01.

5 0 0
                                    

Tangannya bergerak lincah memasukkan semua barang yang ada di atas meja berwarna orange dominasi oleh coklat dengan banyak noda bullpoint dan tip x itu. Meja yang semula berantakan, kini terlihat lebih rapi dan nyaman dipandang.

Gadis itu menggendong tas perpaduan antara warna hitam dan peach yang tampak penuh beban  ke atas punggung mungilnya. Tangan kuning kecoklatan yang terlihat cerah saat terkena siraman cahaya darisang mentari itu bergerak mengangkat kursi kayu yang tampak tua, ia meletakkannya di atas meja.

Netranya bergergulir kearah pintu tua yang ada di depan. Ia melangkahkan tujuh puluh persen dari bagian tubuh bawahnya menuju tangga dengan hamparan tanah tanpa rumput liar di bawahnya. 

Bibir tebalnya bergerak, "Anak sebelah udah pulang belum, ya?"  

Ah.  malang sekali nasibmu, Penus. 

Bagaimana perasaanmu jika dihadapkan dengan kenyataan yang harus menginjakkan kakimu di kelas baru tanpa ada satupun teman dekatmu?  Inilah kenyataan pahit yang harus Penus jalani. Membuka lembaran baru tanpa circle-nya. 

Hati mungilnya merasa sangat tersakiti!!

Bagaimana anak seimut, selucu, secantik, dan semenggemaskan Penus harus menjalani ujian ini? Ah, kejam sekai mereka!!!

Setiap langkahnya terasa sangat berat, bak menyeret tumpukan kapas dengan beban seratus kilo gram. Tangannya mengayun bebas ke segala arah, sekarang, ia merasa tak mempunyai tujuan sekolah, penyemangatnya pun hilang.

Tiga minggu lalu, rangkuman hasil  pembelajaran selama seratus delapan puluh dua koma lima hari telah dibagikan, hal yang paling menegangkan terjadi. Coba tebak, apa yang terjadi? Nilai yang telah didapat? Oh, tentu saja bukan!

Menurutnya, hal yang paling menegangkan adalah pembagian jurusan sesuai kemampuan!

Penus adalah remaja introvert yang hari - harinya bersemedi di rumah. Saat menginjak kelas sepuluh, dia merasa sangat senang, akhirnya merasakan rasa mempunya beberapa teman dekat, bahasanya sih, circle.

Walaupun tak banyak, hanya tiga orang yang memungutnya, hatinya membuncah mengeluarkan kebahagiaan setelah merasakan dua tahun tak mempunyai teman saat menginjak sekolah menengah pertama. 

Penus tuh aslinya extrovert, dia gampang banget dapet temen sekali lihat. Tapi itu dulu, sebelum satu dunia harus semedi selama dua tahun di rumah! Kan, kebanyakan semedi  sih, jadi beku kan otaknya? tiap hari kerjaannya cuma bangun tidur, mandi, makan, absen  kelas, buka aplikasi zoom, eh malah lanjut tidur lagi! Waktu bangun gak ngerjain tugas, malah lanjut buka telegram ber jam -jam, ngapain sih sebenernya? Jadi mengong, kan.

Penus adalah Siswi SMK kelas sepuluh akhir desain dan produksi busana, singkatnya sih tata busana, atau tabus. Awalnya dia pengen ambil DKV, untung aja masih waras, dia sadar kalau otaknya gak sebesar itu buat nyetok berbagai ide cemerlang di otak mungilnya yang coquette.

Hari itu, semua rapor  di bagikan ke semua murid, awalnya sih penus seneng - seneng aja waktu masuk di jurusan "butik", karna tiga temannya lain juga pisah kelas. 

Cheesa, si petite yang punya tubuh agak gemoy, yang sialnya dia kebagian tubuh pendek, seratus empat puluh empat centi meter. Anak yang jalannya selalu tegak, kaya anak paskib, kurang beruntungnya lagi, kalau jalan dia sering di bilang "jalan bebek"  di tambah suaranya yang imut kiut kokhek itu nambah kesan cewek pikmi, padahal mah enggak anjrit. Cheesa masuk di penjuruan "Fashion Design"

Yang kedua, ada Biana, si jakung yang sama agak gemoy kayak Cheesa. Si paling organisasi, dikit - dikit rapat, kerjaannya ambil kursi paling belakang deret, dia tempatin di tengah - tengah kursinya sama Zilva, buat apa lagi kalau bukan buat tidur? anak yang tingkat magernya minta ampun, dia masuk "Garment!" bayangin aja, anak semageran ini berkelahit dengan deadline yang bejibun itu!

Terakhir, ada Zilva, si paling Agamis, calon ustadzah yang kerjaannya ngomong "Ayo ndang sholat rek, pilih sholat dewe po tak sholati?" Zilva tuh udah kaya maminya anak sekelas, semua orang panggil dia ibuk! Sebagai anak pertama yang punya adek tiga biji, laki semua lagi, sifat ke-bundaannya tuh keluar setiap saat. Si ibuk tuh, hidupnya lancar jaya, masalahnya cuma satu, seagama, tapi beda aliran (cry cry cry berat).  Zilva juga masuk "Garment", waktu denger itu, dia sedih banget, takut orang tuanya kecewa berat, berharap banget masuk DF, tapi anaknya gak mau. 

Denger ini, semuanya seneng campur sedih, jurusan kita semuanya ketuker. Penus pengen masuk DF, sedangkan Cheesa, Biana, sama Zilva pengennya masuk butik. Yang paling sedih tuh Bia sama Zilva, bayangin kerjaannya nanti aja udah nyerah duluan. Tapi, Bia gak jadi sedih. Tiga kakaknya, masing - masing transfer dua juta buat ngehibur diri.

Dua minggu berlalu, Karna Bia anaknya suka banget nyempil dimana - mana, dia dapat file list pembagian jurusan. Gongnya, ternyata Cheesa, Bia, Zilva tuh satu kelas, mereka masuk DF! Ah, jalur langitnya gak jadi macet ini mah.

Denger berita ini, Penus sedih banget, sempet nangis dua hari gamonin jurusan impiannya. Tiga kali wawancara, dari dua google form, dan satu eye to eye, dia selalu jawab mau masuk  DF, bahkan kalau dadanya kalian belah, coba lihat organ dalamnya, semua pasti isinya DF DF DF DF!!!!

Sorenya, si tiga laknat itu buat status whatsapp dan instagram, yang isinya video jedag jedug dengan tulisan  "Cape - cape nangis beda kelas, eh jalur langitnya gak jadi macet, rugi banget nangis" 

Apa  gak tambah kejer nangisnya si Penus imut kiyut ini? alamak,  kasian kali ah kau ni kutengok.

Setahun bareng - bareng terus, lima hari selalu ketemu, sehari libur main bareng , sehari lagi lanjut kelabakan ngerjain tugas bareng, apa gak langsung ngerasa di tinggalin satu dunia si Penus? 


-🦋-



1. 70% tubuh bagian bawah :: Kaki, 30%nya badan.

2. Mengong :: Bodoh

3. Ayo ndang sholat rek, pilih sholat dewe po tak sholati? :: Ayo cepet sholat guys, pilih sholat sendiri atau tak sholatin?

4. Desain Fashion (DF) :: Lebih fokus dengan jam menggambar manual maupun digital dengan menuangkan semua ide yang di miliki setiap anak. DF membuat desain dan pola sendiri.

5. Butik :: Lebih fokus pada hasil produk yang memuaskan, halus, dan rapi. Butik juga fokus untuk memasarkan produk. Butik membuat baju dengan desain terpacu pada contoh - contoh yang  sudah ada di majalah, maupun media lainnya. 

6. Garment :: Lebih fokus untuk bekerja di konveksi / pabrik. Biasanya di target perharinya, garment menjahit secara partai/borongan.



20 Sep, 2024.

ASSEL.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Judulnya Belakangan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang