Pagi hari adalah hari untuk bersantai bagi Serraphine. Tentu saja, karena dirinya hanya bekerja di malam hari. Lantas, apa yang Serraphine lakukan dari pagi hingga menjelang malam?
Bersenang-senang.
Dengan uang yang ia dapat dari pekerjaannya.
“Thanks for the ride, Mr. Aymeric. Have a great day,” katanya, tersenyum manis pada pria yang memberikan tumpangan padanya dan membiarkannya tidur di rumah pria itu semalam.
Setelah mobil Aiden melaju meninggalkan tempat wanita itu berdiri, Serraphine mengeluarkan ponselnya. Ia berjalan memasuki apartemen tempat tinggalnya.
Sebuah telepon kemudian tersambung, membuat Serraphine memindahkan ponselnya di samping telinganya. “The diamond rings,” ujarnya, memberi jeda sebentar. “Gue udah dapet lokasi auction-nya. I'll send you the location.”
Benar. Tujuan Serraphine menerima Aiden Aymeric sebagai kliennya adalah karena cincin berlian itu. Cincin bernilai ratusan juta dolar yang diincar oleh semua orang kaya di dunia ini.
Tapi, Serraphine dan anggotanya sama sekali nggak berniat untuk mengikuti lelang dan membeli cincin tersebut dengan harga mahal.
Melainkan, mereka berencana untuk mencurinya.
Serraphine—bukan. Maya. Di apartemennya, dia bukan lagi Serraphine. Dia adalah Maya.
Maya membuka pintu unit apartemennya yang nggak terkunci. Ternyata teman sekamarnya sudah pulang duluan.
“Sha,” sapa Maya, sembari bersandar di pintu kamar Shanette, memamerkan selembar kertas cek yang diberikan Aiden untuknya. “Dih, pamer,” balas temannya itu, melemparkan boneka kecilnya pada Maya.
Maya tertawa, ia kemudian mendekat untuk duduk di tepi kasur milik Shanette. “Gue kira lo bakal stay sama pacar lo lebih lama,” herannya. Shanette menggeleng dengan wajahnya yang cemberut. “Jadi model, mah, sibuk terus, May.”
“Gak bosen?” Shanette menatapnya bingung, seolah bertanya “Apaan?” hanya dengan ekspresi wajahnya.
“I mean, you could just look for another man. With your looks, it's shouldn't be a problem, isn't it?”
Shanette mengangguk pada perkataannya. Memang, sih, yang Maya katakan benar. Tapi,
“He benefitted me a lot. Kalau nggak ada dia, mungkin gue udah mati, May. Ever since gue mutusin buat terjun di dunia ini sama lo, udah berapa kali gue hampir mati, coba? And who saved me all this time? It's him.”
Temannya itu tertawa ringan sembari mengelus pundak Shanette di sampingnya. “Then I guess I should thank him for keeping my buddy alive.”
“By the way, your ex keep bugging me last night. Lo ngeblokir nomornya?” Maya mengangguk-anggukan kepalanya. “Iya, lah? Buat apa juga gue dengerin all of his bullshit.”
“Bukannya dulu putusnya baik-baik, ya?” Maya berdehem sebentar sebelum menjawab pertanyaan Shanette. “Nope. He's the bad guy, trust me,” bisiknya. Ia kemudian bangkit dari tepi kasur Shanette, mengulurkan tangannya.
“It's sunny outside, a nice weather to go shopping!”
Mr. Arsenalio (Client)
| Last night was fun. You gave me good advices. And thanks for the service. I heard you're looking for this?
| sent a picture.
| I'll send the file as soon as possible. Please make sure you don't run into bad guys.
| Next time don't bother using a recorder. Ask me directly, I'll give you whatever you want.Ah, so he knows.
However, it seems like he doesn't know yet that it wasn't me who was looking for that.
It was his enemy, Aiden Aymeric.
✯
KAMU SEDANG MEMBACA
Spies & Riches
Novela JuvenilLadies can be all the things they told them not to be. ©2024, eIysvia.