung berniat untuk pulang. Tapi tidak di sangka jika harus berpapasan dengan senior kampus yang membuat kesabaran ku selalu teruji.
"Lo takut gue culik?" Afriza menaikan sebelah alisnya seraya tersenyum tak percaya
"Iyah!" Jawabku singkat lalu memalingkan wajah dari hadapan Afriza
"Buahahaha!" Aku terkejut ketika mendengar tawa Afriza yang menggelegar, dia memukul- mukul stir mobil sembari terus tertawa sampai sudut matanya mengeluarkan bulir air mata.
Aku hanya mengelus dada melihat kelakuan Afriza dari luar jendela mobilnya. Sudah aku duga jika dia adalah orang aneh yang di beri paras istimewa oleh Tuhan.
"Aduh, perut gue sakit! Ahaha cape banget ketawa gak bisa berhenti!"
"Siapa juga yang nyuruh buat ketawa, emang apa yang lucu coba?"
"Lo! Jokes Lo itu garing tapi bikin gue ngakak Mulu serius deh,"
Perasaan, dia sendiri yang buat jokesnya. Aku hanya meng iya kan saja, tapi kenapa jadi dia yang merasa aku memberikan jokes padanya.
Aku hanya menghela nafas dalam-dalam tanpa berniat melanjutkan obrolan yang tak berfaedah ini.
"Udah ayo buruan naik! Gue tau lo udah nunggu bus dari tadi, lagian apa ruginya kalo di culik cowok ganteng kaya gue?"
"Maaf kak Afriza, saya tidak bisa sembarang menerima ajakan orang asing" tolakku ramah dengan mengeluarkan jurus andalan yaitu sikap lembut dan sopan santun ku.
"Gue bukan orang asing Ghea, gue kan calon imam Lo." Bantahnya di iringi senyuman yang menampilkan lesung pipi yang terpatri di wajahnya.
Ah ya ampun bisa-bisa aku jatuh cinta jika terus di suguhi senyuman seperti itu. Namun aku segera menepis pikiran tersebut setelah dia kembali tertawa seolah menertawakan reaksi wajahku.
Jika dia menganggap lelucon setiap kata-kata ku, maka aku juga akan memainkan peran yang sama terhadapnya.
"Baiklah, ayo antarkan aku pulang wahai calon imam!" Ajakku setalah memasuki mobilnya. Afriza terlihat mengerutkan keningnya heran, lalu mengalihkan pandangannya dariku. Sepertinya dia terpesona dengan senyuman indahku ini.
"Lo itu jenis manusia yang susah di tebak tau gak? Kadang begini, kadang begitu"
"Bukankah perempuan memang seperti itu?"
Afriza tak menjawab pertanyaanku, dia memilih fokus menyetir mobil dengan senyuman tak kunjung luntur dari wajahnya. Apa dia sesenang itu karena aku menerima ajakannya? Hah entahlah, siapa peduli.
Dan ternyata hujan turun begitu deras saat aku masih di perjalanan pulang bersama Afriza.
"Nah kan, apa gue bilang. Hujan tuh!" Tunjuknya padaku
"Tau kok, orang aku gak buta!"
Hening, tidak ada sepatah katapun setelah ucapanku tadi, hanya suara hujan yang menghiasi keheningan di dalam mobil ini. Mobil Afriza berhenti saat lampu merah, perasaan bosan menyerangku, aku mengedarkan pandanganku ke luar jendela mobil. Hujan mulai mereda dan semua orang mulai berlalu lalang kembali.
"Tunggu!" Ucapku lantang pada Afriza yang hendak melajukan kembali mobilnya.
"Kenapa?"
Aku membuka pintu mobil lalu keluar tanpa menghiraukan pertanyaan Afriza,
BRAAAK!
Ku tutup pintu mobil lalu berlari meninggalkan Afriza tanpa menghiraukan pertanyaannya. Aku terus melangkah mencari keberadaan orang yang tadi mencuri perhatian ku.
"Hey, tunggu!" Panggil ku seraya terus melangkah kaki menuju pria tersebut.
Aku berlari menghampirinya tanpa memperdulikan bajuku yang basah terkena air hujan. Aku langsung menepuk bahunya ketika berhasil mengejar langkahnya yang besar.
21 April 2024/ Ahad
Ya Allah males banget ini kenapa ya Allah???
Ampir sebulan lebih gak nulis, padahal targetnya pengen tahun ini nyelesaiin satu cerita. Kalian suka gini juga gak sih friend?Thanks buat yang udah mampir dan vote, sehat2 makhluk bumi.... Babay
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNYI (On Going)
RomanceApa jadinya jika seorang pria tunarungu menggagalkan rencana bunuh diri seorang gadis? Sehingga terlibat kisah percintaan dan keluarga yang rumit. Alula Gheafiyona seorang mahasiswa jurusan manajemen yang awalnya hidup sempurna kini harus menerima...