57 Nak...

3.7K 381 121
                                    

Hatchim!

"Aahh..."

Padahal hanya bersin, Rony mengaduh. Lukanya terasa tertarik, bahkan hanya semudah bernapas saja membuat ngilu. Apalagi batuk, bersin atau bergerak heboh. Ah, Rony meringis. Ia mengambil obat pereda nyerinya.

Patah atau retak dibagian rusuk tidak bisa dibebat atau digifs seperti patah tulang ditangan atau pun dikaki. Memang, akan sembuh dengan sendirinya namun memakan waktu yang lama. Sungguh pun Rony tersiksa.

Hanya dengan bantuan obat, pengelolaan gaya hidup termasuk makanan juga yang kini harus diperhatikannya. Agar lekas membaik, rasanya nyeri. Serba salah. Menjadikan Rony sulit bergerak.

Rony duduk disofa, seorang diri. Salma sedang pergi, belum kembali.

Rony mengapit hidungnya, dijepit menggunakan telunjuk dan ibujari. Menahan bersin.

Rony menghembuskan napas. Ah, ia meringis lagi. Sakitnya ngilu, cekat cekit. Entah sampai kapan ia benar-benar pulih kembali. Pulih sepulih-pulihnya. Tanpa dihantui rasa sakit itu.

Ditengah kesendiriannya membuat Rony melamun, sekarang semua teman-temannya. Lebih tepatnya teman kerjanya dikafe tahu jika dirinya adalah anak dari pemilik kafe tempat mereka bekerja. Ah, Rony tak mau mereka segan.

Rony berlalu ke kamar. Mengecek email, ia berjalan pelan menenteng laptopnya. Kembali ke sofa sebagai ruang tamu pun ruang keluarga.

Ia mencari pesan baru dengan teliti.

Nah!

Ah, senyumnya baru saja tercetak namun luntur seketika. Ada panggilan interview tapi saat ia koma di rumah sakit. Rony menghela napas, belum rezekinya.

Ia menyandarkan kepala pada punggung sofa, tiba-tiba sisi pemikirnya mencuat.

Bagaimana jika ia terus-terusan sakit? Geraknya terbatas, serba salah, serba nyeri. Katanya akan sembuh paling lama enam minggu. Tulang yang retak itu akan kembali menyatu dan tentunya rasa sakit itu akan pergi. Tapi...lama.

Hatchim!

"Ahh..." ia meringis lagi, memegangi lukanya. Lantas berdecak, "Ck, sakit!" frustasi.

Rony membuka ponselnya, mencari kontak perempuannya. Sudah lebih dua jam, Salma tak kembali.

"Ck, apanya yang dua jam." gerutunya, lanjutnya, "Katanya cuma dua jam perginya, mana? Udah lama tuh."

●○●○●○●○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●○●○●○●○

Zara mundar mandir didepan IGD, menggigit jemarinya. Kalut.

Ah, ia teringat sesuatu. Rony!

Zara mengambil ponselnya, bisa-bisanya ia lupa menghubungi lelaki temannya.

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang