satu

18 1 64
                                    

Sergius Kayyisa berusia tiga tahun kala menunggu sendirian, duduk di bebatuan yang menjadi bangku di dalam kastil. Beberapa pelayan keluar masuk dengan wajah khawatir dan panik, tetapi ia tetap sabar. Kedua tangan bertaut di atas paha menggumamkan Moon Goddes di bibir mungil itu. Sebuah sentuhan dirasakan, anak yang akan menjadi kakak sebentar lagi itu mendongak. Senyumnya terukir tipis lalu melingkarkan lengan pendek itu pada tubuh kekar sang ayah.



Jemari lelaki itu mengusap pelan surainya, diangkat pelan tubuh sang buah hati ke atas pangkuan.



"Adek lama ya?"



"Iya, Ibu sedang berjuang di dalam sana."



Anak itu terdiam, menikmati pelukannya bersama sang Alpha ketua pimpinan pack. Entah berapa lama mereka menunggu, Sergius hampir terlelap di sana tetapi suara bayi perempuan membuat kastil dini hari itu ramai oleh seruan para anggota keluarga dari berbagai clan. Mereka bersujud, mengangkat kedua tangan ke atas dan menyerukan nama Moon Goddes secara bersamaan.



Bukan hanya anak dari para tetua, melainkan kelahiran siapapun di sini mereka terbiasa mengucapkan syukur. Para pups yang meramaikan kawasan pack merupakan calon pemimpin mungkin bisa jadi semakin menyejahterakan keluarga kecil ini.



Sergius turun dari pangkuan sang ayah kemudian berlari menyusuri lorong kastil, ia melihat ibunya masih berbaring lemah di atas ranjang yang terbuat dari kayu dan dedaunan itu. Wanita itu tersenyum tipis, melambaikan tangan pada si sulung supaya mendekat.



Bayi perempuan yang begitu kecil dan lemah, kulitnya tipis dan seputih awan di langit yang cerah, surainya berwarna oranye yang mirip sekali dengan sang ibu. Hanya saja, belum panjang seperti beliau.



"Hai, adek!"


"Sergi sudah punya nama untuk adik belum?"



Si sulung nampak terdiam, duduk di tepi ranjang sembari berpikir sejenak. Ia mencoba mengingat percakapannya dengan sang ayah beberapa hari kemarin perihal mencari nama adik yang akan lahir.



"Yang artinya gadis manis dan cantik, siapa kemarin namanya?"



Suara ayah menyela di sana, duduk di belakang si sulung yang berusaha mengingat. "Mmm... Ju... Juw... Juwita?"



Kedua orang tuanya tersenyum bangga, keluarga kecil yang berbahagia itu kedatangan anggota baru. Apapun second-gendernya nanti, Juwita Kayyisa akan selalu dijaga oleh sang kakak sesuai janjinya kepada ibu dan ayah.




**



Kayyisa bersaudara dahulu memiliki rumah bernaung, keluarga untuk berbagi kasih sayang, nama pack yang menjadi kebanggaan mereka.



Eleazar namanya, ayah mereka berasal dari Trikru — merupakan klan yang kekuatannya berpusat pada kayu atau pohon-pohon. Fisik mereka begitu kuat, sanggup bekerja seharian membuatkan kastil dan pondok untuk tempat tinggal. Hutan merupakan sumber kekuatannya, ia sudah hapal seluk beluk kawasan yang ditinggalinya.



Sampai suatu ketika, ia jatuh cinta pada seseorang.



Iya, seseorang. Bukan berasal dari werewolf seperti pasangan lainnya.



Manusia menyebutnya peri, wanita berparas cantik yang berasal dari klan Trishana bernama Irina. Tugas mereka ialah menjaga keasrian hutan, memastikan kehidupan di sana tidak hancur oleh tangan-tangan jahat. Mereka diberi kekuatan langsung dari Bulan oleh Moon Goddes. Jemari mereka menari dan akan muncul cahaya-cahaya, setiap anggota tubuh mereka memiliki kekuatan.


KayyisaWhere stories live. Discover now