3.Mulai Menyusun Rencana

1.9K 29 1
                                    

Setelah mendengar kata "ngapain kamu disini?" jujur secara spontan matanya Alan langsung kaget karena yang datang adalah ayahnya.

"Eh ayah, gak kok ada apa-apa kok yah," ujar Alan sambil memeluk hpnya erat.

"Masa sih?" tanya ayahnya tak yakin dengan alasan Alan.

"Ya ayah benaran," ujar Alan berusaha meyakinkan bahwa dirinya memang sedang tidak melakukan apapun disana.

"Tapi daritadi kamu ayah perhatikan lagi asyik senyum-senyum tuh liat handphone," ujar Ayahnya semakin memojokkan dirinya agar jujur.

"Benaran kok yah disini gak ada apapun," ucap Alan dengan berani mulai menunjukkan handphonenya yang sedang membuka aplikasi chating.

"Iya deh iya anak ayah sekarang sudah dewasa lain kali kalau mau lihat seperti itu jangan diruang tamu ya," ujar sang ayah tertawa puas melihat Alan salah tingkah.

Lagi dan lagi Alan terkejut mendengar perkataan sang ayah yang mengiranya dia sedang menonton film dewasa.

"Lah guanya udah panik si ayah malah salah sangka tapi syukurlah ayah gak tahu," gumam Alan dalam hatinya merasa bingung namun tenang karena yang dikhawatirkan olehnya bukan yang ada dipikiran ayahnya.

Lalu akhirnya setelah kejadian yang menegangkan tadi kini Alan pun memutuskan untuk melihat vidio rekamannya dikamar saja.

Dan benar saja begitu sampai dikamar kini Alan pun segera mengunci pintu kamarnya lalu perlahan lahan mulai mencerna apa yang berhasil handphone rekam tadi.

Dan ternyata setelah diperhatikan yang dibahas ketika Alan pergi adalah sang paman yang berkeluh kesah mengenai rumah tangganya.

(Isi percakapan dividio)

"Tumben kamu kesini ada apa?" tanya ibunya kepada sang paman.

"Saya kesini mau healing mbak," ucap paman Perkasa menjawab pertanyaan ibunya Alan.

"Apa sedang ada masalah dikota? sehingga kamu liburan kesini?" ucap ibunya Alan kembali melanjutkan pertanyaannya.

"Emm gak ada mba cuma pengen main aja," ucap paman Perkasa dengan nada yang terlihat ditutup-tutupi.

"Ah masa tapi kok tiba-tiba kamu bisa kepikiran mau healing ini kan belum masanya liburan," ucap ibunya Alan seolah mengerti apa yang dirasakan oleh adiknya itu.

Dan akhirnya karena dirasa situasinya pas dan paman Perkasa merasa yang bertanya itu adalah kakaknya jadilah ia berani mengungkapkan semua yang ia sembunyikan sejak tadi kepada sang kakak.

"Emm iya mba tebakan mba benar saya kesini karena sedang ada masalah," ucap paman Perkasa mengiyakan semua pertanyaan ibu tadi.

"Loh masalah apa kok mba gak tau?" ujar ibunya Alan bertanya lagi lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut.

"Ya biasalah mba masalah rumah tangga," ujar paman Perkasa dengan nada lesu.

"Emm begitu kalau boleh mba tahu iini sebenarnya ada apa sih kok kamu bisa bertengkar dengan istrimu bukannya kamu sama istrimu adem ayem?" ucap ibunya Alan dengan nada seorang kakak yang ingin memastikan semua masalah yang dihadapi oleh adiknya.

"Kita bertengkar karena gayanya terlalu tinggi mba saya yang hanya coach gym ya gak kuat," ujar paman Perkasa semakin terbuka dalam masalah RT-nya.

"Owalah begitu tapi ini kan masalahmu apalagi rumah tangga mba ya gak bisa ngomong apapun itu sih terserah kamu aja cuma ya dipikirkan dulu baiknya gimana," ujar ibunya Alan hanya memasrahkan keputusan ini kepada paman perkasa itu sendiri.

"Ya mba saya ngerti kok," ujarnya dengan nada lembut.

"Emm yasudah kalau gitu mba mau lanjut masuk kamar dulu ya," ucap ibunya Alan melangkah menuju ke kamar tidur.

"Iya mba," ujarnya mengangguk.

Vidio pun hanya menampilkan pamannya yang termenung dan dari sana Alan mendapatkan ide untuk pendekatan pertama.

"Wih kayaknya lumayan nih kalau aku dekatin untuk dihasut ya hitung hitung mengkoleksi foto hot baru pamanku," gumam Alan dalam hatinya karena merasa ada sebuah kesempatan.

Alhasil saat malam tiba kini Alan pun segera melakukan apa telah ia pikirkan tadi yakni ingin berbasa-basi terkait hal solusi ekonomi sang paman yang akan menjadi umpan ke langkah selanjutnya.

"Emm paman bisa kita bicara sebentar?" tanya Alan dengan sangat percaya diri.

"Tentu saja memangnya kamu mau bicara soal apa?" ujar sang paman merespon ajaknya.

"Tapi apakah paman akan tersinggung nanti jika Alan bahas ini?" ujar Alan seakan desklimer terlebih dahulu.

"Yaampun kamu kayak sama siapa aja santai aja Al paman gak akan marah kok," ucap sang paman masih tetap ramah dan welcome padanya.

Lalu setelah sedikit bersabar menunggu waktu yang tepat kini Alan pun mengutarakan pendapatnya.

"Gini ya paman Alan tahu paman seorang coach gym dan gaji paman pun tidak sesuai ekspektasi kalau Al bantu paman untuk punya uang gimana?" ucap Alan dengan sangat hati-hati.

"Hah kamu tahu dari mana kalo paman sedang ada masalah keuangan?" ucap paman Perkasa dengan ekspresi yang kaget.

"Ya tanpa paman bercerita pun muka paman sudah mewakilinya apalagi jika bukan masalah uang musuh laki-laki kan hanyalah uang," ujar Alan seakan dirinya adalah orang yang paling bijak.

"Ugh bijaknya keponakan paman," ucap pamannya pun merespon hal itu dengan nada yang tentunya diselingi tawa.

Digoda seperti itu membuat Alan kesal, "Ih paman Alan serius tahu,"

"Hehe maaf maaf emangnya apa mau kamu tawarkan kepada paman," tanya pamannya kini mulai menunjukkan ekspresi serius.

"Emm menjadi model," ucap Alan sangat the point mengutarakan rencananya.

"Hah! model?" ucap sang paman terlihat sangat tidak menyukainya.

"Iya paman bersediakan kalau mau gajinya lumayan loh dan Alan punya kenalan," ucap Alan masih melanjutkan pembahasan itu tanpa memperhatikan ekspresi sang paman yang berubah menjadi kesal.

"Emm untuk itu sepertinya paman perlu berpikir dulu deh karena ini bukanlah fashion paman," ujar sang paman langsung segera beranjak pergi meninggalkan Alan yang tampak bingung.

Alhasil saat itu juga sang paman menghindar dari dirinya.

"Loh kok paman menghindar sih apa rencanaku ini terlalu terbuka ya?" ujar Alan bertanya-tanya didalam hatinya.

Dan seperti yang terjadi ditaman tadi ketika Alan ingin menyusul pamannya untuk meminta penjelasan dia justru mendapatkan bisikkan.

"Jebakanmu terlihat biasa seharusnya kamu dekati dengan cara menjadi teman curhatnya bukan membuatnya menghindar!" ucap bisikan misterius itu kembali hadir menasehati Alan.

Awalnya Alan memang terlihat risih namun sepertinya perlahan-lahan ia mulai bisa menerima bisikan itu dan menganggapnya sebagai jawaban untuk planing semua yang ia lakukan.

"Hah bisikan ini lagi dan apa yang dimaksud dia maksud ya? mungkinkah itu deeptalk? tapi kenapa aku harus melakukan itu pada paman? apakah mungkin paman punya trauma dengan yang namanya model?" gumam Alan dalam hatinya mulai mencerna apa yang tadi dimaksud oleh bisikan misterius.

"Emm seperti tidak ada salahnya jika aku ikuti sarannya sekalian koreksi informasi lebih lanjut," gumam Alan sambil menunjukan senyuman menyeringai.

Nah kira-kira apa ya langkah Alan berikutnya dan maukah nanti sang paman deeptalk bersamanya ayo dong bantu ramaikan jangan lupa follow dan komen ya buat yang mau kasih apresiasi juga boleh ke link dibawah sini karyakarsa (botythestar)

TBC

Paman Yang Kutundukan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang