Ibu Peri?

408 27 0
                                    

Jam 09.30

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, tapi Mahendra tidak kunjung membukakan pintu gudang.

BRAK!

BRAK!

BRAK!

Suara pintu di ketuk kencang menggema di sekitar ruangan yang ada di sekitarnya.

Marvin yang kamarnya memang berdekatan dengan gudang terbangun.
Suara pukulan itu masih tidak selesai juga. Akhirnya Marvin keluar lalu berjalan ke depan gudang dan berteriak.

"WOI ANJING! BISA BERHENTI GAK SIH, GW JADI KEBANGUN GARA-GARA LU TAU GAK, BANGSAT!!!!" Marvin diam-diam  mencari cadangan kunci dari kamar Mahendra.

Setelah mendapatkannya ia langsung pergi ke depan gudang dan membuka kuncinya.

Biru yang berharap bahwa ia bisa keluar dari sana tidak jadi.

Senyum manisnya seketika pudar ketika melihat yang membukakan pintu itu adalah Marvin bukan Mahendra.

Dught!

Dught!

Dught!

Dang!

Plak!

Pukulan dari Marvin yang sedang kesetanan mengenai kepala, perut, serta punggung Biru.

"U-huk, b-bang b-ber-henti- s-sa-k-kit u-huk. " Ucap Biru dengan terbata-bata.

Marvin bukannya berhenti ia malah menarik kerah baju Biru dan membanting tubuh Biru ke lantai itu.

Dught!

Tendangan terakhir yang di lakukan oleh Marvin sebelum meninggal kan gudang.

"Akh–s-sakit." Biru yang melihat pintu gudang sudah terbuka pun pergi ke kamar nya.

Di kamar Biru mulai mandi dan memakai pakaian.

"S-sakit." Ucap biru sebelum memakaikan pakaian ke tubuh ringkih nya. Di lihatnya wajahnya putihnya yang masih ada bekas tangan Marvin.

"Ah." Desahnya kasar merebahkan tubuh nya ke kasur.

"Emm, Kira-kira daddy bakal marahin Biru gak ya? " Biru berpikir sejenak.

" Kalo iyaaa, Kira-kira hukuman apa yang bakal Biru dapetin. " Sa biru masih berkutat dengan pikiran kacaunya hingga tak menyadari jika sang ayah memanggilnya.

"SABIRU!! KELUAR KAMU!!! " Teriak Mahendra di depan kamar Biru.

"Ah iya dad. "

'Gawat nih daddy pasti bakal marah karena aku udah keluar tanpa izinnya. '
Batin Sabiru ketakutan. Dia dengan perlahan membuka pintu dan tiba-tiba ada tangan yang menampar pipi mulus nya.

Plak!

Suara tamparan mengenai pipi kiri Biru.

" SUDAH BERANI MEMBANGKANG SEKARANG?! HAH!? DASAR TIDAK TAU DIRI!! " Bentak Mahendra pada Sabiru yang masih terdiam.

"M-maaf." Sabiru menunduk ketakutan, tangan dan seluruh badannya ber gemetar hebat.

"Sekarang masuk kembali ke gudang jangan harap keluar hari ini. " Mahendra memerintahkan Sabiru untuk pergi ke gudang.

"T-tap-" Belum selesai Sabiru berkata, Mahendra sudah menyelah ucapan nya.

"GAK ADA TAPI TAPI AN, SEKARANG MASUK!!! " Bentak Mahendra lagi.

"I-iya Daddy, B-biru n-ngerti k-kok. " Gugup nya lalu berjalan ke gudang dengan Mahendra yang di belakangnya.

Ruangan yang bernuansa gelap itu terlihat sangat menakutkan, baginya.

Brak!!

Pintu di banting kencang oleh Mahendra yang membuat Sabiru kaget. Setelah mengunci pintu Mahendra pun bergegas pergi meninggalkan Sabiru di sana sendiri.

Sabiru di sana hanya bisa menangis sambil memeluk kedua lututnya. Saat bersamaan juga ada cahaya yang masuk ke penglihatan Sabiru. Dilihatnya ada wanita cantik yang menghampiri nya.

"Haloo anak baik, kenapa nangis hmm? " Tanya wanita cantik nan manis itu.

"Emm, b-biru d-di k-kurung di gudang lagii. " Ujarnya sedikit gagap karena tangisannya.

"Aoo, begitu sudah tidak usah menangis,
Anak hebat gak boleh menangis. Biru mau kan jadi Ultraman? " Hibur wanita itu.

"Biru gak mau jadi Ultraman mau nya Spider-Man. " Koreksi nya.

"Ah iya itu, Biru gak usah nangis ada ibun disini jadi Biru gak usah nangis oke? " Biru yang mendengar nya hanya mengangguk lucu.

"Emm, nama ibun siapa? " Biru bertanya pada wanita itu.

"Ohh, nama ibun ituu Jessie, Biru bisa panggil ibu Bu Jess, oke? "

"Oke siap Bu Jess. " Jessie dan Sabiru mengobrol banyak hingga tak terasa waktu sudah malam.

"Duhh, Biru ibu pergi dulu yaa. " Pamit Jessie pada Biru.

"Ibun mau kemana? Biru ikut. " Mohon nya pada Jessie.

"Maaf ya Biru kamu gak boleh ikut ibun, ini ibun kasih ini kalo kamu kangen tinggal pencet aja ya, nanti ibun bakal dateng buat nemenin Biru lagi, okee dadah anak ganteng –Cup." Jessie memberikan kecupan singkat di kepala Biru lalu menghilang dari sana.

"Ibunnnn, jangan tinggalin Biru disini, Biru takut. " Tangis Biru pecah karena dia ditinggal oleh wanita itu.

Malam Biru hanya ia isi dengan tangisan yang bisa meng iris hati.

"Ibun, besok temuin Biru lagi ya. " Ucap nya sendu sambil memegangi benda yang di berikan oleh Jessie sebelum meninggalkan nya.

























TBC
Gimana ngefeel gak?
Maaf ya kalo gak nge feel
Setuju. Gak kalo Nanon juga bakal ikut jadi peri, biar bisa barengan sama ibu perinya biruu hihi.
Janlup votment guyss
Byee.

Janhae
AS
Jessi (ibu peri.)

)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Juga Ingin Bahagia (Mileapofamily) (BxB) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang