60 Debat!

3K 276 88
                                    

"Ini perampokan! Cepat serahkan hati, perhatian, kasih sayang, waktu, kalo perlu seluruh hidup anda untuk saya!"

Salma sampai menghela napas, tak takut. Rony menodongkan pistol, pistol berbentuk tangannya. Manual.

Salma lanjut mengaduk nasi goreng yang sedang dibuatnya.

"Mas..." Salma berlagak galak, padahal bibirnya hendak tersenyum.

Rony terkekeh, menggelendot pada perempuannya. Maklum, memang dasarnya clingy. Ia memeluk Salma dari belakang, mengecup pipinya.

Cup!

"Mas..." Salma mengeluh, masih bersabar.

Cup!

Rony mengecup pipinya lagi, Salma menghela napas. Mematikan kompor karena nasi goreng itu memang sudah matang. Lalu berbalik, menyentuh kening lelakinya menggunakan punggung tangan.

"Pantes, panas sih. Pihak keluarga milih rawat jalan ya, Pak?" candanya.

Rony berdecak, "Ck, kamu pikir aku gila apa?"

Salma berbalik lagi, mengaduk nasi gorengnya. Memindahkannya kepiring. "Ya, lagian. Aneh-aneh aja, segala jadi perampok."

Rony terkekeh, memeluk Salma kembali. Dari belakang, menyandarkan dagunya dibahu Salma.

"Mas, kenapa sih? Clingy banget?"

"Emang gak boleh?" Rony melepaskan pelukannya, mundur satu langkah. Dasar, pundungan!

Salma berbalik, membawa dua piring nasi goreng ke meja pantry. Lalu duduk dibangku yang tersedia, ia menuangkan air putih dalam gelas.

"Udah, gak usah manyun. Sini sarapan." ujarnya.

Rony duduk disampingnya, wajah bete. Ditekuk.

"Sore, Zara sama temen-temen yang lain kesini. Mau revisi naskah, sekaligus main katanya."

Rony bergumam, makan dalam diam. Salma mengedikan bahu lalu turut makan juga.

●○●○●○●○

"Mirip Ayahnya ya." kekeh dokter.

Salma dan Rony memperhatikan layar monitor, mereka sedang dirumah sakit. Menjenguk Cookies secara tatap mata. Setelah drama merajuk saat sarapan tadi.

Dokter membuka buku pink milik Salma, mencatat data-data yang didapat dari pemeriksaan kali ini.

"Sejauh ini semuanya bagus, air ketubannya banyak. Posisinya juga bagus, tali pusarnya aman. Semoga lancar-lancar sampai persalinan ya."

Salma tersenyum senang begitupun dengan Rony, buah hati mereka tumbuh dengan sehat dan baik.

"Jangan lupa banyakin minum air putih, kayaknya Salma perlu diet ya. Janinnya tumbuh sehat cuman ukurannya lebih besar dari seharusnya."

"Ah, iya, Dok. Saya kalo makan suka kalap. Makanya badan saya ikut melar gini." keluh Salma, dokter terkekeh.

"Ayah juga bantu ingetin ya, jaga pola makan Bunda-nya. Sebisa mungkin kurangin dulu porsi karbohidratnya, nyemilnya coba diganti jadi buah-buahan atau makanan yang lebih rendah lemak lainnya. Takutnya, nanti janin terpaksa dikeluarkan tidak sesuai usianya karena keadaan tubuhnya yang lebih besar dari usianya, nanti dia stress karena udah sempit tempatnya." terang dokter.

Salma mengangguk paham, "Hanya itu saja, Dok?"

Dokter mengangguk, "Paling sama sering-sering olahraga ya. Gak usah olahraga yang berat, jalan kaki aja. Santai, kaya jogging ditemenin sama Ayahnya kalo gak sibuk. Biar pencernaannya lancar, sama kakinya biar gak bengkak."

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang