Bahagia itu menyenangkan?
Apakah aku pantas bahagia?
Jika aku pantas bahagia, buatlah aku bahagia, tuhan..
Aku juga ingin bahagia..🥀
Malam ini, Nita Azelia Hergono, berjalan sendirian di bawah langit yang sejuk, terselimuti oleh kesunyian malam. Dengan pandangannya yang kosong, ia menyaksikan kendaraan-kendaraan melintas, seperti mencari sesuatu yang telah hilang, entah kemana arahnya.
"Takdir memanglah takdir, tetapi takdir ini sangat menyakit kan bagiku, takdir yang dimana hidupku sangat berantakan seperti kehilangan arah. Antara berakhir dan bertahan, sangat sulit rasanya untuk menjalankan hidup yang seperti ini. Andaikan saja aku bisa menjaga Anita dengan baik, pasti hari ini aku sedang bersama Anita, namun.."
Flashback on..
"Papa, membawa boneka untukmu, pasti Anita akan senang," seru Alvaro sambil memberikan boneka gurita berwarna pink.
Dengan gembira, gadis kecil itu mendekati Alvaro untuk mengambil boneka itu. "Papa, ini boneka favoritku, terima kasih, papa."
"Papa, bagaimana dengan aku?" Tanya Nita.
"Tidak penting," jawab Alvaro tanpa belas kasihan, menusuk hati Nita.
Gadis kecil berusia tujuh tahun itu terpaksa harus berusaha tegar, menyembunyikan luka yang dalam. "Aku ga sepenting itu kah?" batinnya.
Mila, wanita paruh baya itu, tak sanggup lagi menyaksikan perlakuan suaminya. Dengan langkah tergesa, ia mendekati Alvaro. "Mas, seharusnya mas adil-"
"Terserah saya lah!" potong Alvaro tanpa ampun.
"Nita masih kecil loh mas, dia juga masih butuh kasih sayang dari kamu mas," bisik Mila dengan suara gemetar.
Anita mendekati kakaknya. "Kak, bagaimana kalau kita pergi ke taman?"
Dengan perasaan yang tak enak, Nita menerima ajakan Anita. "Baiklah, ayo,"
Flashback off...
"Apa salahku? Aku juga menginginkan kasih sayang," keluh Nita, sambil air mata tak terbendung lagi mengalir di pipinya.
"Aku benci dengan semua ini, aku sangat benci!" ucap Nita dengan penuh frustasi.
🕯️
Pagi yang cerah dengan udara yang sejuk menyambut kedatangan para siswa dan siswi di dekat gerbang sekolah, di mana dua bis telah berbaris rapi. Gio, Reynald, dan Nathan sedang mengatur para siswa untuk naik ke dalam bis, sementara aku dan Velin mengabsen mereka sesuai dengan daftar hadir.
Setelah semua siswa naik ke dalam bis masing-masing, perjalanan pun dimulai. Di dalam bis, para siswa mulai berbincang-bincang, beberapa menikmati cemilan, dan ada yang juga yang langsung tertidur.
"Teman teman, jangan lupa untuk berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing," ujarku dengan suara yang terdengar di sepanjang bis.
"Ingatlah untuk berdoa," tambah Velin memberikan instruksi bis pertama.
"Gio, bolehkah saya duduk di sampingmu?" pinta Velin dengan sopan.
YOU ARE READING
KELAS TERAKHIR
HorrorMengapa semua tampak cemas terhadap kelasku? Mengapa persepsi umum menyatakan bahwa kelasku dianggap sebagai kelas yang paling menakutkan, mencekam, dan menyeramkan? Padahal, selama aku bersama mereka dalam satu kelas, mereka tampak baik-baik saja. ...