Prolog

319 22 1
                                    

Membosankan.

Tentu saja. Suasana kelas pada pagi ini sangat membosankan. Dosen didepan yang menjelaskan materi dengan sesekali menegur mahasiswa yang tertidur. Membosankan. Amato berdecak malas. Dia melihat jam yang melingkar di tangan beruratnya. Pukul sepuluh pagi.

Amato melirik kearah meja disebelah kanannya. Dimana disitu seorang gadis berkerudung sedang mengetik apa saja yang dibicarakan oleh Dosen, sesekali juga mencatat di bindernya.

Amato masuk kelas Dosen, hanya karena dia. Seorang gadis yang telah mencuri perhatian Amato. Gadis dengan wajah cantik dan manis, terlihat sedang mendengarkan penjelasan Dosen didepan dengan sangat baik. Amato masih betah merotasikan bola mata nya ke kanan dimana Mara berada.

Gadis itu, gadis itu sialan. Gadis yang dengan entengnya meruntuhkan tembok pertahanan yang dibuat Amato agar tidak jatuh hati pada sembarang gadis, tetapi, Mara, gadis itu tidak melakukan apapun, Mara saat mulai kuliah dulu hanya tersenyum ramah menyapa Amato yang kebetulan meja nya ada di sisi kiri Mara. Mulai saat itu, Amato rajin masuk kelas karena ingin melihat si gadis itu. Mara, namanya.

"Amato! Wajah mu didepan tapi kenapa mata mu melirik kearah lain!?." Dosen itu memukul penggaris rotan di meja nya hingga menciptakan bunyi dentuman yang keras.

Kelas hening. Mara menatap Amato yang kini menatap datar kearah sang Dosen.

"Mata saya kelilipan." Enteng sekali Amato menjawab, pikir Mara.

Dosen didepan semakin melotot. Dia menunjuk Amato dengan penggaris rotan nya. "Kamu! Jawab pertanyaan saya jika kamu benar-benar mendengarkan saya barusan!."

Yaelah. Jawab pertanyaan doang. Eazy.

"Baik." Amato sedikit menoleh ke kanan. Mara, menatap nya dan mengulas senyum manis. Aje gila. Manis banget mbak.

Amato berdehem. Satu kelas masih hening karena dua hal. Rasa takut dan rasa hormat, entah mereka diam karena salah satu alasan itu atau bukan. Yang pasti, mereka tidak mau mengejek di beringas Amato. Kecuali Adrian yang kini tertawa pelan dibelakang meja Amato. Adrian menendang pelan kursi Amato.

"Mampus." Satu kata itu, membuat Amato ingin menenggelamkan Adrian ke Palung Mariana.

"Dengar! Apa saja asas-asas hukum Perbankan Indonesia, negara tetangga kita?." Dosen itu menyeringai menatap Amato.

Wih. Gila. Soal anak SMP ini mah. Mara, Adrian, dan satu kelas menatap Dosen itu dengan pandangan bingung. Loh? Itukan soal untuk Jurusan Hukum. Kenapa ditanyakan di Jurusan Manajemen Bisnis? Mana yang ditanya adalah hukum perbankan di negara sebelah lagi.

Dengan pandangan mata yang setajam elang, Amato mulai menjawab pertanyaan Dosen itu dengan luwes nya.

"Asas-asas yang dikenal dalam Perbankan Indonesia itu; Asas demokrasi Ekonomi, Asas kehati-hatian (prudential  Principle), Asas kerahasiaan (confidential principle), dan Asas mengenal nasabah (know your customer principle)." 

Mara bertepuk tangan kala Amato selesai menjawab soal itu. Mendengar tepukan dari tangan Mara, Adrian dan yang lain juga bertepuk tangan membuat Dosen itu mendelik sinis pada Amato. Dosen apaan begini.

Amato menoleh ke kanan. Dia mengedipkan sebelah mata nya pada Mara. Mara yang menangkap hal itu malah berhenti tepuk tangan dan memandang Amato dengan tatapan penuh tanda tanya.

Amato kelilipan ya? Kayaknya mata dia kemasukan batu akik.

.
.
.
.
Tbc

Haii haii haiii. Ini adalah book nya bapak Crazy kita yaitu amatoooo

Si dark & Si pelangi

See you in the next chapter!! Bye love!

.
.
.

THE MAFIA; Get YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang