3

293 101 1
                                    

Keesokan paginya, jeno pergi bekerja dan Haechan pergi ke boutique karena memang Haechan memiliki boutique, hingga renjun tinggal di mansion pasangan itu, tadinya Haechan mengajaknya tapi dia menolak karena ingin sendiri dan menenangkan dirinya lebih dulu.

Sekarang renjun terlihat tengah membantu para maid membuat para maid sungkan tapi renjun terus menegaskan kalau tak masalah karena dia juga ingin ada kesibukan. Setelah membersihkan beberapa tempat, renjunpun menuju taman belakang dan diapun duduk di ayunan sembari menatap langit yang cerah dan seakan mengejeknya saat ini. Dia bahkan terdiam dan mengingat kenangan dengan orangtuanya. Satu-satunya kenangan indah yang dia miliki dalam hidupnya.

Drrtt...Drrtt...Drrtt...

Lamunan renjun buyar karena suara ponselnya dan saat dia melihat yang tertera adalah nama dari ibu Mark.

"Hallo imo?"

"...."

"Ne, aku akan kesana." Lalu panggilan berakhir dan renjunpun langsung menuju kamarnya untuk bersiap-siap bertemu mantan mertuanya karena biar bagaimanapun dia ingin mengakhiri semuanya dengan baik-baik sebelum memulai kehidupan barunya, sendirian.







At. Cafe xxx.

Renjun masuk dan melihat Kyung Soo yang menunggu lalu diapun mendekat dan membungkuk.

"Duduklah nak." Renjun lantas duduk dihadapan Kyung Soo.

"Apa kau baik-baik saja?" Renjun hanya tersenyum.

"Aku tahu anakku sudah keterlaluan karena sslingkuh darimu, tapi aku sudah mengatakan padanya untuk meninggalkan wanita itu, mark bisa berubah, kau hanya perlu terima anainya dan menjalani kehidupan keluarga kalian dari awal."

"Aku tidak bisa imo. Semuanya terlalu menyakitkan."

"Setidaknya lakukan untuk Woon bin, ingat anak kalian renjun, kalian berdua mengadopsinya. Dia sekarang sangat merindukanmu."

"Apa Mark Hyung belum mengatakan siapa Woon bin pada imo?"

"Apa maksudmu nak?"

"Ini bukan hak ku untuk mengatakannya imo, aku harap setelah imo tahu kebenarannya nanti, imo tak marah pada Woon bin dan masih menyayanginya. Mengenai keputusanku, semuanya sudah bulat imo, aku akan tetap berpisah dari Mark Hyung. Imo harus menerima wanita itu, dia sedang mengandung cucu imo. Saya permisi." Ucap renjun tersenyum lalu diapun pergi begitu saja sembari menangis. Sungguh kehidupannya saat ini benar-benar sangat berat baginya.









At. Mansion utama keluarga Na.

Nohyuck pada akhirnya berkunjung saat jam makan siang dan langsung disambut hangat oleh orangtua jaemin, sedangkan pria itu hanya menatap datar tanpa ekspresi. Haechan hanya bisa diam saja karena jaemin sangat mengerikan baginya.

"Bagaimana kabar kalian nak?"

"Kami baik imo." Ucap Haechan tersenyum.

"Apa Doyoung Hyung masih ada di Taiwan jen?"

"Tentu saja samchun. Bunda sangat sibuk dengan anak bungsunya."

"Kau masih saja cemburu pada adikmu jeno, padahal kau sudah ada Haechan."

"Haechan dan bundaku itu berbeda taeyong imo.*

"Arra." Ucap ibu dari jaemin, Lee Taeyong.

"Kalian kabarnya baik bukan?" Ucap Haechan.

"Seperti yang kau lihat Chan. Ayah dan ibumu masih di Chicago?"

"Hmm, bulan depan mereka bakalan ke Thailand sih katanya." Ucap Haechan.

"Mereka memang suka berpetualang." Ucap ayah jaemin, Na jaehyun.

"Samchun benar sekali." Ucap Haechan.

Oeeekkk...oeekkk....

Jaemin lantas langsung menaiki tangga menuju kamar anaknya yang berhubung dengan kamarnya lalu rak lama diapun membawa kedua anak kembarnya kebawah yang sesegukan karena menangis.

Haechan langsung mendekat dan menggendong salah satunya.

"Yaampun anak imo kenapa hmm? Eunseok kenapa hmm? Jangan menangis lagi dong." Ucap Haechan pada salah satu anak kembar jaemin, Na Eun Seok dan anak itu hanya memandangnya saja walaupun sesegukan.

"Sangat menggemaskan sekali " Ucap Haechan kembali.

"Kapan kalian akan punya anak?" Ucap taeyong.

"Doakan saja imo, aku juga ingin." Ucap Haechan.

"Pasti." Ucap taeyong. Jeno lantas mendekat lalu diapun mengambil yang satunya dari gendongan jaemin.

"Yaampun sungchan semakin mirip kau saja jaemin." Ucap jeno menggendong anak jaemin yang satunya, Na sungchan.

"Jelas saja dia anakku." Datar jaemin.

"Aaa baiklah, aku juga tahu itu." Ucap jeno kikuk.

"Imo, aku tahu dari jaemin katanya samchun harus berobat ke LA 2 Minggu lagi ya?" Ucap jeno.

"Hmm." Angguk taeyong.

"Lalu bagaimana dengan sih kembar?" Ucap Haechan.

"Makanya kami mencari asisten pribadi untuk jaemin sekaligus merangkap babysitter sih kembar, dan dia hatus tinggal disini." Ucap taeyong.

"Nono bagaimana kalau injunie saja?" Ucap Haechan dan jeno langsung melihat kearah Haechan.

"Apa kau yakin?"

"Tentu saja. Renjun sangat ahli mengurus anak kecil, sih kembar pasti akan semakin gembul."

"Kita tanyakan padanya ya."

"Hmm."

"Siapa renjun?" Ucap jaehyun.

"Apa kita bisa duduk dan menceritakannya samchun, seperuinya nanti kalian juga akan tahu." Ucap jeno dan jaehyun hanya mengangguk lalu merekapun duduk di sofa kecuali jaehyun yang duduk di kursi roda.

Jeno dan Haechan memulai bercerita semuanya tanpa ada yang dikurangi ataupun ditambahkan.

"Kasihan sekali dia." Ucap taeyong.

"Aku tak menyangkah Mark akan sebrengsek ayahnya." Ucap jaehyun.

"Takdirnya mirip jaemin bukan imo?"

"Kau benar." Ucap taeyong sedangkan jaemin hanya diam saja dengan wajah datarnya.

"Takdir itu mengerikan nak, tapi ada maksud dari semua itu, kita hanya harus menunggu." Ucap jaehyun.

"Samchun benar." Ucap jeno.

"Kapan sidang perceraian keduanya?"

"Lusa imo."

"Setelahnya bawa saja kemari, tak masalah dia bisa bekerja dan melupakan semuanya. Jaemin pasti akan menyetujui nya."

"Apa mommy berpikir dia orang baik?"

"Tentu saja jaem. Yang tak baik adalah Mark, kau mungkin tak terlalu mengenalnya karena kau lama di LA bersama halmonie dan halbojie."

"Dia orang baik jaem, kau tak perlu cemas."

"Baiklah, tapi tetap dia harus melalui masa training." Datar jaemin

"Itu kembali pada keputusanmu." Ucap jeno.

Setelah kembali dari mansion keluarga Na, nohyuvjpun melihat renjun yang terdiam melamun di ruang tengah dengan televisi yang menyala.

"Nono, kau bersih-bersih saja, aku akan bicara pada renjun."

"Hmm." Angguk jeno lalu diapun pergi menuju kamar mereka. Haechan mendekat dan duduk disebelah renjun, lalu menyentuh tangan sahabatnya itu membuat renjun menatapnya lalu memeluknya dan menangis, Haechan hanya bisa menepuk pelan punggung sempit sahabatnya itu, agar sahabatnya segera tenang.





































✍✍✍

Breathing (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang