PART 2 - WE

1.1K 166 68
                                        


Mobil Sasuke berhenti di kawasan dekat Green House yang terletak di pusat kota. Sejujurnya Hinata heran karena Sasuke memperbolehkannya menaiki mobil lelaki itu. Padahal beberapa waktu lalu Sasuke berteriak histeris saat Hinata menyentuh ujung pintu mobilnya, tingkahnya itu sudah seperti para wanita sosialita pecinta barang branded yang histeris melihat salah satu koleksi tasnya tergores sedikit.

Hinata menuntun Sasuke masuk melewati pekarangan rumah yang tampak kurang terawat. Banyak rumput liar tumbuh subur serta dedaunan kering yang menumpuk di halaman. Ditambah keberadaan pohon-pohon rimbun menambah kesan angker rumah ini.

"Kau benar-benar tinggal di sini?" Sasuke tidak terkejut lagi, semua yang berkaitan dengan Hinata tidak jauh dari kata kotor, jorok dan berantakan.

"Um, sesekali."

"Sesekali?"

"Ya. Tempat ini milik Pamanku. Dia sering melakukan riset dan berpergian ke luar negeri. Karena itu, terkadang aku menjaga rumah ini bila tidak ada Neji."

"Siapa Neji?"

"Dia putra Paman Hizashi, sepupuku yang jenius dan cerewet."

Sasuke hanya manut-manut paham dan mengikuti Hinata memasuki rumah.

"Yupi pasti senang bertemu denganmu."

Sasuke tidak berkomentar apapun. Tapi dari cara Hinata menceritakan Yupi dengan antusias sepanjang perjalanan, Sasuke menebak-nebak kalau Yupi bukanlah anak manusia, melainkan seekor peliharaan seperti kucing, anjing atau ikan koi.

"Nah, perkenalkan! Dia adalah si imut Yupi."

Sasuke terperanjat mendapati seekor ular piton albino merayap bebas di lantai. Panjangnya mungkin sekitar dua meter lebih.

"Yupi tidak berbisa dan jinak." Hinata menjelaskan sembari mengelus-elus ular itu penuh kasih sayang. Lalu menggendong dan melilitkan ular tersebut di tubuhnya.

Sejujurnya Hinata tidak menaruh harapan tinggi saat mengenalkan Yupi pada Sasuke. Dulu saat pertama kali mengajak Naruto kemari, lelaki itu pingsan setelah bertemu Yupi. Selama tiga bulan berturut-turut, Naruto menghindari Hinata dan lari ketakutan saat gadis itu mendekat. Kabarnya Naruto juga mengalami serangan kecemasan setiap bertemu hewan melata karena teringat Yupi. Jika diingat-ingat, masa adaptasi Naruto mengakrabkan diri dengan Yupi terbilang lama, hampir dua tahun. Oleh sebab itu jika Sasuke pingsan, Hinata tidak terkejut.

"Yupi, sapalah Sasuke!"

Ular itu mendekatkan kepalanya ke arah Sasuke, hingga lelaki itu mundur beberapa langkah dengan wajah horor.

"Tunggu!" Sasuke memberi isyarat agar Yupi tak mendekat, lalu melirik Hinata guna memastikan sesuatu. "Apa kau memandikannya tiga kali sehari?"

Hinata tercengang. Diluar dugaan, rupanya Sasuke tidak memiliki rasa takut pada Yupi. Sasuke bereaksi waspada seperti itu cenderung karena mysophobia yang dideritanya. Hinata lega sekaligus terharu hingga rasanya ingin menangis.

"Coba elus kepala Yupi." Hinata memberi arahan yang langsung dilaksanakan oleh Sasuke meski dengan raut penuh pertimbangan akan kebersihan ular tersebut.

Semakin lama Sasuke tak ragu-ragu menyentuhnya setelah tahu ular itu tidak agresif, tidak seperti pemiliknya. "Gadis pintar."

Hinata berkerut tajam. "Yupi bukan seorang gadis. Dia anak laki-laki yang tampan."

Sasuke terkejut bukan main. Pantas saja sedari tadi firasatnya berkata bahwa tatapan Yupi mengarah tajam padanya. Cih, dasar posesif!

Kini giliran Hinata mengambil alih perhatian Yupi dari Sasuke. "Yupi, dengarkan Mama! Sekarang tidak ada lagi Papa Naruto karena dia mencampakkan kita. Sebagai gantinya, Mama membawa Papa baru untukmu. Dia adalah Papa Sasuke. Apa kau senang?"

TintinnabulationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang