Kota Camelia, 1941.
Suara radio terdengar cukup kencang di dalam kamar berukuran empat kali empat, lengkap dengan suara gemerisiknya yang khas saat antena gagal menangkap gelombang transmisi. Yi Fen, dengan jemari tangannya yang lentik memutar mutar bagian pencari gelombang supaya suara radio menjadi jernih.
"Kenapa tidak tersambung?" keluh Yi Fen. Gadis berusia delapan belas tahun dengan kulit seputih susu ini nampak belum menyerah.
"Uhuk ... uhuk!!"
Asa Yi Fen untuk mencari gelombang mulai pupus saat mendengar suara batuk dari arah ranjang. Ia menoleh, melihat seorang wanita paruh baya terbatuk sampai kepayahan.
"Mama ..." Yi Fen bangkit dari kursi dan mendekat ke arah ranjang. Di ruangan kecil itu mereka berdua tinggal, tak ada uang lebih untuk menyewa rumah. Mereka hanya tinggal di rumah magersari --satu rumah yang digunakan oleh banyak keluarga dengan membayar sewa per kamar pada satu induk semang.
"Minum dulu, Ma." Yi Fen duduk di tepi ranjang, dengan sabar ia membantu Kim Lan untuk menengguk segelas air.
"Mama harus pergi ke dokter." Yi Fen mendesak sang bunda, namun hanya gelengan lemah yang ia dapatkan sebagai jawaban. Lagi lagi Kim Lan menolak, mereka tak punya cukup uang untuk membayar biaya pengobatan.
"Aku akan memohon pada Papa," tukas Yi Fen, namun Kim Lan kembali bergeleng, tak mengijinkan anak gadisnya untuk mengemis di rumah sang suami. Setiap bulan suaminya memberikan mereka berdua tunjangan hidup, namun Yi Fen memang harus mengambilnya di kediaman keluarga Lu yang terhormat. Tak sekali dua kali Yi Fen di rendahkan di sana, mana mungkin Kim Lan tega membiarkan Yi Fen kembali diinjak injak karena dirinya.
"Tidak perlu, minum teh herbal juga batuknya akan reda sendiri." Kim Lan bergeleng.
Yi Fen menundukkan kepalanya sedih, ia tak mengerti kenapa sang Ayah memilih meninggalkan ibunya demi wanita lain. Apa kekurangan ibunya? Saat masih muda dia sangat cantik dan pandai, wanita ini juga sudah memberikan dua orang anak kepadanya. Kenapa masih saja tetap kurang?
"Andai saja Kak Yi An masih ada di sini." Yi Fen menangis sesunggukan. Ia teringat dengan mendiang kakaknya yang telah meninggal lima tahun lalu karena perang. Saat itu Lu Yi An adalah seorang perwira, dan perang memang tengah berkecambuk di bagian utara negeri ini. Negara mengirim Yi An ke garis depan, sayangnya ia kembali setelah menjadi abu di dalam guci.
"Maaf, Ma." Yi Fen sadar apa yang telah ia katakan, cepat cepat gadis itu meminta maaf supaya sang ibu tidak sedih mendengar ucapannya.
"Kau anak baik, Yi Fen, sayang sekali mamamu ini orang yang tidak berguna." Kim Lan menatap putrinya dengan mata sendu, tampak menyesali nasib yang menimpa mereka berdua.
"Jangan bilang begitu, Ma." Yi Fen memeluk sang ibu dengan erat.
======***======
"Bagaimana keadaan Bibi?" tanya Chu Ai pada Yi Fen saat mereka tengah mencuci pakaian berdua di belakang rumah. Rumah magersari memang dihuni oleh banyak keluarga, rata rata juga orang kurang mampu, dan mereka harus berbagi sumur, berbagi toilet, berbagi kamar mandi, dan bahkan berbagi tali jemuran.
"Semakin parah, namun dia tak mau pergi berobat." Yi Fen memeras pakaian sebelum menjemurnya.
Chu Ai ikut melakukan hal yang sama, mereka berdua harus menyelesaikan semua pekerjaan cuci mencuci sebelum giliran keluarga lain datang untuk mencuci juga. Chu Ai adalah salah satu dari banyak tetangga Yi Fen, mereka memang dekat karena seumuran dan sering bermain bersama sejak kecil.
"Apa masalahnya adalah uang?" tanya Chu Ai.
"Benar, aku sungguh bodoh. Tak seharusnya aku masuk ke kelas seni. Aku bahkan belum tentu lulus dan justru malah membuat banyak uang kami menghilang. Harusnya aku bekerja saja sepertimu." Yi Fen menyesal, kenapa dulu ia memilih pendidikan menengah atas kejuruan, kelas vocal, ia bahkan terancam tidak lulus karena terkendala biaya.
"Jangan menyesal, suara emasmu kelak akan menghasilkan banyak uang."
"Tidak mungkin, aku bukan penyanyi profesional. Lebih baik aku bekerja menjadi pelayan sepertimu, mendapatkan banyak uang dan membuatkan mama makanan enak setiap hari." Yi Fen menghela napas panjang.
"Kau masih ingat dengan Wu Ai Ling?"
"Kekasih kak An?" tanya Yi Fen balik dan Chu Ai mengangguk.
"Kenapa dengannya?" Yi Fen tak mengerti kenapa pembicaraan mereka tiba tiba teralihkan pada Ling Ling.
"Nama panggungnya Sarah Wu sekarang, ia menjadi penyanyi di bar tempatku bekerja. Siapa bilang harus menjadi penyanyi profesional agar bisa mendapatkan uang??" Chu Ai mengambil sebuah selebaran dengan tinta hitam putih, bar tempatnya bekerja menyebarkan iklan akan penampilan Sarah yang sepektakuler.
"Apa sebaikanya aku juga bekerja di sana??" Yi Fen terlihat bahagia mengetahui hal itu. Semoga hobi nya bisa membuatnya mendapatkan penghasilan.
"Tentu saja!! Kau harus bekerja di sana, sayang sekali suara emasmu bila hanya gurumu saja yang mendengarkannya," ledek Chu Ai.
"Apakah kau bisa membantuku menghubungi Kak Ling Ling?"
"Bisa!! Tapi ada syaratnya ..."
"Apa itu??"
"Nyanyikan dulu satu lagu untukku!!"
"Dasar ... aku pikir apa."
Yi Fen mulai menyanyi, suaranya begitu halus dan merdu, bagaikan mendengarkan kicauan burung pipit di pagi hari yang syahdu. Chu Ai menikmati suara indah yang memanjakan indra pendengarannya. Yi Fen mulai menyanyi sambil menari ringan, ia bergandengan tangan dengan sahabatnya sambil membawa ember. Ember menjadi asesoris tarian mereka yang serampangan, namun terasa sangat membahagiakan.
Sesekali air menciprat dari hentakan kaki keduanya, sayang sekali canda tawa itu tak berlangsung lama karena sebuah seruan yang memanggil namanya.
"Yi Fen!! Mamamu ... hah ... hah ... mama mu pingsan!!" Dengan nada terengah engah karena baru saja berlari secepat kilat untuk mencari Yi Fen, "Nyonya Kim mengeluarkan darah dari mulutnya sebelum ia pingsan." Imbuhnya.
"Apa??" Yi Fen berseru kaget, embernya jatuh, menghantam lantai basah dan membuat suara nyaring. Chu Ai juga sangat syok saat mendengarkan laporan Pak Tua Wei tentang kondisi kesehatan Kim Lan saat ini.
"Mama!!" Yi Fen berlari cepat kembali ke kamarnya.
======***======
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Bird
RomanceEra 1941, Saat semuanya terasa begitu sesak dan menghimpit, Yi Fen -si burung pipit kecil-menemukan sebuah jalan keluar instan dengan merayu seorang mantan jendral pasukan calvaleri, Tuan Lu, atau biasa dipanggil Victor Lu, julukannya serigala muda...