2. MPLS Kedua

4 0 0
                                    

***

"Jangan biarkan WiFi menjadi satu-satunya sumber pendidikanmu. Kadang koneksi terbaik adalah saat kita terhubung dengan ilmu dari pengalaman hidup."

***

MPLS kedua di SMA bagi Grishella dimulai dengan semangat yang baru. Meskipun dia masih merasakan luka dari pengalaman pertamanya di sekolah, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan membiarkan hal itu menghalangi langkahnya menuju kesuksesan.

Dengan ransel di punggungnya dan buku catatan di tangan, Grishella berjalan menuju kampus dengan tekad yang kuat. Dia tahu bahwa hari ini adalah kesempatan baru baginya untuk membuktikan nilai dirinya, untuk menunjukkan bahwa dia adalah lebih dari sekadar penampilannya.

Namun, saat dia tiba di kelas, dia merasa detak jantungnya berdebar-debar. Dia masih ingat bagaimana dia diolok-olok oleh Sophia dan siswa lainnya kemarin, dan dia takut hal yang sama akan terjadi hari ini.

Namun, keheranan Grishella ketika dia masuk ke kelas. Suasana di dalam kelas tampak berbeda dari hari sebelumnya. Ada senyuman di wajah beberapa siswa, dan mereka menyambut Grishella dengan ramah ketika dia masuk.

Grishella merasa bingung. Apa yang telah terjadi sejak kemarin? Mengapa sikap mereka berubah begitu cepat? Dia berusaha untuk tidak terlalu berharap, takut akan kekecewaan yang lebih besar.

Namun, keheranan Grishella tidak berhenti di situ. Ketika dia duduk di bangku kelasnya, dia melihat seseorang menghampiri tempat duduknya dengan senyum ramah di wajahnya. Itu adalah Tyan, seorang siswa laki-laki yang tampaknya menjadi pusat perhatian di antara teman-temannya.

"Hai, Grishella, kan?" sapa Tyan dengan ramah sambil menunjukkan kursi kosong di sebelahnya. "Ayo duduk di sini. Aku Tyan, tapi teman-teman biasa memanggilku Tyan. Senang bertemu denganmu."

Grishella merasa terkejut dan sedikit malu. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Tyan teman sekelasnya itu sangat populer dikalangan anak SMA, salah satu siswa yang tampaknya lebih asik di antara siswa-siswa lainnya, akan mengajaknya duduk bersama. Dia tersenyum kecil dan mengangguk, duduk di samping Tyan dengan hati yang penuh berterima kasih.

Seiring waktu berlalu, Grishella semakin akrab dengan Tyan. Mereka mulai saling bertukar cerita tentang kehidupan mereka dan menemukan banyak kesamaan di antara mereka. Grishella merasa nyaman berada di dekat Tyan, dan dia merasa bahwa dia bisa menjadi teman yang baik baginya.

Namun, kebahagiaan Grishella terganggu ketika Sophia, gadis yang telah mengolok-oloknya sebelumnya, masuk ke dalam kelas. Dia langsung menuju ke tempat duduknya dengan senyum sinis di wajahnya.

"Hai! Apa kabar, Grishella?" tanyanya dengan nada merendahkan.

Grishella menelan ludahnya dengan susah payah, merasa tegang dengan kehadiran Sophia di depannya. Namun, sebelum dia bisa menjawab, Tyan bangkit dari kursinya dengan ekspresi serius di wajahnya.

"Kak Sophia, lo gak sopan banget. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya tegas, menunjukkan bahwa dia tidak akan mentolerir perilaku yang kasar seperti itu.

Sophia terdiam sejenak, terkejut dengan reaksi Tyan. Namun, dia segera mengembalikan senyum sinisnya dan menatap Grishella dengan tatapan mengejek. "Oh, maaf. Aku gak tahu kamu sedang menemani Grishella, Tyan. Aku pikir dia lebih suka duduk dengan teman-teman sekelasnya yang sesuai dengan statusnya."

Tyan menatap Sophia dengan tajam, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap sikapnya. "Status apa pun yang dimiliki seseorang tidak boleh menjadi alasan untuk memperlakukan orang lain dengan tidak hormat," ujarnya dengan tegas.

Satu PayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang