Vote sebelum membaca ya! Sekalian juga komen supaya author semakin semangat.
Jangan lupa tandain typo okay? Tenang, abis end langsung revisi kok ( '・ω・)
Sekian terimakasih, selamat membaca!
...
Bau asap rokok begitu menyengat, Gheo menahan napasnya, karena sedari dulu ia memang tidak menyukai rokok. Apalagi asapnya."Saya sudah melakukannya Tuan, dan saya mohon jangan melukai fisik maupun batinnya kembali," celetuknya pelan seraya menunduk hormat.
Galiex yang tengah bersandar pada pohon dengan rokok di apitan jarinya mendelik. "Aku sebagai majikan sudah selayaknya mendisiplinkan budak. Itu semua telah tertulis di perjanjian sumpah darah."
Rahang Gheo mengeras. "Tuan! Ini bukan lagi jaman di mana orang yang tidak mempunyai kedudukan dianggap sebagai budak!" sentaknya tanpa sadar.
Galiex membuang putung rokok, kemudian menginjaknya. Ya, ini bukan lagi jaman seperti itu.
Namun ada kalanya seorang bawahan yang selalu memberontak harus diajari dengan sebaik mungkin bagaimana cara menuruti majikannya.
Ia sengaja menjerat Yuvi di dalam kertas yang berisi perjanjian sumpah darah. Aneh memang, tetapi hal serupa seringkali dilakukan oleh Keluarga Harreon guna mengikat seseorang agar tidak memiliki kemungkinan menjadi penghianat.
"Seandainya dia menjadi penurut, aku mungkin akan memperlakukannya dengan baik," lontar Galiex memandangi langit yang masih mendung meski hujan telah berhenti turun membasahi bumi.
Penurut? Jikalau Galiex tidak membawa Yuvi dan membuatnya menjadi tawanan, Yuvi pasti sudah hidup bahagia bersama Alea sekarang.
Tanpa adanya tangisan dan jeritan yang menggema.
"Kau melakukannya dengan baik Gheo, tentu aku akan memberikan imbalan yang spesial untukmu."
Apa perkataan menyanjung yang terucap dari mulut seorang keturunan keluarga Harreon dapat dipercaya?
Ah biarkan saja.
"Pfftt." Galiex terkekeh. "Kau tahu Gheo? Tuan dari keluarga Grasa sangat lucu, andai saja kau melihat bagaimana dia mengejarku selayaknya anak anjing yang menginginkan tulang. Dan sekarang dia masih pingsan di samping pemakaman Alio."
"Sangat lucu ya...." gumam Gheo tersenyum getir.
Lupakan, mari lupakan perasaan simpati yang sudah menggerogoti hati. Bertahanlah, setidaknya untuk dirimu sendiri Gheo.
Menyemangati diri sendiri agar bertahan walaupun tidak ada hal yang harus dipertahankan.
Keluarga? Katakanlah bahwa ia hanya hidup sebatang kara sedari kecil, tidak ada yang memberikan kasih sayang sama sekali.
Ia pun tidak tahu perasaan apa yang tumbuh sejak kehadiran Yuvi. Simpati, suka sesaat, atau cinta?
Memikirkan ini semua membuatnya hampir gila, ia tidak bisa memberikan kejelasan atas perasaannya sendiri.
Aneh kan? Gheo juga berpikir demikian.
"Jangan berdiam diri, satu jam sudah berlalu, mungkin mereka telah pulang. Cepat periksa posisinya!"
Titah yang terucap segera membuat Gheo mengutak-atik tablet yang berada di tangannya.
Galiex menelisik raut wajah Gheo yang terlihat serius, dahinya berkerut bingung. 'Aku tidak menyangka dirimu masih se labil ini untuk mengartikan perasaaan, Gheo.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Galiex's Crazy Obsession [End]
FantasíaBerawal dari lisan yang tak sengaja mencaci tokoh utama wanita di novel, Yuvi malah ber transmigrasi ke novel itu dengan menempati tubuh tokoh utama wanita yang memiliki nama persis seperti dirinya. Ia menjadi bayang-bayang masa lalu protagonis pri...