Aktivitas kegiatan belajar mengajar telah dilaksanakan selama beberapa waktu, bahkan saat ini telah memasuki bulan keempat. Aku memperhatikan teman sekelasku. Hari ini guru matematika yang seharusnya mengajar kelas kami sedang absen karena sakit, sehingga kelas ini menjadi jam kosong.
Saat aku memperhatikan siswa-siswi yang berada di dalam kelas, aku tidak melihat tanda-tanda perilaku yang mencurigakan. Namun, aku heran karena beberapa siswa dari kelas lain tampak takut dengan kelas ini, karena mereka beranggapan kelas kami sebagai kelas "kriminal", "horor", atau sangat menakutkan. Namun, aku tidak merasakan hal yang sama. Ada hal apa sebenarnya yang terjadi di sini?
Setelah itu, aku terus memikirkan hal tersebut, namun bulu kuduk ku merinding saat mendengar suara bisikan yang tidak dikenal. "Jangan dianggap ya." Aku memberanikan diri menoleh ke belakang namun tidak melihat apa pun yang mencurigakan, hanya murid yang sedang membaca buku atau berbincang.
Saat ponsel aku berbunyi, aku melihat notifikasi dari grup organisasi yang menginformasikan adanya rapat mendadak. Aku meminta izin kepada Gita, selaku sekretaris, untuk meninggalkan kelas karena rapat tersebut. Aku sangat bersyukur saat Gita mengizinkan.
"Terimakasih banyak, Gita. Aku pergi dulu ya."
Aku berjalan menuju ruang osis yang berada di lantai tiga, karena kelas aku berada di lantai dua, aku harus menaiki tangga. Namun, saat menaiki tangga, aku merasa sangat gelisah.
"Jangan dianggap ya." Suara itu kembali terdengar, membuatku berjalan lebih cepat.
Setelah sampai di ruang osis, aku menyapa anggota lain dan duduk di kursi kosong sebelah Reynald. Dia memperhatikanku bahwa aku terlihat pucat.
"Clau, wajah kamu kok pucet gitu, kenapa?sakit?" tanya Reynald memastikan.
"Gak apa apa kok." Balasku sambil menggelengkan kepala.
"Jangan bohong, saya ambilkan obat ya."
"Gak usah." Ujarku menolak.
"Baik rapat hari ini, akan dimulai." Ucap Velin memimpin rapat hari ini.
"Tuh kan rapatnya mau mulai." Bisik Claudia.
"Hm, kalau ada apa apa bilang ya." Balas reynald dengan suara pelan.
Rapat dimulai dan berlangsung berjam-jam. Ketika sesi tanya jawab dimulai, Mila bertanya tentang kelas yang kosong tadi.
"Intrupsi kak, maaf tadi kelas...eumm, kelas apa ya. Rin kelas apa ya Rin?" tanya Mila selaku adik kelas, ia lupa saat akan menanyakan sesuatu.
"Duh, saya juga lupa lagi." Sambung Ririn.
"Coba inget inget lagi." Ujar Reynald dengan suara beratnya, memberi saran.
"Oh iya, kelas yang di juluki kelas terakhir." Balas Mila, mengingat.
"Ada apa dengan kelasku?" pikirku.
"Oh iya kelas terakhir. Jadi waktu saya dan mila telat menghadiri rapat osis hari ini, saya dan mila mampir terlebih dahulu kedalam kelas terakhir untuk memberikan selembar pendaftaran untuk acara event perlombaan sekolah nanti, tetapi kelasnya kosong bahkan cuma ada tiga tas di dalam kelas itu, termasuk tasnya kak Claudia." Jelas Ririn.
"Clau anak kelasan kamu yang lain kemana, ke lab kah?" tanya Sisil memastikan.
"M-mungkin ke lab." Balasku, Karena aku pun tak tahu harus balas apa, dipikir pikir hari ini tak ada jadwal pergi ke lab.
"Oh, yasudah kasih saja sama kak Claudia, kebetulan kak Claudia termasuk anak kelas terakhir." Kata Gio memberi saran.
"Baik kak, maaf kak ini selembar kertas formulirnya." Ucap Mila, sambil memberikan selembar itu.
YOU ARE READING
KELAS TERAKHIR
HorrorMengapa semua tampak cemas terhadap kelasku? Mengapa persepsi umum menyatakan bahwa kelasku dianggap sebagai kelas yang paling menakutkan, mencekam, dan menyeramkan? Padahal, selama aku bersama mereka dalam satu kelas, mereka tampak baik-baik saja. ...