Tokyo dan Soraru

Babak 3: Tokyo, Soraru, dan Pelukan Hangat

Mafumafu bangun dari tidurnya dengan badan lemas dan rambut acak-acakan. Ia pergi menuju dapur dengan langkah berat. Pagi ini Tokyo masih terasa dingin, beku, dan menyesakkan seperti hari-hari sebelumnya. Ia menatap ke arah mesin kopi yang teronggok manis di atas kabinet. Berpikir untuk membuat kopi pagi hari dan melanjutkan pekerjaan yang belum selesai.

Jam sudah menunjukkan angka sebelas siang saat Mafumafu selesai menghabiskan segelas kopi hitamnya. Ia kembali melangkah ke dapur untuk membuat gelas kedua. Tetapi, di tengah kegiatan membuat kopi, ia mendengar langkah kaki yang berhenti di depan pintu apartemennya. Kemudian, orang tersebut memencet bel sebanyak dua kali.

Siapa yang datang ke apartemennya siang-siang begini? Seingatnya, ia tidak membuat janji untuk bermain dengan temannya hari ini.

Suara bel kembali terdengar, membuat Mafumafu segera pergi menuju pintu depan. Dengan cepat ia memeriksa siapa yang ada di depan pintunya lewat kamera intercom, dan saat itu jantungnya berdebar sangat cepat.

"Aku tidak sedang berkhayal, kan..."

Pintu dibuka, menampilkan sosok pemuda dengan sweater rajut hitam yang tersenyum manis ke arahnya. Pemuda itu kemudian masuk ke dalam apartemen Mafumafu dengan santai dan segera mengganti sepatu miliknya dengan sandal rumah yang disediakan.

"Kamu lama sekali membuka pintunya, aku kedinginan, lho."

Mafumafu tidak memberikan respon. Ia hanya terdiam mematung dengan tatapan tidak percaya.

"Hei, Mafumafu kamu–"

Pelukan erat diterima sang pemuda sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya. Kemudian terdengar suara isak tangis dan air mata yang membasahi bahunya. Ia menepuk-nepuk punggung Mafumafu dengan lembut dan membalas dengan pelukan yang sama eratnya.

"Aku pulang, Mafumafu. Maaf sudah membuatmu menunggu lama. Habis ini kita main game bersama lagi, ya?"

Saat itu Tokyo masih terasa dingin. Namun, tidak terasa beku dan menyesakkan seperti hari-hari sebelumnya. Sebab Mafumafu sudah kembali ke pelukan hangat Soraru, dan selamanya Tokyo tidak akan terasa menyesakkan lagi.

Love u pleiadeshush