00

551 81 23
                                    

•RENATA | •LUNA| •JUNA| •LILY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•RENATA | •LUNA| •JUNA| •LILY

Sore yang cerah, di tahun 2024. Juna kepala rumah tangga sedang berdiri di samping istrinya yang sedang mengobati luka di kaki putri bungsu mereka, Lily. Sementara gadis kecil itu tidak berhenti menangis histeris.

"Huaaaa hu hu huaaa...ngga mau ma! Nggak mau!!!"

Dengan langkah terseok-seok, Lily kabur ke sudut sofa.

"Sebentar sayang, nanti nggak sakit lagi kok-- mana sini mama bersihin dulu lututnya"

"Kalau nggak diobatin nanti lukanya di tumbuhin kuman. Jadi tambah sakit, adek nggak bisa main lagi sama papa" ucap juna, mengatur napas lelah.

Juna baru saja pulang dari kantor, lalu Lily seperti biasa mengajaknya bermain di halaman belakang, permintaan yang tidak mungkin juna tolak, karna meskipun ia lelah, bermain dengan keluarga kecilnya adalah suatu rasa syukur yang bisa mengembalikan moodnya. Lily adalah anak yang sangat lucu dan riang, ia selalu punya banyak ide permainan, walaupun selalu dipenuhi dengan aksi kejar-kejaran dan persembunyian. Kali ini juna adalah monster tumbuhan yang membutuhkan bunga untuk dimakan, sementara Lily adalah bunga yang harus juna kejar.

Hingga gelak tawa itu tiba-tiba berhenti menjadi suara tangisan yang membuat renata dan luna di ruang santai kebingungan. Disaat ayah dan anak bungsu itu sibuk kejar-kejaran, sang ibu sibuk menjelaskan bagaimana hujan bisa terjadi pada si sulung, yang memang lebih tertarik dengan buku dari pada alam luar. Luna mewarisi hampir semua gen ibunya yang kalem, pendiam, lemah-lembut, sementara Lily adalah juna kecil versi anak perempuan. Mungkin sekarang dia sudah sangat berwibawa, tapi masa kecilnya penuh dengan hal-hal lucu dan abstrak, setiap hari ia mencari sampah untuk sampel penelitian--ya, juna kecil terobsesi menjadi ilmuwan yang memanfaatkan limbah menjadi alat yang berguna.

"Huaaa nanti lutut adek ada kumannya? Nggak mau!"

"Nah, nggak mau kan. Sini mama liat dulu lutut adek" ucap renata menghapus air mata di wajah Lily, sementara juna menggendongnya agar sang istri lebih mudah mengobati Lily.

Di ruang santai, si sulung sesekali memperhatikan kegaduhan yang terjadi walaupun masih sangat fokus dengan buku di atas meja, dan susu vanila yang tadi dibuatkan oleh mama.

Luna tentu saja khawatir dengan keadaan adiknya, Lily. Namun mengingat Lily selalu cedera hampir setiap minggu karna tingkah nya yang terlalu aktif, jadi kali ini Luna hanya akan menunggu kabar baik dari mama nantinya setelah lukanya diobati.

Jika dilihat sekilas Luna dan Lily layaknya anak kembar, wajahnya terlihat sangat mirip kecuali area wajah Lily yang full pipi, apalagi perbadaan umur mereka yang begitu kecil, hanya berbeda satu tahun. Dimana saat Luna baru usia empat bulan, Renata merasa tidak enak badan, pusing, mual, pegal, nyeri. Perasaannya menjadi semakin dagdigdug, saat menyadari kalau jadwal datang bulannya sudah telat, walaupun ia tau bahwa dia tidak mungkin hamil karna luna masih full ASI, yang bisa menjadi KB alami. Secara teori metode kontrasepsi laktasi (MEL) adalah metode kontrasepsi yang mengandalkan pada efek menyusui terhadap kesuburan wanita setelah melahirkan. Ini bekerja dengan memanfaatkan fakta bahwa menyusui secara eksklusif dapat menekan ovulasi dan mencegah kehamilan. Namun, ternyata tidak berlaku pada semua wanita. Renata mencoba melakukan testpack dihari yang sama dan benar, hasilnya positif.

keluarga kecil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang