zero

3.7K 242 27
                                    

one and only

***

"Ma, aku udah besar"

"Yang bilang kamu masih kecil siapa?" Tanya wanita paruh baya dengan nada heran, pada anaknya.

Yang lebih muda menjentrik kan jarinya "nah! Itu dia ma." Ucapnya, lalu ikut duduk di sofa bersebelahan dengan mama. "Jadi, ga perlu sewa pengasuh" lanjutnya penuh harapan.

Mama menggeleng tak setuju, ia sudah susah loh mencari pengasuh untuk anak lelakinya. Memang banyak yang mendaftar, tapi mama punya kriteria tertentu dalam memilih pengasuh.

"Ma... Please, apa kata teman-teman aku nanti? Masa aku masih punya pengasuh, malu dong ma"

Mendengar ucapan anaknya, wanita dua anak itu dengan santai hanya berucap "kenapa malu? Biasanya juga kamu yang suka malu-maluin" sangat menohok, "udah deh, sebentar lagi pengasuh kamu datang. Bersikap yang baik ya, anak ku" ucap mama seraya mengelus surai anaknya.

Pemuda itu berdecih dalam hati, ia sudah mewanti-wanti tentang hari ini. Ia pikir pengasuh itu untuk adiknya, rupa-rupanya memang untuk dirinya sendiri. Apa kata dunia? Pangeran sekolah tamvan masih punya pengasuh? Please ya, anak tetangganya saja umur satu tahun tidak punya pengasuh.

Lah ini?? Sudah punya ktp masih punya pengasuh. Awas saja, akan dia buat pusing pengasuh nya itu, pusing tujuh keliling sampai tak mau mengasuh lagi. Pemuda yang satu ini sudah bertekad, kawan.

Lama melamun, tiba-tiba saja mama mencubit pipinya, hingga tersadar dari lamunan.

"Apa sih ma, nyubit-nyubit" keluhnya sambil mengelus pipi.

Mama tersenyum gemas " ganti baju sana, ada tamu. Ga sopan banget kamu" kata mama seraya mendorong bahu anaknya.

"Ga sopan kenapa sih, ma?" Ucap nya dengan santai menggaruk perut, tidak sadar kalau ia hanya memakai kaos dalem putih ala bapak-bapak, yang ia dapat dari ayahnya ketika ulang tahun ke tujuh belas. Dipadukan dengan celana kolor hitam.

"Anak ini... Masa nerima tamu pakai baju begitu?pakai kaos atau apalah dulu, nak" gemas wanita itu, sampai ingin ia cubit sampai lebam.

"Panas ma-"

"Udah mama idupin ac nya, jangan banyak alasan! Pake baju yang rapi"

Pemuda itu lantas berjalan gontai kearah kamar, tamunya presiden kah sampai-sampai ia harus mengganti baju. Padahal kan ia sudah nyaman dengan pakaian yang tadi.

Tapi, sebagai anak yang baik hati, tampan, ramah, tidak sombong serta tidak rajin menabung, ia akan mengikuti perintah kanjeng mama.

Jadi ia naik kekamar sembari misuh dalam hati. Dari segala hal di dunia ini, kenapa dirinya ditakdirkan untuk memiliki pengasuh.

"boleh ga sih tukar mama, hidup gini amat" gerutunya, sembari berlagak di depan cermin, sedang mengecek tingkat ketampanan nya hari ini.

***

"Mari masuk. Duduk dulu ya, saya ambil makanan dulu, nanti anak kesini, lagi ganti baju dia" ucap mama dengan senyuman menawan, pada tamunya yang sangat manis.

"iya bu, gak usah repot-repot" ungkapnya nya sungkan.

Mama menutup mulutnya menyembunyikan senyum nya, lalu mengayunkan tangannya tanda tak masalah "gak apa-apa, saya mau buat kamu nyaman aja" kemudian wanita itu pergi ke dapur, meninggal kan anak manis yang duduk di tepi sofa.

Anak itu memegang dadanya, jantungnya berdegup kencang perasaan aneh menyelimutinya 'salah rumah kah ini, kok perasaan gua ga enak' batinnya tak tenang.
Kakinya ia terus bergerak gusar, bahkan lambung nya ikut bergetar, efek belum makan siang.

 ೃ࿔₊•ONE AND ONLY ˢᵘⁿˢᵘⁿ ☑︎·˚ ༘₊· Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang