02.Awal pedekate

1 0 0
                                    

"Rembu sayang teman kamu nungguin nih katanya mau berangkat bareng"mami sambil mengetuk pelan pintu kamar anak nya "siapa mi perasaan orlin ga bilang kalau mau berangkat bareng"bulan yang sambil membuka pintu kamar nya. "Mami jua ga tahu yaudah kita turun dulu kasian teman kamu nungguin"mami menarik tangan rembu dengan lembut dan membawa rembu untuk turun kebawah.

"Hai bulan"sapa ramji,
Ramji ngapain kamu disini batin bulan "heh hai"pupil mata bulan melebar melihat ramji ada di rumah nya. "Ayu bulan kita berangkat"ajak ramji di depan mami papi bulan "ramji minta ijin ya Tante om buat ngajak bulan berangkat bareng" tanya ramji sambil mencium tangan kedua orang tua bulan.

"Iya hati-hati ya jangan ngebut-ngebut ya ramji bawa bulan nya"ucap mami "yaudah rembu pamit ya mi Pi"sambil mencium kedua pipi orang tua nya dan mencium tangan mereka "iya sayang hati-hati ya" papi mengelus rambut bulan depan lembut dan memberi uang jajan, "iya rembu pulang dulu byee"bulan sambil melambaikan tangan kepada kedua orang tua nya.

Sesampainya didepan mobil ramji membukakan pintu mobil untuk bulan "silahkan masuk tuan putri" ucap ramji "hmm makasih"jawab bulan, sesudah bulan duduk di kursi mobil ramji "kamu ngapain sih jemput saya, saya gak butuh jemputan dari kamu" bulan kesel karna kedatangan bisa saja membuat orang tua nya berpikiran kemana-mana soal ramji "gw cuman mau jemput lo aja ko gak lebih emang ada yang marah kalau gw jemput lo hm." Ramji melotot kepada bulan "gaa ada"jawab bulan dengan cepat.

10 menit kemudian mereka pun sampai di sekolah nya.

Ramji menuju ke parkiran untuk memarkir mobil nya, dan ia cepat-cepat mobil untuk membuka pintu mobil nya buat bulan "silahkan tuan putri"sambil mengulurkan tangannya, dan banyak murid-murid memperhatikan mereka berdua "apaan sih kamu"ucap bulan sambil menutup muka nya menggunakan tangan nya karena malu dan tidak mau jadi bahan gosip satu sekolah.

"Ingat kata Tante Dira gw ini di tugaskan untuk menjaga Lo jadi Lo harus pegangan sama gw agar Lo gak kenapa-kenapa." Tanpa berlama-lama ramji pun menggenggam tangan bulan degan penuh kasih sayang "iya tapi gak usah lebay jua dan gak boleh sentuh-sentuh bulan "bulan melepas pegangan mereka karena bulan sadar sepanjang jalan ia menjadi gosip.

"Good morning orlin"bulan sambil memeluk badan sahabatnya itu "morning juga bulan"orlin membalas pelukannya, "wah sahabat nya doang nih di peluk, pacarnya gak nih??" Tanya gio sambil menunjuk ramji yang sedang berada dibelakang tubuh bulan yang berhasil membuat bulan dan orlin kaget "heh Lo punya pacar lan ko gak bilang"wajah orlin menjadi tidak semangat dan suntuk, "emang siapa pacar bulan??" Tanya orlin kepada gio
"Itu siapa lagi kalau buka dia"gio menunjuk ramji yang sedang berjalan untuk menaruh tas di tempat duduk nya."ya udah kita duduk aja"bulan menarik tangan orlin biar dia duduk ditempat duduk mereka.

"Beneran Lo jadian sama ramji"tanya orlin, dengan penuh penasaran dan untuk memastikan apakah gio tidak bercanda"ehh ga ada ya saya gak pacaran sama dia"jawab bulan sambil mengambil novel dalam tasnya "yang ada kalian kali pacaran ngaku aja"bulan menunjuk gio dan orlin, kebetulan gio ia duduk di kursi kosong yaitu di sebelah ramji,"eh kita mah belum jadian paling bentar lagi iya kan Lin"gio sambil mencolek-colek tangan orlin dan orlin malu-malu kucing, "oh jadi kamu kenapa gak cerita sama saya kalau kamu dekat sama gio" wajah bulan menjadi tidak semangat.

"Eh bulan bukan gitu gw cuman belum sempet cerita aja hehe"jawad orlin.

Bell berbunyi menandakan masuk jam pertama

"Assalamualaikum anak-anak perkenalkan nama ibu Lela Anggraini ibu mengajar biologi" ibu Anggraini adalah tipe guru yang tidak bisa diajak bercanda karena prinsip ibu Anggraini ketika memulai pelajaran gak ada yang memulai pembicaraan kecuali ibu Lela menanyakan hal kepada murid tersebut dan kalau ada yang berani membantah guru tersebut akan dapat hukuman mukkin pus up 50 kali bisa juga keliling lapangan selama 5 putaran.

DIA RAMJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang