Blaze tak pandai dalam pelajaran. Nilainya berbeda jauh dari milik Ice. Jika Ice mendapat nilai 90 maka Blaze mungkin akan mendapat nilai 50 atau 40. Baik Halilintar maupun Gempa sering memarahinya karena ini, Ice juga sering mengejeknya. Mereka mengatakan Blaze malas belajar padahal mereka tidak tau jika Blaze sudah berusaha agar nilainya paling tidak mencapai KKM. Kali ini pula Blaze tengah berharap-harap cemas dengan nilainya.
Ini adalah hari penerimaan raport, Halilintar berkata dia yang akan mengambil raport milik Blaze sementara Gempa mengambil milik Ice. Sementara Taufan akan mengambil raport milik Duri dan Solar karena keduanya berada di kelas yang sama.
Blaze takut. Halilintar pasti akan marah padanya jika melihat nilainya tidak meningkat sama sekali. Blaze sudah berusaha meningkatkan nilainya semester ini, apa lagi dia tau dia sudah berada di kelas 3 SMP dan sebentar lagi akan masuk SMA. Bagaimana ini?
Namun saat orang tua dan wali siswa mulai berdatangan, Blaze malah belum melihat Halilintar datang ke kelasnya. Padahal kakak pertama nya itu terkenal sebagai orang yang sangat tepat waktu. Tidak mungkinkan dia melupakan jika ini adalah hari pengambilan raport? Atau mungkin dia memang lupa? Haruskah Blaze menghubungi kakaknya?
Di tengah kebimbangannya, Blaze melihat sosok berbaju biru dengan wajah yang begitu mirip dengan kakak pertamanya, Halilintar, berjalan mendekat.
Bukankah itu Taufan—kakak keduanya? Dan bukankah Taufan yang bertugas mengambil raport milik Duri dan Solar? Mengapa dia ada disini?
"Aze, aku tidak terlambatkan? Tadi sempat bertengkar dengan Kak Hali makanya telat dikit." Taufan berkata.
Meski masih dilanda kebingungan, Blaze hanya menggelengkan kepalanya sambil mengatakan Taufan belum terlambat. Taufan memberi tepukan pada kepala Blaze lalu melenggang masuk ke dalam kelas Blaze. Padahal saat ini Blaze butuh penjelasan dari sang kakak.
Blaze tau Taufan tidak seserius Halilintar dan Gempa jika menyangkut nilai, tetapi tetap saja itu tak menghentikan Blaze merasa ketakutan saat mendengar namanya dipanggil oleh guru dan Taufan maju untuk mengambil raportnya. Blaze tak dapat mendengar apa yang wali kelasnya katakan pada Taufan, tetapi dia melihat kakak keduanya itu masih tersenyum santai seperti biasanya. Jadi tak masalah kan?
Saat Taufan keluar dari kelas, dia tak mengatakan apapun mengenai nilai Blaze. Malah dia merangkul Blaze lalu menanyakan kemana Blaze ingin pergi. Blaze yang masih kebingungan berkata dia ingin pergi ke salah satu warung bakso di dekat rumah mereka yang baru saja buka. Tentu Blaze menanyakan mengapa Taufan yang datang mengambil raportnya dan bukan Halilintar, lalu mengapa mereka tidak menunggu Halilintar dan Gempa selesai mengambil raport saudara-saudara mereka. Namun Taufan malah mengatakan akan menjawab pertanyaan Blaze setelah mereka pulang dan katanya Blaze bebas untuk bersenang-senang hari ini.
Apa sih yang sebenarnya terjadi?
Ketika mereka pulang, Halilintar sudah berada di ruang tengah. Duduk di sofa sambil melipat tangannya di depan dada. Seperti sedang menunggu mereka. Dia menatap Taufan dan Blaze lalu meminta raport milik Blaze. Pada saat inilah Blaze mulai berpikir jika Taufan mungkin sengaja membawanya untuk bersenang-senang untuk mempersiapkannya menghadapi amukan Halilintar.
Ketika merasakan tepukan pada pundaknya, Blaze melihat Taufan sedang tersenyum padanya sambil mengedipkan mata. Seolah mengatakan agar Blaze percaya pada Taufan. Blaze hanya dapat berdiri mematung dan melihat bagaimana Taufan mendekati Halilintar lalu memberikan raport milik Blaze. Saat Halilintar sedang melihat nilai-nilai Blaze, Taufan berbicara mengenai nilai-nilai Blaze yang mulai meningkat dibanding semester sebelumnya. Dia juga mengatakan jika Blaze kini berada dalam peringkat 15 besar karena hasil jerih payahnya.
Halilintar yang semula nampak akan mengamuk kini memiliki ekspresi tenang. Bahkan Blaze yakin jika dia bisa melihat senyuman muncul pada bibir Halilintar! Taufan.. memang yang paling pandai menghadapi Halilintar agar tidak mengamuk. Dan tentu dia juga yang paling pandai membuat Halilintar mengamuk. Tetapi sekali lagi, Blaze harus akui dia sangat kagum pada kemampuan Taufan yang satu ini. Dia juga berterima kasih karena Taufanlah yang mengambil raportnya dan bukan Halilintar.