Chapter 11

145 17 1
                                    

Keesokan paginya, Wonwoo mengajak Mingyu dan Chan untuk ketemuan lagi di depan minimarket seperti biasanya sambil menikmati beberapa makanan seperti onigiri, mie rebus, sosis, dan juga beberapa minuman.

"Bagaimana cara kita agar bisa menyingkirkan permainan ini?" kata Chan.

"Dengan cara membuat persekutuan anak D. Kita bisa memanfaatkan keinginan untuk naik tingkat. Mari kita kumpulkan anak-anak di tingkat D. Lalu kita semua naik ke tingkat C." kata Wonwoo.

"Apa? Aku bisa jadi anak C?" kata Chan.

"Kamu tergoda, kan? Itu namanya keinginan untuk naik tingkat. Siapapun akan tergoda. Satu orang bisa menggunakan lima suara setiap permainan, kan? Aku sudah menghitung peluangnya di rumah. Kita butuh lima suara untuk tetap di tingkat C. Kita bertiga. Kita bisa menambah tiga orang lagi di tingkat D dan berbagi suara. Kita semua akan berakhir di tingkat C dengan berbagi lima suara." kata Wonwoo.

"Tingkat C..." gumam Mingyu.

"Maka akan ada 11 orang di tingkat C nanti. Akan ada lebih banyak orang di tingkat C daripada di tingkat D. Piramida akan runtuh lebih mudah daripada yang kita duga. Permainan akan berakhir saat Pyramid Game gak  dalam bentuk piramida. Jadi, kesimpulannya adalah kita harus mengumpulkan anak D yang ingin naik ke tingkat C." kata Wonwoo.

"Kalau begitu, siapa anak D yang akan kita pilih?" kata Mingyu.

"Benar juga. Bagaimana kita bisa menemukan orang yang gak berhubungan dengan mereka-mereka yang di tingkat lebih tinggi? Aku bahkan gak terlalu mengenal anak-anak di kelas." kata Chan.

"Aku juga." kata Mingyu.

Wonwoo tiba-tiba mengeluarkan beberapa lembar kertas di meja yang membuat Mingyu dan Chan terkejut. Lembaran kertas itu adalah daftar riwayat hidup milik para siswa kelas 2-5. Wonwoo mendapatkannya kemarin di ruang guru.

Kembali ke waktu Wonwoo berada di ruang guru kemarin.

Situasi di ruang guru kebetulan sedang ramai dan para guru terlihat tidak fokus dengan sekitar mereka. Pak Lee juga sedang tidak berada disana. Wonwoo menghampiri Pak Jeon yang kebetulan barusan menutup pintu lemari arsip yang berisi data-data para siswa.

"Pak Jeon, saya datang untuk menjalankan tugas untuk wali kelas saya. Bolehkah saya minta tolong untuk buka lemarinya?" kata Wonwoo.

Pak Jeon kemudian membuka lemari tersebut, "Pastikan kamu menguncinya kalau sudah selesai." katanya lalu meninggalkan Wonwoo.

"Terima kasih, Pak." kata Wonwoo lalu melihat sekelilingnya sejenak.

Masih dengan situasi yang sama, Wonwoo pun menunduk dan berjongkok untuk mengambil sebuah binder berisi daftar riwayat hidup siswa kelas 2-5 di bawah sana. Wonwoo memotret seluruh data para siswa disitu dengan ponselnya secara cepat. Tidak mungkin jika Wonwoo harus memfotokopi dokumen penting itu, bisa-bisa Wonwoo dicurigai.

Kembali ke masa kini.

"Kebetulan kemarin itu adalah hari terakhir untuk memperbaiki daftar riwayat hidup kita. Pak Lee sedang gak ada disana dan situasinya kacau sekali. Aku meminta Pak Jeon untuk membuka lemari arsip dan mengatakan bahwa aku sedang diberi tugas." kata Wonwoo, membuat Mingyu dan Chan tercengang mendengarnya.

"Wah... Kamu ini memang sangat pintar, Jeon Wonwoo." kata Chan.

"Kamu juga pandai berbohong." kata Mingyu pada Wonwoo.

"Ini gak sulit, kok. Kamu hanya perlu cepat tanggap saja. Kamu akan bisa lebih cepat tanggap saat merasa putus asa." kata Wonwoo.

"Terkadang kamu mengingatkanku pada seseorang. Caramu dalam berpikir dan bersikap." kata Mingyu.

SEVENTEEN : Pyramid GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang