Siapa yang menyangka bahwa hanya untuk mencari sebuah kado untuk anak kecil berumur 10 tahun bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam seperti yang di alami Ardan.
Demi Julian yang keukuh ingin memberikan sebuah kado juga, Ardan harus rela berjalan mengitari sekitar mall mengikuti kemana arah Julian melangkah.
"Serius Julian.... Kaki kamu gak capek?" Keluh Ardan.
"Bapak udah capek? Aduhh faktor U tuh" canda Julian sembari tersenyum lucu.
Di katakan seperti itu, membuat Ardan darah tinggi. Dengan gesit ia mengambil semua barang yang di bawa Julian lalu berjalan mendahuluinya. Seolah menunjukkan bahwa ia pria perkasa.
"Eh, pak gak usah maksa gitu ntar jiwa jompo nya makin gak kuat" gurau Julian semakin menjadi. Meski begitu ia juga merasa kasihan dengan Ardan. Julian memutuskan untuk menyudahi acara jalan jalan nya. Sebenarnya hal ini untuk mengurangi mood nya akibat ulah Sinta tadi, namun sekarang Julian benar benar terhibur dengan perlakuan Ardan.
"Udah yuk pak kita cari makan dulu. Abis itu pulang"
Yang di tanya hanya diam membisu namun tetap menuruti perkataan Julian. Setiba nya mereka di sebuah resto, Julian tanpa ragu memesan makanan untuk dirinya dan juga Ardan. Tak perlu bertanya karena selera Ardan hampir sama dengan Julian.
"Gak usah marah gitu dong pak. Saya cuman bercanda"
"Lian sampe kapan kamu memanggil saya dengan sebutan itu. Just call me Ardan okay?"
Julian tak bisa. Sulit untuk melakukan hal itu. Entah mengapa?
"Malam ini... Bisa gak untuk menginap di rumah aku lian?"
Julian tak ingin menolak permintaan pria baik seperti Ardan. Ajakan seperti ini biasanya akan mengarah kepada sex.
Setidaknya sudah lebih dari sebulan yang lalu mereka melakukan hubungan seksual. Ya, hubungan mereka ternyata sudah sejauh itu meski tidak ada kejelasan dalam hubungan keduanya. Faktanya sejauh yang ia ingat, Ardan tidak pernah berani mengutarakan perasaannya pada Julian. Entah Ardan yang belum siap dengan pengakuannya atau Ardan yang takut dengan penolakan Julian karena Ardan sudah tahu hasilnya.
Ditengah kediaman keduanya yang sedang menikmati hidangan, ada seorang anak kecil yang tiba-tiba menghampiri mereka.
"Om.... Boleh pinjem hape nya?"
Julian sedikit bingung. Matanya menatap Ardan meminta bantuan. Ardan hanya mengangguk dan berakhir Julian memberikan ponsel miliknya.
"Makasih om!"
"Adek namanya siapa? Terus sama siapa kesini?"
"Nama aku Vian om. Tadi sama papa aku. Cuman Vian tersesat. Ini pinjem hape om buat nelpon papa"
"Emang kamu Inget nomor papa kamu?"
"Inget! Karena Vian pinter om!!"
Sedikit ragu Julian akhirnya memberikan ponsel nya. Tak lama setelah nya terlihat bocah itu tengah sibuk menelepon orang tua nya sembari tangan nya berkacak pinggang. Raut wajahnya menggambarkan kekesalan.
"Vian gak mau tau..... Pokoknya jemput Vian di mekdi.....ini ada om om baik yang mau nolongin Vian"
"Ya tuhan , bocah! Papa nyariin kamu kemana mana!! Udah diem disitu. Papa kesana"
"Tapi nanti ke mixue yaa"
"Udah tunggu disitu"
Vian pun mengembalikan ponsel kepada Julian. Sedangkan Ardan tampak diam meski matanya sedikit berbinar. Yang dilihatnya sekarang bocah lucu menggemaskan yang ia ingin bawa pulang untuk kado kepada El agar keponakan nya memiliki teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Die For You (BL)
RomanceJulian sadar ia tak bisa menggapai Romeo kembali. Ia tak bisa memiliki Romeo lagi. Tapi mengapa setelah sekian tahun lalu pertemuan itu datang Takdir membawa Julian untuk menyelamatkan Romeo. Bisakah Julian berharap mereka kembali bersama?