Seureunyeodeol

774 103 25
                                    

"Remember this one ya Adek, yang Adek lakuin tadi itu tetep ga baik, Pa ga mau Adek kayak gitu lagi ya. Next time, kalau ada yang jahatin Adek lagi, Adeknya lapor aja ke Papa langsung, atau Adek juga bisa kok bilang ke Om, Abang, Mas, Kakak, Kokoh, banyak tau yang mau ngelindungin Adek."

Di tengah malam yang semakin larut, dan sebelum Anak lucunya terpejam memasuki alam mimpi, Saadan memberi sedikit nasihat agar kelak Anaknya tak akan lagi mengambil langkah yang salah. Di sini, Saadan also became a parent for the first time, jadi Saadan juga masih harus belajar banyak tentang cara menyikapi perilaku Anaknya agar si kecil tak merasa takut akan warning yang akan dia berikan selanjutnya.

Tangan Saadan bergerak penuh sayang mengusap puncak kepala Can. Bibirnya menggurat senyum tipis, hatinya terasa menghangat kala mengingat bahwa sekarang, disela kegiatan hendak tidurnya, akan ada si kecil yang selalu suka memeluk dan lalu menceritakan tentang apa saja yang sudah Anaknya itu lakukan hari ini. Saadan selalu suka untuk mendengarnya, apalagi ketika si kecil tak pernah melewatkan pertanyaan tentang bagaimana perasaannya hari ini.

"Adek minta maaf ya Papa, Dek janji tidak akan begitu lagi."

"Iya sayangnya Pa, it's okay ya, yang penting jangan diulangin lagi." Can mengangguk mengerti, berjanji dengan sepenuh hati bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dan mengecewakan sang Papa.

Karena malam sudah memasuki jam yang sudah tidak ramah lagi untuk anak kecil, Can segera memejamkan matanya hendak tertidur.

Namun....

Ada satu pertanyaan yang tiba-tiba terlintas dan menganggu tidurnya, ada satu pertanyaan yang Can sedikit khawatir untuk mendengar jawabannya, namun di satu sisi Can juga cukup penasaran akan jawaban dari pertanyaan itu.

Can kecil semakin merapatkan tubuhnya ke dalam pelukan sang Papa, helaan nafasnya terdengar sedikit gusar. "But Pa...." kalimat si kecil tertahan di udara, tidak yakin apakah harus melanjutkannya atau tidak.

"En?? Kenapa sayang??" dagu Saadan tertumpu di puncak kepala Anaknya, sesekali tangannya bergerak ringan untuk mengelus surai hitam legam Can dengan gerakan yang menenangkan. "Tanya apa ingin Adek tanya, Pa tidak akan marah."

Can kecil kembali menghela nafasnya, sejujurnya dia takut Papanya menjadi sedih jika pertanyaan ini dia tanyakan. "Tapi Papa halus janji tidak boleh cedih ya??"

Memangnya, pertanyaan macam apa yang akan si kecil ini tanyakan sehingga Saadan mendapat peringatan seperti ini?? Tak ingin membuat anaknya menunggu lebih lama, Saadan segera mengangguk mengiyakan. "Pa janji Adek."

Hening selama beberapa detik, tampaknya Can masih membutuhkan sedikit waktu lagi untuk ini.

Setelah dirasa cukup tenang, Can kembali bersuara. "Celama ini, Pa celalu bilang kalau Can cedih Can bica kacih tau Pa. Jika Can diganggu Anak nakal lagi Can juga bica kacih tau Pa, jika Can kenapa-kenapa Can bica kacih tau Pa. Pa juga celalu bilang begitu kepada Oman, Omes, dan cemua-cemua yang ada di lumah ini...."

Pada moment-moment tertentu, Can kecil akan selalu melihat situasi dimana sang Papa berusaha untuk menenangkan para Jagadipa ketika salah satu diantara mereka berada di dalam masalah. Atau ketika para Jagadipa merasa sedih dan terluka, Papa Saadan akan berlari cepat untuk memberikan seluruh rangkulan terbaik yang dia punya.

Tak hanya itu, acap kali adik-adiknya belum pulang ke rumah jika hari sudah semakin larut, Papa Saadan akan dengan senang hati menunggu kepulangan mereka walau lelah sehabis bekerja. Papa Saadan sesekali juga akan menyempatkan diri bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan, memastikan bahwa Adik-adiknya tidak pergi dengan perut kosong.

Our Precious Baby (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang