merelakan mu.

201 6 1
                                    


merelakan mudah di ucapkan, tapi merelakan tak mudah melakukan

......

suara sirine ambulan berbunyi tepat di halaman rumah mewah milik nya, peti yang berisi mayat suaminya dibawa masuk oleh petugas rumah sakit, diletakkan nya didepan ruang tengah yang sudah di penuhi beberapa tamu yang hadir, kala isak tangis terdengar dari keluarga mendiang, kecelakaan parah itu membuat suami nya meninggal saat ini, wajah nya yang pucat pasi, mulutnya yang tertutup rapat, setelah ini ia tidak akan mendengar rayuan manja dari sang suami, ia tak akan bisa menyambut kedatangan suami saat pulang kerja.

" mama, papa kenapa kok tidur disitu?, " air matanya mengalir kala mendengar pertanyaan sang anak,

" papa gapapa kok, " hanya satu jawaban yang bisa ia ucap sekarang,

" mama sama yang lain kenapa nangis?,"

" mama gapapa sayang, " ia berjongkok menyamai tinggi nya dengan sang anak memegang tangan kecil tersebut dan menatap wajah polos sang anak,

" sena sekarang papa sudah tenang, nanti pasti papa mengunjungi sena, " ucap khaotung dengan air mata yang masih mengalir du pipi putih nya,

" memang nya papa kemana?, " tanya sena sang anak semata wayangnya dengan mendiang suaminya — first

" kita sudah beda alam dengan papa, nanti kalau sudah dewasa pasti sena mengerti, untuk saat ini sena hanya bisa merelakan ya sayang?, " air mata itu tak henti nya menangis menghadapi pertanyaan anak nya yang begitu polos,

" sena main sebentar sama ka ken ya?, " ucap khaotung,

" okeeyy, "













khaotung menghampiri peti milik suami nya, menatap lekat wajah pucat pasi itu, matanya dan mulut nya yang tertutup rapat luka jahit di dahi bekas kecelakaan yang mengakibatkan ia meninggal, rasanya tidak rela jika seperti ini, ia masih ingin menikmati momen bersama keduanya, terlebih lagi anak mereka masih kecil

air mata lagi lagi turun begitu saja lewat pipi gembul putih nya, menyatukan kedua tangan berdoa sambil terisak, rasa tak rela itu masih melekat di hati.

ibu dari mendiang first menghampiri khaotung yang terlarut dalam kesedihannya, berniat menenangkan, " khaotung, jangan begini, " ucap Ibu first, ia membawa khaotung duduk di salah satu kursi,

" ma.... cepet banget takdir misahin kami..." dengan terbata ia berucap,

" takdir memang telah memisahkan kalian tapi selama kau masih menyimpan ia di hati mu, maka ia masih bersamamu, merelakan memang tidak mudah butuh waktu untuk merelakan, tapi percayalah kau pasti bisa, "

kejadian ini kejadian tak akan pernah lupakan seumur hidupnya, hingga kini ia masih sering mengunjungi makan suaminya, sekedar bercerita atau hal yang lain.

...

" udah ga kerasa ya mas udah dua tahun mas ninggalin kami berdua, mas gamau pulang ke rumah? lebih nyaman di rumah loh mas daripada disini haha, " khaotung berusaha tertawa di akhir kalimatnya,

dua tahun pasca kecelakaan yang mengakibatkan suami nya meninggal, ia tinggal berdua dengan sena sekarang, sena sudah menginjak usia lima tahun dan sudah masuk di taman kanak-kanak.

" aku sekarang ngambil alih kantor mas, dan mas tau? podd manager dikantor kamu itu masih sering godain aku, dia juga ada confess tapi aku tolak karna ga ada rasa sama sekali, lucu ya mas, kalau mas masih disini pasti mas udah cemburu terus di ungkit ungkit sampai aku mujuk mas, hahaha jadi kangen mas, "

" sena sekarang udah bisa membaca, sama menghitung, aku yakin kita mendidik nya dengan baik, sena bakalan jadi anak pinter kayak mas nantinya, " ucap khaotung ia mengelus nisan yang bertuliskan nama suami nya,

" aku pulang ya mas, nanti main kesini aku pasti bawa sena, nanti lagi ya ngobrol nya, dada, " khaotung berpamitan, bohong kalau ia sudah merelakan nyatanya, saat ini ia menangis, bahkan saat mengurus sena ia selalu teringat mendiang suami, paras sena yang mirip dengan sang ayah, membuat dirinya selalu teringat first.

......

Tbc

niat nya nanti di bikinin part 2 nya, iya tau end nya gantung, makanya ada part dua nya.

FIRSTKHAO ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang