Nohyuck dan renjun sampai di mansion itu yang disambut dengan senyuman oleh jaeyong sedangkan jaemin hanya berwajah datar juga kedua anak kembar yang hanya menatap polos.
"Ini Huang Renjun, dia yang akan bekerja dengan jaemin imo, samchun."
"Saya Na Taeyong, ibu dari na jaemin."
"Saya Na jaehyun, ayahnya."
"Huang Renjun." Ucap renjun membungkuk.
"Ini Na Jaemin, dan ini adalah Na Eun Seok juga Na Sungchan" Ucap taeyong dan renjun hanya mengangguk tanda mengerti.
"Pekerjaanmu cukup gampang, kau akan menjadi asisten anak kami, sekaligus babysitter, mengenai mansion ini tidak perlu cemas karena ada para maid. Juga saat jaemin ke kantor kau akan ikut begitu pula dengan sih kembar, itulah kenapa profesimu merangkap. Apa mengerti?"
"Ne." Angguk renjun.
Disaat bersamaan Eun Seok menangis dan renjunpun langsung menggendongnya dan menenangkannya.
"Hei jagoan, kenapa menangis hmm? Apa popoknya penuh? Kau haus?" Ucap renjun mengajak bayi berumur satu tahun itu untuk berbicara. Eun Seok seketika diam dan menggapai wajah Renjun dengan tangan kecilnya membuat renjun tersenyum pada bayi menggemaskan itu. Lalu diapun berjongkok dan melihat sungchan di stroler.
"Jagoan tampan ini tidak boleh ikut menangis hmm? Aku akan menggendong kalian bergantian." Ucap renjun tersenyum sembari mengelus kepala sungchan dan sungchan hanya menatapnya bahkan memegang jari renjun. Jaemin hanya melihat saja karena dia cukup kaget, pasalnya kedua anak kembarnya sangat sulit dekat dengan orang lain.
"Ma~" Ucap keduanya. Membuat semuanya kaget karena itu satu kata yang baru mereka dengar dari keduanya.
"Ne? Kau berbicara padaku, coba ulang lagi." Ucap renjun sangat senang karena biar bagaimanapun ini bisa mengobati rasa sakitnya lalu diapun meletakkan Eun Seok di sebelah sungchan. Haechan bahkan sampai mendekat.
"Hei, ayo katakan lagi. Imo ingin mendengarnya." Ucap Haechan antusias.
"Haechan jangan begitu, mereka bisa menangis.'
"Mian." Ucap Haechan tersenyum pada renjun.
"Ma~ma" Ucap keduanya membuat semuanya kaget bahkan jaemin juga sama kagetnya.
"Dia mengatakan Mama ren. Yaampun mereka sangat menggemaskan." Ucap Haechan dan renjun hanya terdiam lalu diapun kembali tersenyum.
"Imo, aku imo."
"Ma~"
"Tidak masalah renjun, sih kembar baru bisa mengatakan itu, lagian tak masalah juga. Jaemin juga tak akan mempermasalahkannya."
"Ne." Angguk renjun.
"Coba panggil Daddy." Ucap Haechan, setidaknya jaemin bisa senang kalau anaknya bisa mengatakan itu.
"Pa~pa~" Ucap keduanya sembari teraenyum. Jaemin lantas mendekat dan berjongkok melihat kedua anak kembarnya itu.
"Kau kaget bukan jaem, dia memanggilmu papa " Ucap Haechan tapi jaemin hanya diam saja dan mengelus kedua kepala anaknya.
"Pa~" jaemin tersenyum kecil karena panggilan itu, sungguh rasanya sangat menyenangkan. Bahkan semuanya bisa melihat aura kebahagiaan jaemin, walaupun dia hanya berwajah datar.
"Syukurlah dia sangat menyayangi anaknya." Batin renjun.
"Baiklah aku dan Haechan akan pulang dulu." Ucap jeno.
"Kenapa cepat sekali jen?"
"Aku masih ada pekerjaan imo."
"Baiklah, njun aku dan jeno pulang dulu. Ingat semangat dan jangan bersedih oke?"
"Hmm." Angguk renjun lalu nohyuck pun pergi.
"Renjun, mari biar aku antarkan ke kamarmu." Ucap taeyong dan renjun hanya mengangguk sembari membawa kopernya menaiki lantai dua sedangkan jaemin masih bermain dengan anaknya untuk mendengar kata-kata lainnya bersama jaehyun.
Jaehyun menyentuh bahu anak sematawayang nya itu hingga membuat jaemin melihat ke sang ayah.
"Daddy tahu kalau kau sangat bahagia karena satu dua kata yang bisa diucapkan oleh sih kembar. Disitulah rasa bahagia memiliki seorang anak jaem."
"Hmm." Angguk jaemin.
"Mereka berdua adalah harta paling berharga yang kau punya. Jadi, harus kau jaga dengan baik. Mengerti?"
"Hmm." Angguk jaemin.
Di kamar renjun.
Renjun membulatkan matanya karena kamarnya sangat luas dan mewah sekali bukan seperti kamar para pekerja.
"Apa nyonya tidak salah?"
"Tentu saja tidak nak. Ini adalah kamarmu. Karena kau penting di mansion ini, dan pintu itu adalah pintu penghubung ke kamar sih kembar."
"Makasih nyonya "
"Kalau kau berterimakasih jangan panggil aku begitu."
"Ne?"
"Panggil aku imo. Begitu pula dengan suamiku. Mengerti?"
"Tapi nyonya?"
"Aku tidak terima bantahan dan ini perintah. Mengerti nak?"
"Ne, makasih imo." Ucap renjun tersenyum.
"Sama-sama. Sekarang kau bisa istirahat. Nanti sore bisa mulai bekerja." Ucap taeyong dan renjun hanya mengangguk lalu taeyong pun meninggalkannya. Saat menutup pintu kamar, taeyong pun berhenti.
"Ntah kenapa dia sangat mirip dengan winwin dan yuta." Monolog taeyong lalu pergi menuju lantai satu untuk bermain dengan sih kembar. Renjun meletakkan kopernya di sudut kamar itu, lalu diapun membuka tas sandangnya lalu melihat fotonya dan woon bin, karena biar bagaimanapun dia sangat menyayangi anak itu. Walaupun kenyataan sangat pahit baginya juga bagi Woon bin yang tak mengerti apapun saat ini, semuanya benar-benar salah Mark sepenuhnya.
"Mianhe bin-ah, Mama tak bisa bersama denganmu lagi ataupun membawamu, melihatmu akan membuatku semakin terluka. Mama harap kau bahagia dengan ayah juga ibu barumu." Monolog renjun sembari meneteskan airmatanya.
✍✍✍
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathing (jaemren)
Fanfiction"Akankah rasa sakit ini akan berakhir dan berganti menjadi kebahagiaan? atau aku tak akan pernah merasakan kebahagiaan?"~Huang Renjun