new life

23 5 1
                                    

10 tahun berlalu,

"Vian .... Udah papa bilangin jangan main air.. cepetan mandi nya. Kita telat ini!!"

"Ah papa!! Jangan masuk!! Vian lagi telanjang!!!"

Romeo terkekeh lucu. Ditatapnya bocah berusia 10 tahun yang lusa tepat hari ulang tahunnya.

Romeo berkacak pinggang. Hanya mengenakan handuk. Dan ia sudah terbiasa menganggu anak semata wayangnya agar cepat selesai mandi.

"Entar kita telat Vian... Kita ketinggalan kereta api nya nanti.. nenek udah nungguin disana"

Oh, Vian lupa. Hari ini mereka akan berlibur ke rumah sang nenek. Vian segera bergegas menyelesaikan ritual mandinya.

Saat Romeo masuk vian buru-buru memakai handuknya.

"Papa gak sopan.. aku belum keluar loh!! "

"Dih.. ngapain malu.. kan papa mu sendiri ini. Lagian burung kamu kan sama kayak punya papa"

"Akh.. gak!! Beda!! Punya papa gede!! Mana banyak rambut nya Vian gak suka.. udah ah sana mandi!! Entar kita telat"

Vian melengos meninggalkan Romeo yang tertawa lepas mendengar penuturan anaknya barusan.

Menjadi single parent tak membuat Romeo kehilangan sosok ceria anak nya.

Alvian Traccer.

Anak semata wayang Romeo dan Romeo begitu menyayangi nya.

"Vian... Inhaler mu udah disiapin?"

"Didalam tas beruang papa.. Vian gak lupa"

"Good boy"

"Udah semua kan.. kalo gitu ayok berangkat pa"

"Eh ..kita pamit ke oma kamu dulu"

"Telpon aja, pa. Vian males ketemu Oma cerewet"

Romeo menghela nafasnya. Satu sifat Vian yang susah ia ubah. Vian sangat keras kepala.

Entah mengapa Vian sangat tidak menyukai Oma nya. Ibu dari almarhum istri nya.
Namun meski begitu, Romeo tahu bahwa Vian juga menyayangi Oma nya.

Berangkatlah mereka menuju stasiun kereta. Vian menggenggam erat tangan besar sang papa. Begitu banyak orang berlalu lalang disini. Vian sampai pusing melihat banyak orang.

"Vian ..asma kamu kambuh lagi?"

"Vian cuman pusing pa, "

Romeo segera menggendong Vian. Tak mau Vian kelelahan dan tidak menikmati perjalanan mereka nanti. Namun nyatanya, Vian tertidur lelap sepanjang perjalanan.

Jemari Romeo sibuk mengelus rambut Vian yang tertidur di pangkuannya. Namun, fikiran nya melalang buana. Memikirkan sosok yang dirindukannya setiap malam. Yang hingga kini tidak diketahui keadaan nya ataupun keberadaannya.

Waktu tempuh perjalanan masih tersisa 1 jam lagi. Romeo lebih memilih memejamkan matanya. Sekedar melepas penat. Bagaimana pun juga. Fokus utama kebahagiaan nya kini hanya Vian. Bukan siapa pun atau bahkan masa lalu nya.

.
..

..

"Jul... Dipanggil pak Bos!!"

"Ngapain?"

"Diajakin makan siang kali. Gak tau gue"

Julian menghela nafas. Aksi flirting sang bos sudah membuatnya bosan. Lebih dari setahun sang bos gencar mendekati Julian saat tahu bahwa Julian gay.

"Iya pak, ada apa?" Tanya Julian begitu masuk ke ruangan.

"Aku udah pesenin kamu makan siang. Kita makan siang disini aja . Duduk sini"

Die For You (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang