Last Voice - Yerim Suji

636 51 6
                                    

"Kamu ada jadwal kelas hari ini?" tanya Yerim dalam panggilan video tersebut. Ia tengah di depan cermin rias bersama stylist untuk penampilannya hari ini.

"Hemm, iya babe" jawab Suji dengan nada lesunya.

Yerim tersenyum melihat raut muka yang menurutnya lucu itu.

"Kok ngga semangat gitu sih, aku bentar lagi perform loh"

"Aku kan mau nonton kamu, tapi sebel aja tiba-tiba ada kelas"

"Kasih semangat dong babe, ayo senyum yang lebar"

Suji mengedip-ngedipkan mata bingung, kemudian tersenyum lebar menampilkan deretan giginya.

"AHAHAHAHAHA"
"Ih lucu banget"

Tiba-tiba, suara dari pintu masuk kamar memotong percakapan mereka. "Nona Yerim, sudah waktunya melakukan rehearsal. Sebentar lagi konser akan dimulai," ucap seorang asisten.

"Oh, ya, saya akan segera kesana," jawab Yerim cepat.

"Udah dulu ya, babe. Nanti lagi," ucap Suji sambil memberikan senyum pamit.

"Eumm, semangat babe"

"Makasih, love you babe"

"Love you too"

Pergelaran konser di salah satu stadion baru saja usai. Yerim segera berlari kecil meninggalkan panggung, tangannya terus menerus menghubungi nomor Suji.

"Heh, mau kemana kamu?" salah satu staff menyapa.

"Eung, itu ..." 

"Kamu nanti pulang bareng manajer unnie"

"Anu ... aku udah izin pulang sendiri kok, dah ya unnie, aku buru-buru"

Yerim terus menghubungi Suji.

"Hha halo"

"Sa sayang kenapa suaranya gitu?"

"Hiks, ak aku takut.."

"Sayang lagi dimana?"

"Halo?"

"Halo, sayang," serunya sekali lagi, namun hanya keheningan yang menjawab.

Yerim memasuki mobilnya dengan buru-buru, hatinya berdebar kencang. Panggilan suara yang mendadak mati membuatnya merasa tidak tenang.

Ia menancap gas dan menjalankan mobil dengan kecepatan yang tinggi, menembus jalanan kota yang sepi.

Sekelebat cahaya dari arah berlawanan menghalangi pandangannya. Untungnya, naluri Yerim membuatnya langsung membelokkan mobil ke arah semak-semak di pinggir jalan.

Brukk

"Gila lampu truknya terang banget anjing"

Ddrrt Ddrrtt

Panggilan suara dari nomor tidak dikenal.

Yerim langsung mengangkat teleponnya.

"Halo"

"Halo, apakah saudara kenal dengan Sung Suji?" suara dari seberang telepon terdengar serius.

"Iya pak, saya kenal, ada apa ya pak?"

"Saudara Suji mengalami kecelakan dan sekarang masih dirawat di rumah sakit, kami butuh anda sebagai wali agar persetujuan operasi dapat dilakukan"

...

Seluruh orang sedang berduka, mengenakan pakaian serba hitam di depan sebuah makam.

Tangisan itu tak henti-hentinya terdengar, sangat pilu dan menyayat hati bagi siapapun yang mendengar.

"Suji, ayo pulang, biarin Yerim istirahat dengan tenang" kata Eunjeung mencoba mengajak Suji pergi.

Suji menggelengkan kepala. "Engga, gue mau di sini sebentar lagi."

Eunjeung mengerti perasaan Suji. Ia memahami bahwa Suji membutuhkan waktu untuk meratapi kepergian Yerim. Namun, ia juga khawatir dengan kondisi Suji yang tampak sangat rapuh.



END

Oneshoot (Sung Suji)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang