Bagian 18 - Cinta di Tanah Berduka

1.1K 133 26
                                    

🍁



Tidak ada lagu kesedihan untuk patah hati

Jiwaku tersulam dari jaring-jaring baja,
yang kekal apabila tersentuh romansa.

Dunia ini fana, begitu pula manusia yang mengatakan air mata adalah cinta.

Sebab, di balik air mata yang jatuh,
ada perasaan yang tidak mampu terbaca;

oleh mata manusia,
oleh cinta yang tumbuh di tanah berduka.


Di saat akhir pekan, sudah menjadi agenda rutin bagi Miuza dan Moeza pulang kerumah orang tua mereka. Dan, biasanya, anak kembar Joe dan Jiu akan tiba menjelang makan malam. Namun, anak bungsu dari keluarga itu sudah datang lebih dulu.

Alasannya? Karena sejak pagi tadi, Miuza sedang bertengkar hebat dengan Sang Kekasih hingga ia membutuhkan pelukan Pipi-nya, alias Jiu.

Pun, pemandangan pertama yang Moeza lihat saat tiba di rumahnya adalah ketiga orang yang sedang bersenda gurau. Entah apa yang mereka bicarakan sampai membuat Papa-nya terbahak-bahak. Miuza yang sedang duduk di antara Joe dan Jiu, akhirnya menyadari kehadiran kembarannya.

"ABANG!!" Seru Miuza seraya merentangkan kedua tangannya. Moeza mendekat, dan pelukan pertama untuk Miuza. Sekarang, keempat manusia tersebut duduk di sofa yang tidak terlalu besar.

"Tumben kamu nggak terlambat pulangnya?" Kata Moeza untuk Miuza. "Aku udah cerita ke Papa dan Pipi, kamu sih telat datangnya."

"Abang harus dengar cerita Miuza." Ujar Papa-nya.

"Paling kamu berantem lagi sama pacar kamu itu." Posisi duduk Moeza berubah menghadap Jiu. Lalu, kedua tangannya memeluk Pipi-nya dan kepalanya bersandar di bahu Jiu. "Malam ini, Pipi tidur sama Abang, ya."

"Pipi tidur sama aku! Tadi aku bilang duluan."

"Kamu udah minggu lalu."

"Ya, sekarang aku lagi berantem sama pacarku."

"Bukan urusan, Abang."

"Aduh, Abang, Kakak, malam ini Pipi tidur sama Papa."

"NGGAK!" Jawab Moeza dan Miuza berbarengan.

Sejak dulu sampai sekarang, ketiga manusia itu memang selalu memperebutkan Jiu untuk tidur bersama. Hingga, tak jarang, Jiu merasa pusing. Terlebih, ketika di antara mereka tidak ada yang mau mengalah.

"Malam ini Pipi tidur sendiri. Jadi, Papa tidur di kamar Kakak atau Abang." Ucap Jiu. Ketiganya mengeluh tak setuju. Kendati, tahta tertinggi di rumah ini adalah Jiu. Sehingga, tidak ada yang berani melawan keputusannya.

"Papa bobo sama Kakak kalau begitu." Ucap Joe, seraya memeluk Miuza dan mencium Sang Anak dengan gemas. "Papaaaa!!!!!"

"Yuk, kita makan malam. Nanti nasi dan lauknya keburu dingin." Tutur Jiu. Dan, bagai titah dewa, suami dan kedua anaknya sontak berdiri.

Seusai makan malam, tugas yang mencuci piring minggu ini adalah Joe. Lelaki itu mendumal saat anak-anaknya tidak ada yang berniat membantu. sebab Miuza lebih memilih menemani Pipi-nya di ruang TV. Sedangkan Moeza kembali ke kamar.

Hari ini cukup menyenangkan bagi Moeza. Cerita Miuza memang selalu buat semua orang tertawa. Kesabaran Papa yang selalu mengalah saat anak- anaknya merebutkan suaminya juga sangat lucu.

Moeza terhibur, sungguh. Pikirannya terdistraksi dengan tingkah menghibur keluarganya. Sejenak, dirinya melupakan pertengkarannya dengan Ello. Sejenak, ia melupakan kemelut, yang bersumber dari mantan kekasihnya. Sejenak saja.

Series III #MOERZA | Jika Kita Bertemu Kembali [MARKNO AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang