Bagian 7 - Lebih dari Mimpi

948 144 19
                                    

🍁



Malaikat menatapmu penuh lara.

Saat pesta itu usai, semuanya sirna.
Menangis sebab rindunya terkandung dalam lagu yang berirama sendu. Ketika Malaikat menyentuh ubun-ubunmu dan berkata, tinggalkan sedihmu.

Lantas apa yang harus ditinggalkan jika kenang yang dikandung terlalu manis untuk dilupakan?



Erza sudah datang satu jam sebelum rapat hari itu dimulai. Ia sengaja mengorbankan waktunya untuk hadir ke rumah sakit karena diminta langsung oleh Fany, dan rencananya mereka akan mendiskusikan terkait agenda yang akan dilakukan pada charity.

Sang pemilik yayasan diminta hadir karena Azhura dan tim membutuhkan informasi tentang kegiatan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan di panti tersebut. Mengingat, ini merupakan acara pertama untuk yayasan karena seperti yang diketahui, Erza tidak pernah bekerja sama dengan pihak luar.

Lelaki matang yang baru tiba di lobby rumah sakit, seketika disambut dengan teriakan riuh dari orang-orang yang berlalu lalang. Terlihat seorang laki-laki membawa pasien (Erza menduga karena orang itu masih mengenakan pakaian rumah sakit) berlarian untuk menghentikan taksi dan kemudian pergi.

"Hahh... hahh..." Tepat setelah taksi itu pergi, Erza melihat Moeza dan beberapa suster datang dengan napas yang memburu. Tidak sampai di situ, sebab kedatangan Erza juga membuat Moeza tercengang. Namun, ia segera mengarahkan bawahannya untuk menghubungi pihak atasan rumah sakit.

"Orang itu pasien kamu?" Tanya Erza, ketika Moeza sibuk dengan ponselnya untuk menghubungi pihak kepolisian dan juga ambulan. "Butuh bantuan, Za? Kebetulan mobil saya masih di lobby." Lanjut Erza.

Mendengar hal itu, Moeza segera mengangguk dan memutuskan panggilan teleponnya. Erza membuka pintu mobilnya untuk Moeza dan segera membawa mobilnya pergi dari sana. "Tolong kamu ikutin taksi yang tadi."

"Kamu ingat plat mobilnya?" Tanya Erza.

"B 1374 AI." Jawab Moeza dan tanpa mengalihkan fokusnya. Karena sekarang ia masih menghubungi pihak kepolisian.

"Halo, saya Moeza dari pihak rumah sakit Harmoni. Saya ingin melaporkan bahwa baru saja ada pasien RS Harmoni yang dibawa paksa tanpa persetujuan oleh keluarganya. Pasien adalah korban kekerasan fisik dan memiliki gejala mental disorder. Keluarga pasien membawanya dengan taksi berplat nomor B 1374 AI. Tolong segera hubungi saya apabila Anda telah mengetahui posisinya." Jelas Moeza. Saat ini panggilan itu beralih ke panggilan RS Harmoni.

"Ambulan sudah dijalan? Tolong ikutin mobil Lexus dengan plat nomor B 0208 EE. Saya ada di dalam mobil dan masih mencari taksi tersebut.... oke kita ambil jalur ke luar kota... iya setuju, kemungkinan orang itu ingin membawa pasien ke kampungnya."

Kalau saja tangan Erza tak menahannya, mungkin Moeza sudah terjungkal karena perjalanan mereka harus dihentikan oleh lampu merah. Erza menatap sosok di sampingnya yang masih sedikit terkejut.

"Saya minta maaf sudah menyeret kamu sampai sejauh ini." Ucap Moeza, tulus. Kendati, sosok di sampingnya malah menggeleng.

"Kalau tahu pasien perempuan itu dibawa paksa oleh keluarganya, saya akan—"

"Dia laki-laki."

Sekejap, Erza mengalihkan tatapannya dan dengan mudah Moeza membaca raut. "Atau lebih tepatnya Transpuan. Keluarganya tidak setuju saat putranya mengubah gendernya menjadi sosok perempuan. Dan karena penolakan itu, keluarganya melakukan kekerasan terhadap pasien."

#MOERZA | Jika Kita Bertemu Kembali [MARKNO AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang