Bel pulang sekolah telah berbunyi, Bima & Nayla pun bergegas merapikan barang mereka.
Beruntung sepanjang pelajaran tadi tidak ada gangguan apapun dari hantu penunggu bangku kosong. Dan kini mereka berdua berniat untuk mencari informasi soal identitas para hantu yang menjadi penunggu sekolah ini.
Langkah pertama mereka adalah bertanya dengan Bu Siska selaku wali kelas mereka.
"Permisi Bu Siska bisa minta waktunya sebentar?" Ucap Bima.
***
Kini Bima, Nayla, & Bu Siska duduk di salah satu bangku di lorong sekolah.
"Jadi apa yang ingin kalian bicarakan?" Tanya Bu Siska.
"Begini Bu, kami ingin bertanya soal hantu di sekolah ini!?" Balas Nayla dengan agak ragu.
Bu Siska tampak terkejut dengan jawaban Nayla, ia tampak membetulkan posisi kacamata nya sebelum mulai menjawab.
"Kamu ini kalo nanya langsung to the point ya!"
Nayla langsung tersentak mendengar balasan Bu Siska.
"Eh, bukan gitu, kami hanya ingin tahu saja kok soal sejarah mengapa sekolah ini jadi angker," jelas Nayla.
"Yah, kalo ibu tidak salah ingat, kejadian ini bermula sekitar 10 tahun yang lalu..."
***
Saat itu ada seorang siswi bernama Farah. Dia merupakan siswi yang rajin dan pintar, sehingga dia sering memenangkan olimpiade sains antar sekolah.
Namun ia menderita penyakit asma, ditambah penampilannya yang culun membuatnya menjadi target empuk 3 orang siswi pembully di sini.
Farah sering dipaksa ngerjain tugas sekolah mereka, kalo tidak mau maka ia akan dirundung oleh mereka bertiga.
Awalnya pihak sekolah berusaha untuk menindak mereka bertiga. Tapi kami tidak bisa memberikan hukuman lebih karena orang tua mereka merupakan donatur bagi sekolah ini.
Puncaknya terjadi pada saat hari sedang hujan deras di waktu setelah jam pembelajaran selesai. Saat itu kami lengah dalam mengawasi mereka.
Kejadiannya terjadi di kelas kalian saat ini. Farah dirundung habis-habisan karena ia tak mau lagi mengerjakan tugas mereka.
Tubuhnya diikat di sebuah bangku, ia dipukuli kemudian ditinggalkan dalam kondisi tubuh masih terikat. Ia menangis sepanjang malam menahan rasa sakit, dan saat itulah penyakitnya kambuh hingga ia meregang nyawa di bangku tersebut.
***
"Lantas, bagaimana dengan nasib para pembully itu?" Tanya Nayla.
Bu Siska pun menjelaskan bahwa setelah kejadian itu, satu persatu diantara para siswi itu meninggal secara tak wajar.
Yang pertama meninggal di toilet siswi. Yang kedua meninggal di gudang belakang sekolah.
Mereka berdua meninggal secara mengenaskan, seolah-olah mereka dibunuh oleh seseorang. Hanya saja polisi tidak dapat menemukan siapa pelakunya.
"Lalu bagaimana dengan pelaku ketiga?" Tanya Bima.
"Yang ketiga mati gantung diri di pohon dekat parkiran sekolah!" jelas Bu Siska.
Untuk sesaat mereka semua terdiam mencerna segala kejadian kelam yang pernah terjadi di sekolah mereka.
"Sejujurnya, sebelum kematian mereka, mereka bertiga sempat menunjukkan reaksi ketakutan, seolah-olah mereka diteror oleh sesuatu yang mengerikan. Hanya saja kami semua kebingungan gimana cara menghadapi sesuatu yang tak kami ketahui!" kata Bu Siska.
Setelah berbincang cukup lama, akhirnya Bima dan Nayla pun berpamitan. Mereka kini bersiap untuk melakukan rencana selanjutnya.
***
Sementara itu, di Kostan Maya, Praja tampak sedang melamun memikirkan ucapan Bima tadi. Sejujurnya ucapan Bima benar-benar mengganggunya, karena kekuatan yang dimilikinya sekarang, faktanya memang telah menelan banyak korban.
Ia begitu terhanyut dalam lamunannya, itu semua membuatnya gundah, hingga ia tidak menyadari kedatangan Maya.
"Praja!" Panggilan Maya menyadarkan Praja dari lamunannya.
Maya pun segera duduk di sofa sembari menatap Praja dengan heran.
"Kamu kenapa? Apa ada yang sedang kamu pikirkan?"
Praja terdiam sejenak, ia merasa tidak mungkin kalo ia harus menceritakan soal pertemuannya dengan Bima tadi. Apalagi menceritakan soal sisi gelap dari kekuatannya, karena itu lah ia memutuskan untuk mengalihkan topik pembicaraan ke hal lain yang terasa cukup penting.
"Begini Maya, sebenarnya waktu itu aku telah bertemu dengan sesosok Genderuwo. Dia berkata kamu dan adikmu kemungkinan punya kemampuan lebih dibandingkan para Indigo lain, sehingga kamu diincar oleh orang-orang jahat termasuk Kuntilanak yang waktu itu." Ucap Praja, sembari berharap perhatian Maya teralih dengan topik ini.
Maya tersentak mendengar ucapan Praja, ia tidak menyangka ternyata kekuatan yang dimilikinya menyimpan misteri besar yang tidak ia ketahui sebelumnya.
Sementara di sisi lain Praja merasa lega, karena kini perhatian Maya sudah teralih pada topik yang baru saja ia bawa.
"Kemampuan lebih? Apa maksudmu?" Tanya gadis itu.
Praja pun menjelaskan bahwa selain Indagis, ada legenda lain soal para wanita yang memiliki kemampuan khusus. Mereka disebut sebagai Indriya.
Indriya merupakan para wanita yang diberkahi kekuatan gaib, bahkan mereka bisa menundukkan para mahluk gaib layaknya Indagis.
Perbedaannya adalah para Indagis hanya diisi oleh para laki-laki, dan roh mereka dapat menyatu dengan khodam yang melakukan kontrak dengan mereka.
Sedangkan Indriya, mereka adalah para wanita yang bisa menundukkan para mahluk gaib tanpa perlu melakukan kontrak. Hanya saja roh mereka tidak dapat menyatu dengan para mahluk halus yang mereka taklukkan.
Mendengar penjelasan Praja, Maya hanya bisa terdiam. Ia merasa bingung sekaligus gelisah. Beribu pertanyaan muncul dibenaknya.
Kenapa ia dan Nayla punya kekuatan seperti ini? Kenapa ayahnya tidak pernah memberitahunya?
"Lalu apa yang harus kami lakukan? Kami tidak tahu apapun soal hal gaib atau apapun itu!?" Lirih gadis itu.
Melihat ekspresi gelisah yang ditunjukkan Maya, Praja ikut merasakan empati. Saat ini ia merasa benar-benar ingin membantu Maya dan adiknya, karena itu lah Praja ingin mengajak Maya untuk menemui Gandra.
"Maya, bagaimana kalo kita bicara langsung dengan sosok Genderuwo yang tadi sempat kutemui, mungkin setelah kita bertemu dengannya, kita bisa mendapatkan info lebih jauh soal kekuatanmu!"
"Lalu bagaimana dengan penyelidikan hantu di sekolah Nayla? Apa penyelidikan itu sudah selesai?" Tanya Maya.
"Soal itu tenang saja, aku sudah mempercayakan hal itu pada seseorang, aku yakin dia bisa menyelesaikan kasus itu dengan baik!" Jawab Praja.
***
Nayla kini berada di depan toilet perempuan, ia sekarang harus masuk ke dalam toilet sendirian.
Awalnya ia dan Bima ingin bertemu dengan para hantu penghuni sekolah ini secara langsung, tapi Bima malah memintanya untuk berpencar agar lebih cepat.
Tentu saja awalnya Nayla menolak, tapi ia tidak punya pilihan lain. Dan sekarang mau tidak mau ia harus melangkah masuk ke dalam dan bertemu dengan sang hantu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis 1: Jawa Arc
ParanormaleIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...