4

1 0 0
                                    

"Udah Bin isinya ini aja?" Tanya Arina memastikan kotak isi kotak yang kini berada di meja balkon, diantara mereka semua.

"Yahhh.. seinget gue sih ini aja." Jawab Gavin singkat.

Gavin menunjukkan foto dan bungkus permen coklat yang sudah dia makan. Dia sengaja tidak menunjukkan gelang yang ada didalam kotak guna mengumpan pelaku karena dia tau kalau pelakunya ada diantara mereka yang masuk ke kamar nya kemarin.

"Ini aja sebenernya, caranya agak serem, gue jadi risih, seandainya bisa lebih normal lagi gue bakal terima dengan baik gitu." Ucap Gavin, bukan tanpa alasan dia mengatakan itu. Karena dia berfikir jika dia mengatakan hal itu dan pelaku mendengarnya, pelaku akan merubah taktiknya sehingga Gavin dapat menerimanya dengan baik.

Terlintas dipikiran Gavin untuk memanaskan situasi dibalkon. Dia pun merapihkan kotak itu dan berdiri di ujung balkon.

"Terus mau gimana Bin?" Tanya Akbar heran melihat tingkah Gavin.

"Ya biarin aja." Balas Gavin datar lalu melempar kotak itu dari balkon, lalu membakar rokok.

Semua yang ada di balkon terkejut dengan apa yang Gavin lakukan, sebenarnya ada apa dengan Gavin sampai dia jadi setega itu? Kenapa Gavin membuang barang yang diberikan oleh entah siapa itu.

"Ehh Bin kenapa dibuang?" Tanya Arina dengan nada yang sedikit dinaikan.

Gavin hanya diam menatap ke langit malam yang menurutnya cukup indah hari ini.

Sunyi sejenak, akhirnya rokok Gavin sudah habis dan dia membuang rokoknya.

"Kalo emang beneran orang itu sampe segitu sukanya sama gue, pasti dia ada cara yang lebih baik kan? Langsung bilang juga gak masalah, gue bakal terima dengan baik. Ga begitu caranya." Ucap Gavin yang langsung berjalan masuk kembali ke kamarnya diikuti oleh Akbar, Arina, dan Adel.

Entah apa yang terjadi dengan Gavin sampai Arina dan Akbar mulai menanyakan diri mereka sendiri dan meragukan pertemanan mereka yang sudah sangat lama. Adel diam saja karena dia tidak tau banyak soal sifat Gavin. Ah... Fijar ya.... Biarlah dia.

Tidak banyak perbincangan yang terjadi, dan tidak ada perbincangan yang penting setelah kejadian di balkon. Mereka semua akhirnya pulang dengan kondisi Fijar yang masih baru saja bangun tidur, Akbar yang terlihat lelah, Arina yang masih bersemangat, dan Adel dengan muka datarnya. Mereka semua pamit lalu menuju ke rumah Akbar.

Dirumah Akbar, Fijar memilih menginap karena sudah tidak sanggup membawa kendaraan, Adel dan Arina pamit pulang ke orang tua Akbar begitu pula dengan Akbar.

"Cabut ya Bar!" Teriak Arina dari luar gerbang.

"Iya Bill hati hati!" Balas teriak Akbar dari depan pintu.

Diperjalanan, Arina sedang memainkan handphonenya karena Adel daritadi diam saja. Bosan melanda, sunyi, hanya terdengar suara mesin mobil.

"Del, suntuk gue, idupin lagu dong." Ucap Arina sebal karena daritadi dia merasa sangat sunyi disini. Adel hanya mengangguk lalu menghidupkan lagu.

"Parah banget ya temen lo Na." Ucap Adel datar.

"Yaaaa, begitu deh, kuat kuat ya lo." Jawab Arina sambil memainkan handphonenya.

"Maksud lo?" Tanya Adel heran dengan maksud kata kata Arina.

"Gue tau Delll lo pelakunya, tapi kenapa lo tetep sembunyi aja pas dia begitu, seumur gue bertemen sama dia, gue gapernah ngeliat Gavin sejahat itu sampe buang barang pemberian orang, bahkan dari orang yang dia benci pun dia tetep bakal terima pemberian itu." Ucap Arina yang mengejutkan Adel.

Adel meminggirkan mobilnya lalu melihat ke arah Arina.

"Lo tau darimana kalo gue pelakunya?" Tanya Adel menatap tajam ke Arina, Arina hanya terkekeh melihat ekspresi panik Adel.

"Sebenernya gue gatau, tapi gue cuma kasih umpan ke lo, ternyata hasilnya lo yang ngelakuin itu." Jawab Arina.

"Cara lo agak berlebihan Del, kayaknya Gavin risih dengan cara lo, kalo bisa lo lebih normal lagi ya caranya, masalahnya gue, Fijar, Akbar, bahkan kakaknya Abin sendiri takut sama Gavin kalo dia udah marah. Dia ga main tangan, tapi lebih ke Silent Treatment. Dan gue rasa itu lebih serem daripada dia ringan tangan." Arina menjelaskan singkat tentang Gavin dan Adel hanya mengangguk.

"Sebenernya gue udah dari lama suka sama dia Rin, tapi gue ragu buat ungkapin dan tiba tiba dia ilang waktu itu, sekarang dia balik lagi di saat gue masih nyariin dia, dan kali ini gue gamau kehilangan dia Na." Balas Adel.

"Dasar Cegil." Jawab Arina singkat yang dihadiahi pukulan di pundaknya.







TBC









Yah ketauan ya, biarlah ceritanya bakal panjang juga, btw Author izin menghilang karena sakit.


Sekian, Author izin pamit, Terima Kasih, Sampai jumpa lagi

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang