Jangan Baca Catatan Ini

0 0 0
                                    


Bagiku cinta adalah salah satu fenomena terbesar di muka bumi ini untuk melakukan berbagai macam hal. Termasuk dalam menyusun buku ini. Aku menulis tentang apapun yang aku rasa. Indah bukan, ketika perasaan kita abadi di dalam tulisan.

Perenungan yang begitu panjang, atas segala kesalahan, atas besarnya keinginan, atas segala cara bagaimana aku memahami rasa. Sebelum kau lanjut membaca seisi buku ini, aku ingin minta maaf jikalau kau anggap ini semua aneh. Jika terbesit di benakmu,“ buat apa?, terkesan ga jelas dan lain sebagainya “ , aku benar-benar minta maaf untuk itu. Yah ini lah aku dengan kepala dan perasaanku atas dirimu.

Bulan juni menjadi pertama kalinya ku tumpahkan tinta ke atas kertas. Dilema antara tetap memendam di kepala atau menyatakan dengan tulisan. Mungkin berlebihan, aku beranggapan tulisan ini akan menjadi dongeng sebelum mengantarkan kita menuju dalamnya lautan mimpi. Menggunakan pulpen hitam yang terkadang enggan mengeluarkan tintanya. Menyebalkan memang. Tetapi selalu saja ada sesuatu yang memaksaku untuk terus menggoreskan tinta.

Banyak orang akhirnya menyesal karena tak dapat mengingat begitu jelas tentang perasaan yang sedang berkecamuk di dalam hati pada hari itu. Hari-hari yang kita jalani begitu indah, sebegitu mubazirnya apabila tidak di awetkan.

Aku rasa langitpun ikut bergembira menyaksikan manusia yang sedang di terjang cinta menulis perasaannya.

Buku ini bagiku adalah kenangan, pencapaian dan pelajaran. Ia ku susun di tengah suasana jiwa yang dipenuhi bunga, terpikat oleh keindahan rasa, dan hasrat akan cinta. Perasaan ini bagiku adalah guru yang banyak memberi inspirasi dan menuntunku untuk bersemayam lebih lama di dalam kehidupan “cinta”.

Tak lupa ku haturkan terima kasih kepada engkau yang selalu menjadi bahan bakar. Terima kasih sudah mau menjadi bagian jatuh cinta, patah hati dan bahagiaku. Terima kasih sudah mau bermuara di atas benuaku. Ku harap bisa lebih lama lagi.

Izinkan aku mengabadikan semua tragedi yang pernah terjadi.  Rasa ini telah tumbuh bergandengan dengan waktu dan terus menerus mengganggu waktu tidurku. Sungguh masih teramat banyak rasa yang tak mampu aku tumpahkan pada lembaran ini.

Namun, banyak hal yang dapat menghantarkan sebuah rindu. Hujan dan senja adalah sebuah keajaiban yang selalu membawa segala perasaan, meski terkadang tak tersampaikan. Ku persembahkan buku ini dengan kata maaf seluas semesta. Satu satunya perasaan yang memperlambat waktu adalah rindu.
Maaf untuk kemarin, hari ini dan seterusnya.

Ruang JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang