1

528 115 2
                                    

Pernikahan? Apa pandangan semua orang sama terhadap satu kata itu? Atau punya banyak pandangan? Mungkin bagi sebagian orang pernikahan adalah hal yang sangat membahagiakan karena akan selalu bersama orang yang memang menjadi takdirnya sampai akhir hayat yang memisahkan secara langsung keduanya.

Tapi, bagi sebagian yang lainnya pernikahan adalah satu kata yang mengerikan, satu kata yang tak mereka inginkan terjadi, karena berbagai alasan, mulai dari kesetiaan yang mungkin akan di pertanyakan dan lain sebagainya.

Lalu? Bagaimana pandangan orang-orang dengan pernikahan yang diawali dengan perjodohan? Mungkin semuanya akan serentak mengatakan kalau semuanya akan berakhir tidak bahagia karena hanya sedikit yang berakhir bahagia. Mungkin itu adalah salah satu yang saat ini di rasakan oleh pemuda mungil yang tampak cantik, Huang Renjun. Atau sudah menjadi Lee Renjun sejak 4 tahun lalu, dan mungkin akan kembali sebagai Huang Renjun. Sungguh ironis sekali baginya.







"Apa maksudmu Hyung? Jadi? Siapa sebenarnya Woon bin?" Ucap renjun menatap suaminya yang hanya bisa menunduk dengan sosok wanita hamil yang duduk disebelahnya. Sungguh sekarang rasanya airmata berlomba-lomba untuk keluar dari matanya.

"Woon bin adalah anakku renjun."

"Bagaimana mungkin? Bukankah kau mengatakan padaku sendiri, kalau kau menemukan Woon bin di rumah sakit dan tak memiliki siapapun lagi?" Ucap renjun tak percaya semua ini.

"Dia anakku dengan kekasihku. Kim Yeri."

"Kekasih? Wanita yang kau bilang sudah kau putuskan sebelum pernikahan denganku Hyung?" Pria dominan yang berstatus sebagai suaminya itu hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Lalu? Dimana dia? Kenapa tak membawa anaknya bersamanya?"

"Dia tiada saat melahirkan anakku." Runtuh sudah pertahanan renjun, airmatanya mengalir keluar dari matanya tanpa bisa dihentikan.

"Kau membohongiku selama 4 tahun Hyung?" Ucap renjun tak percaya.

"Mianhe."

"Lalu? Siapa dia?"

"Kekasihku, kang Mina. Dia tengah mengandung anakku dan dalam waktu 4 bulan lagi akan melahirkan. Kami harus menikah."

"Lalu bagaimana denganku Hyung? Apa setidaknya aku pernah berarti sebagai istri Hyung?" Ucap renjun menatap nanar suaminya itu.

"Maaf, aku tak mencintaimu renjun. Kau tahu kita menikah karena perjodohan. Dan aku ingin kita berakhir. Jadi, tandatangani surat ini." Ucapnya memberikan surat itu lada renjun.

"Kenapa kau Setega ini padaku Hyung? Aku bahkan juga menanggung sendiri saat keguguran calon anak kita, lalu kebohongan soal Woon bin dan sekarang ini?" Ucap renjun.

"Karena itu aku ingin berpisah denganmu. Kau bisa menandatangani nya dan kita bertemu di pengadilan. Ini adalah harta gono-gini." Ucapnya memberikan kartu ATM pada renjun. Renjun tak menyangka semua ini benar-benar menimpah dirinya. Padahal dalam pandangannya pernikahan adalah sekali seumur hidup dan ini tak pernah terlintas dalam benaknya sama sekali.

"Baiklah." Ucap renjun lalu diapun menandatangani surat itu agar visa segera pergi dari rumah itu.

"Makasih renjun-ssi." Ucap wanita bernama kang Mina itu, dan renjunpun memberikan kembali atm dari suaminya itu.

"Aku tak butuh harta gono-gini, lagian hanya kau yang bekerja Hyung, aku tak ada hak sama sekali. Jadi, ambil saja." Ucap renjun lalu diapun masuk kedalam kamarnya dan mengambil koper lalu memasukkan barang-barang nya dan melihat anak yang telah dia anggap anaknya sendiri tertidur dengan nyenyak. Sungguh mengetahui kebenaran soal Woon bin membuat hatinya semakin sakit dan tergores.

Setelah beberapa menit, renjunpun keluar dengan koper dan diapun melihat keduanya berdiri.

"Nanti saat Woon bin bangun berikan dia makan. Makanannya bisa di panaskan." Ucap renjun walaupun airmata terus keluar dari matanya itu.

"Ne, aku pasti akan merawatnya dengan baik renjun-ssi." Ucap mina. Lalu renjunpun akan pergi tapi melihat kedatangan dua orang lainnya. Bahkan salah satunya langsung memukul mantan suaminya.

"Jeno! Hentikan! Sudah tak perlu memukul Mark Hyung seperti itu, ini sudah keputusan kami baik-baik." Ucap renjun dan pria bernama jeno itu lantas menghentikan pukulannya pada sang kakak sepupu, Mark Lee.

"Kau benar-benar brengsek Hyung.' ucapnya pada Mark.

"Bisakah kita pergi dari sini jeno? Haechan?" Ucap renjun pada keduanya.

"Jeno, ayo." Ucap pria bernama Haechan itu dan ketiganya pun pergi.

Di perjalanan ketiganya hanya diam saja, tanpa ada pembicaraan apapun.

"Injunie? Gwanchana?"

"Akan bohong jika aku mengatakan baik-baik saja bukan? Aku sangat terluka sekali. Aku tak menyangka semuanya berakhir seperti ini." Ucap renjun.

*Kau harus tenang renjun, kau punya aku dan jeno."

"Aku minta maaf atas namanya renjun, biar bagaimanapun dia adalah sepupuku." Ucap jeno.

"Itu bukan salahmu. Ini hanya takdirku saja." Ucap renjun lalu melihat keluar jendela.

"Ingin tinggal bersama kami renjun?" Ucap Haechan.

"Aku—"

"Setidaknya tinggal di tempat kami sampai persidangan. Sembari kau mencari apartemen." Ucap Haechan memotong perkataan renjun.

"Hmm. Gomawo." Ucap renjun sembari menganggukkan kepalanya.

"Kau tak perlu mengucapkan terimakasih renjun." Ucap Haechan.

"Aku juga akan membantumu mencari pekerjaan. Kau tenang saja, anggap saja ini adalah kompensasi dari takdir mu. Mengerti?"

"Hmm." Angguk renjun lalu diapun kembali melihat kearah luar jendela dengan airmata yang terus mengalir seperti kran rusak.















Sementara itu, di tempat berbeda terlihat tiga orang dewasa dengan dua anak yang kira-kira berumur setahun tengah berkumpul.

"Akan merepotkan jika kau membawa sih kembar ke kantor jaemin, apalagi asisten pribadimu yang merangkap sebagai babysitter baru saja berhenti."

"Lalu aku harus apa mom? Mommy juga harus merawat Daddy."

"Hei, Daddy tak harus dirawat seperti tak bisa melakukan apapun jaemin. Lagian Daddy juga tak masalah mommy mengurus anakmu. Lagian dia cucu kami." Ucap sang ayah.

"Baiklah, tapi kalau kalian kesulitan langsung katakan padaku."

"Kau tenang saja jaemin, mommy rak akan kesulitan, karena mommy sudah pernah mengurus mu saat seumur mereka."

"Hmm."

"Sekarang kau harus tata kembali hidupmu nak, ini hanya sebagian dari takdirmu. Dan kau jangan pikirkan lagi sih brengsek itu, karena karma pasti berlaku." Ucap sang ayah.

"Hmm. Sekarang hidupku hanya untuk sih kembar mom, dad."

"Apapun untuk kebaikanmu mommy dan Daddy akan terima jaemin." Ucap sang ibu tersenyum dan pria bernama jaemin itu hanya mengangguk sembari melihat kedua anak kembarnya itu.







































✍✍✍

Breathing (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang