Bab 1. Perjalanan ke dunia lain.

2 1 0
                                    

Hari sudah siang dan dari sepulang sekolah Mayang pergi ke supermarket untuk sedikit berbelanja kebutuhan dapur.
Hari ini adalah Senin dan sudah waktunya untuk membayar hutangnya Minggu ini.

Mayang mentransfer uang sejumlah Rp. 750.000,- kepada pemilik akun rentenir.
Keadaan saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan dua bulan lalu, tenggat waktu membayar hutang adalah setiap tiga Minggu sekali dengan jumlah 750k untuk melunasi hutang dan itu masih belum terhitung dengan bunganya.

Hutang besar yang ditinggalkan oleh ayahnya sangat membebani Mayang, bahkan jika dirinya pada saat itu menjual rumah dengan beserta isinya itu hanya akan melunasi bunganya saja.
Mayang bersyukur saat itu tidak menyerahkan rumahnya kepada rentenir itu, dan sebagai gantinya memberikan dua mobil Rolls-Royce phantom yang seharga 25 milyar rupiah.

Pada saat-saat sulit seperti ini Mayang harus berhemat sebanyak mungkin dan menjalani kehidupan baik di sekolah untuk masa depan yang lebih baik lagi.

Sesampainya dirumah, dirinya disambut oleh pekerja yang dirinya sewa untuk mengurus rumah.  Saat ini Mayang hanya sanggup menyewa dua orang untuk bertugas di tempat masing-masing. Seperti paman Adam yang menjaga keamanan dan perawatan rumah dan untuk petugas kebersihan hanya akan menjadi kerja paruh waktu, bernama Lisa dia masih seorang mahasiswi.

Tinggal sendiri di tempat besar ini sering membuat Mayang merasakan kesepian, namun semenjak Lisa mulai berkerja tidak lagi merasa kesepian karena Lisa akan tinggal disini dan Mayang menganggap Lisa sebagai teman baiknya begitu juga sebaliknya.

"Selamat siang nona"

"Halo paman"

"Lisa! Kamu sudah akan berangkat?"

"Ya, aku masih harus pergi untuk mengambil paruh waktu di cafe"

"Aku hanya mampu memberikan Lisa gaji Rp.300  perminggu jadi tentu dia masih harus mencari uang lebih lagi, dan untuk paman Adam aku hanya mampu membayarnya 1jt dalam sebulan."

Pengeluaran total dalam satu bulan adalah 5jt dengan semua kebutuhan, uang tabungan yang Mayang punya hanya mampu bertahan setidaknya dua bulan lagi.

Sepertinya Mayang harus mencoba peluang baru di benua Steny.

Benar-benar tidak mudah untuk menghasilkan uang.

Mayang bersiap dengan pakaian dan jubah untuk menghindari udara dingin di dalam Hutan Tanah Kematian.

Ini adalah benua Steny dan tempat paman Sebastian Ludwig tinggal adalah Hutan Tanah Kematian.

"Halo Sebastian, aku datang!"

"Kau sedikit terlambat hari ini"

Sebastian Ludwig saat pertama kami bertemu dia akan selalu menjerit kesakitan dan pingsan setelahnya dan itu sangat lucu karena reaksinya selalu sama setiap kami bertemu, namun semenjak Mayang mulai merawat Sebastian semuanya berubah dan Sebastian tidak pernah pingsan lagi dan kami menjadi dekat dan mulai mengenal satu sama lain.
Kesan awal acak itu membuat Mayang terkadang lupa dengan paras Sebastian yang begitu paripurna dia adalah orang paling tampan yang pernah Mayang lihat sebelumnya, Sebastian terkadang bercerita jika Mayang adalah satu-satunya manusia yang tidak dapat dirinya sentuh dan hal itu sangat aneh dan random untuk di jadikan sebagai topik kami berdua.

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

Melihat Sebastian yang sibuk dengan kertas dan pena tinta membuat Mayang bertanya-tanya apa yang sedang Sebastian lakukan.

"Hanya membuat mantra acak"
Mayang hanya mengangguk dan tidak peduli dengan omong kosong dari paman satu ini.
"Aku sudah membawakan beberapa sandwich dan sup untuk sarapan siang mu, aku yakin kamu masih melewatkan sarapan pagi mu"

Kunci menuju dunia lain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang