BAB 40 ( KEBOHONGAN )

20 4 0
                                    

Happy reading...
*
*
*
*

" Sebentar lagi lo akan jadi milik gue, Dava! "

* Ilona *

" YA AMPUN!!! "

Ria, kedatangan wanita itu langsung membuat Dava dan Zeeva spontan menoleh kearahnya dan langsung menjauh satu sama lain. Zeeva sibuk merapikan bajunya sedangkan Dava sibuk mengatur ekspresinya dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Ria yang masih tidak percaya akan hal itu jadi tertawa kecil karena semakin lama dia semakin paham akan kondisi. Yah, mungkin itu adalah efek dari ke bucinan Dava yang sudah ia tahan selama ini. Tapi apakah dia harus melakukannya di tempat seperti ini?

" Hahhh, kalian ini bikin pusing aja. " Cetus Ria.
" Salah kakak sendiri datang tiba-tiba. " Balas Dava dan itu malah membuat Zeeva heran kenapa Dava memanggilnya kakak.
" Kok kakak? " Gumamnya.
" Iya,iya. Maaf masuk tiba-tiba. " Ria pun masuk ke ruang itu dan mempersiapkan beberapa obat.
" Kakak,kan emang selalu kayak gitu! " Dava malah terus membuka suara.
" Siapa bilang? Bukannya kamu,ya yang sering masuk ke kamar orang tiba-tiba? Mana lagi suasana romantis lagi. " Ria berkacak pinggang sambil melototi Dava.
" Itu,kan masa lalu. Jangan diungkit-ungkit. "
" Dasar kamu! "

Ria berdecak sebal lalu ia pun menghampiri Zeeva dengan senyuman yang sangat lebar. Dava yang melihat itu hanya fokus pada gerak-gerik Ria agar terus berwaspada.

" Kamu masih kenal saya,kan? Saya kakak iparnya Dava,loh. " Ria mulai berbisik. " Kayak kamu sama Dava ada hubungan spesial,ya? "
" Hah? Enggak kok. " Jawab Zeeva malu-malu.
" Hahaha, kamu lucu juga rupanya. Kalau kamu butuh sesuatu, bilang aja sama Dava. Biar dia bisa hubungi saya kalau kamu sakit lagi, kamu ngerti,kan? "
Zeeva mengangguk. " Ck,ck,ck. Polos juga kamu,ya. Kasihan. Bisa-bisanya Dava berbuat hal kayak gitu sama anak polos kayak kamu. Tapi, enggak apa-apa. Ini pembelajaran sebelum ke pelaminan. "

Lagi-lagi Zeeva dibuat terkejut oleh Ria. Sekarang bukan hanya Dava saja yang kadang terlihat aneh, bahkan Ria juga? Sudah cukup, Zeeva sangat pusing memikirkannya sekarang. Ria pun memberikan beberapa obat ditangan Zeeva lalu cepat-cepat menyuruh mereka berdua untuk pergi dari sini. Zeeva dan Dava saling bertatapan setelah diusir keluar dari ruangan.

" Zeev, "
" Apa? "
" Gue..mesum? "
" Iya, mesum banget. " Zeeva pun duluan melangkah mendahului Dava yang masih terheran-heran akan jawaban dari Zeeva tadi.
" Mesum idaman gak apa-apa,kan? Hehe, emang Zeeva calon bini gue banget. " Ujar Dava kegirangan.

*💧*

" Papa!!! Zen!! Makan malamnya udah siap,nih." Teriak Mela dari lantai satu.
" Bibi, biar Ria aja yang bawa makanannya ke meja makan. " Tawar Ria.
" Aduh,non. Non,kan lagi hamil. Lebih baik non istirahat aja,ya? Nanti kalau ada apa-apa sama kandungannya gimana? Lagipun, makannya berat,loh non. " Ucap bibi dengan penuh kelembutan.
" Gak apa-apa,bik. Ak- "
" Ria, tolong dengar sekali ini aja. Itu anak kamu,loh. " Mela malah menyentuh Ria dengan cara memperingatinya.
" Iya,ma. "

Laren dan Zen yang sedari tadi dipanggil-panggil itu akhirnya keluar dari kamar dan menuruni anak tangga bersama. Ternyata walaupun Dava tidak ada masih ada sebuah keharmonisan yang menyertai rumah ini. Hal-hal kecil seperti ini terus saja menjadi sorotan untuk Ria secara pribadi. Sebenarnya dia sangat kasihan dengan adik iparnya itu yang harus hidup terpisah dengan mereka. Haruskah dia bilang dimana Dava sekarang? Tidak, tidak. Ria tidak boleh melakukannya.

" Loh,bibi gak ikutan makan? " Tanya Laren. Senyuman di wajahnya terasa sangat hangat.
" Enggak apa-apa tuan. Saya juga harus cepat-cepat pulang, udah malam. "
" Kalau gitu hati-hati. Kalau ada apa-apa telepon saya aja. " Lanjut Laren.
" Iya,tuan. Saya permisi. "

Secret 8,3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang