1.AWAL MIMPI

1K 31 0
                                    

"Ayah,bunda,Aku hanya ingin Di hargai,apakah kalian tidak bisa mengabulkan permintaan Ku?"
-Samudra Ankaa altair-


Pagi hari, Samudra terbangun dengan sinar matahari yang menyelinap melalui tirai kamarnya.

Suara bising mobil di luar jendela mengingatkannya pada kehidupan yang penuh tekanan. Ia menatap poster pesawat di dinding, sebuah pengingat akan impian yang selalu terpendam.

Saat sarapan, bunda Samudra sedang sibuk membaca koran dan ayahnya berbicara dengan rekan bisnisnya di telepon. Samudra mendengar bagaimana ayahnya mengutarakan target penjualan tahun depan, tetapi tidak ada satu pun kata tentang impian Samudra.

“Baiklah, Pak,” jawab Ayah Samudra, “saya pasti bisa mencapainya.”

"Ayah,bunda,Aku hanya ingin Di hargai,apakah kalian tidak bisa mengabulkan permintaan Ku?" batin samudra dengan penuh Harapan.

Samudra merasa frustrasi karena tidak ada siapa pun yang peduli dengan mimpinya. Setelah sarapan, dia bergegas menuju sekolah, melewati bandara yang selalu membuatnya terpesona. Di sana, ia melihat pesawat lepas landas, dan hatinya bergetar.

Di sekolah, Samudra merasa terasing. Teman-temannya lebih tertarik pada kegiatan sosial sementara ia lebih suka menghabiskan waktu sendirian, menggambar pesawat di buku catatannya. Zikri, sahabat sekaligus rivalnya, selalu mengintimidasi dan merendahkan mimpinya.

“Hari ini kita akan main bola basket!” seru zikri sambil menonton Samudra yang masih duduk sendirian di pojok lapangan. “Tidak mau kamu ikut kan?”

Samudra menggelengkan kepala. “Maaf, saya sudah cukup.”

Zikri tersenyum sinis. “Ah, kamu benar-benar aneh, Samudra!”

Setelah pelajaran selesai, Samudra duduk di bangku taman sekolah, merenungkan kata-kata lidya yang telah ditulis di kalimat favoritnya: “Berani bermimpi.” Ia tahu bahwa untuk mencapai mimpinya, ia harus berjuang melawan semua rintangan yang menghadangnya.

Dengan tekad baru, Samudra bersiap untuk menghadapi tantangan yang akan datang demi meraih impiannya menjadi pilot. Sesaat kemudian, ia melihat Pak Bambang.

“Selamat pagi, Samudra!” ucap Pak bambang dengan ramah. “Bagaimana hari ini?”

Samudra tersenyum tipis. “Baik... tapi aku masih belum yakin jika aku bisa melakukan apa yang aku inginkan pak.”

Pak Bambang  menempelkan tangannya di atas pundak Samudra. “Jangan ragu-ragu, Samudra. Berani bermimpi dan berani mengejar apa yang kamu inginkan. Ingat saja: ‘Langit itu luas’.”

Semua keluh kesah samudra sudah Pak Bambang ketahui dimana samudra berdiam diri Dan ia mulai berbicara,samudra memceritakan gimana kehidupannnya.

Samudra mengangguk kuat. Tekadnya mulai berkobar dalam hatinya. Dia akan melawan rasa sakit masa lalunya,dia akan meraih mimpinya menjadi pilot. Dan dia akan terbang tinggi di langit, meninggalkan semua luka di belakangnya.

“Terima kasih,pak.” katanya dengan suara yang lebih mantap.

Pak Bambang tersenyum. “Senyum manis, Samudra. Senyum manis.”

Luka Di SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang