Kami berdua mendarat dengan baik. Tempat ini sangat indah, aku sedikit ternganga mengagumi tempat ini. Bahkan lebih indah dari pada dua dunia yang telah ia tinggali sebelumnya. Apakah ini dunia dongeng? Penuh warna sekali.
Aku berjalan memasuki gerbang yang terbuka lebar. Kilauan ini membuat mataku terpejam sejenak. Aku mengucek mata, membuka dengan perlahan. Bangunan yang tertata rapi menyusuri jalan. Kota yang dihiasi dengan langit malam yang indah. Dinginnya malam ini tertutupi oleh kehangatan yang tampak oleh mata.
"Ini lebih indah dari yang gue duga," ucapku tanpa sadar.
[Iya kak. Ini adalah tempat tinggal para pemandu dan Half Informan]
"Ya?"
[Kenapa kakak terkejut begitu?]
"Lo gak bilang kalau ini tempat tinggal lo dan Half Informan," omelku.
Dapat ku lihat ia sedikit menggaruk kepala.
[Oh. Apa aku belum mengatakannya pada kakak?]
"Be.lu.m. Lo hanya bilang, untuk menemui Dominant Informan maka kita akan melalui 3 tempat. Salah satunya ini. Tapi gue gak tahu kalau ini adalah tempat lo," ucapku kesal dengan menunjuk-nunjuk dia.
[Hehe. Sepertinya aku lupa. Sebentar! Sepertinya, sebelumnya aku telah memberitahu kakak tentang hal itu? Apa kakak lupa?]
"Gue gak ingat lo pernah ngomongin hal itu, tuh," elakku.
[Cih, padahal kakak masih muda. Ternyata otak kakak sudah tua, ya. Hingga kakak pikun begitu]
Lama-lama kucing ini ngelunjak ya. Aku melipat tangan di dada mengungkapkan rasa kesal ku. Tapi, itu semua tak bertahan lama, kala kucing itu mendusel ke arah ku dengan mata yang berbinar. Keimutan yang sialan. Aku membenci siapapun orang pertama yang menggunakan keimutannya untuk meminta maaf. Aku menghela napas, meraih kucing itu ke pelukan ku. Aku kembali berjalan. Melihat-lihat sekitar.
"Aneh. Tidak ada siapapun disini," ujarku pelan.
[Tentu saja kak. Karena hari ini ada pesta perayaan ulang tahun Auriga. Pemimpin kota ini]
Aku menganggukkan kepalaku.
[Ayo kak. Kita menuju ke tempat pesta. Akan aku perkenalkan kakak dengan pemimpin kota ini, dan juga beberapa teman-temanku]
Aku tersenyum tipis. Mengikuti arahannya menuju tempat pesta. Walaupun kota ini sepi, tapi ia tak merasa terancam sedikit pun. Apa karena ini tempat yang sakral ya?
[Sampai] Tangan berbulu itu menunjuk tempat didepan. Aku yang melamun segera memperhatikan arah tangan itu. Wow, bangunan yang besar. Dan penuh cahaya. Sepertinya banyak makhluk didalam.
"Apa tidak masalah kalau kita masuk kesana? Gue kan hanya orang asing. Kalau lo doang gak masalah sih, karena lo kan dari sini. Tapi gue adalah makhluk asing," ucapku yang merasa tak enak hati.
[Tidak apa-apa kak. Semua yang ada disini sangat ramah. Tidak ada yang akan merundung kakak. Percayalah]
Tatapan meyakinkan itu sedikit meluluhkan kekerasan kepalaku. Aku meneguk ludah kasar. Mendorong pintu besar itu. Cahaya yang berkilau menyambut pandangannya. Ia melangkahkan kaki memasuki tempat.
Hal pertama yang aku lihat adalah, manusia. Apa itu bisa dikatakan sebagai manusia? Mereka bahkan memiliki telinga. Canggung. Itulah yang aku rasakan. Tatapan orang-orang itu kini beralih kearah mereka berdua.
Tanpa sadar aku memeluk Catiem lebih erat. Ternyata keramaian tidaklah cocok untukku. Tapi, kenapa aku dulu sangatlah pecicilan?
(Oh? Apa itu kamu? Pemandu tingkat platinum yang ke 35?)
KAMU SEDANG MEMBACA
One ; The Truth
Fantasy⚠️ DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT CERITA!!! JANGAN PLAGIAT YA, DOSA TAU!!! ⚠️ SOALNYA IDE ITU MAHAL SAYANG ರ╭╮ರ [Update tiap weekend hari minggu] Perjalanannya tak berhenti disitu saja. Lolita, gadis yang memasuki dunia novel itu, kini melanjutkan per...