Siang hari yang terik di Sekolah Menengah Atas Negeri 49 di Kota X. Anak-anak kelas XII baru saja keluar kelas setelah melaksanakan ujian akhir hari keempat. Seharusnya di musim hujan seperti sekarang ini, di bulan Maret, cuaca tidak terlalu panas. Namun entah kenapa suhu hari ini begitu tinggi, membuat tubuhku berkeringat. Aku memandang langit, berharap setidaknya awan hitam tanda hujan akan turun terlihat. Tetapi tidak, hanya langit biru bersih yang membentang dari ujung ke ujung.
Seusai ujian aku tidak langsung pulang karena wali kelasku memanggil beberapa siswa yang belum kebagian hasil tugas yang dikumpulkan terakhir kali. Termasuk aku. Jadi kami semua berkumpul di depan kelas.
Sebelumnya perkenalkan dulu ya. Namaku Windi, umur 18 tahun. Aku termasuk anak yang super rajin kalo udah berhubungan sama sekolah. A typical nerd. Kacamata minus tipis, rambut panjang terikat dengan sedikit poni di bagian dahi. Meskipun begitu, orang-orang bilang aku terlihat sangat manis dengan penampilan sederhanaku. Wajahku kecil dengan bibir tipis, membuatku erat kaitannya dengan innocent girl. Apalagi dengan tubuhku yang tergolong pendek, hampir gak sampai 150 cm. Ya, setiap orang yang memandangku pertama kali pasti akan mengambil kesan itu, bahwa aku cewe polos. But that's not true. At all.
Jauh di dalam isi kepalaku, aku menyimpan banyak pikiran-pikiran kotor. Aku cenderung memiliki libido yang lumayan tinggi. Akibatnya, aku cukup sering membaca cerita-cerita smut atau 18+ di beberapa website yang aku tahu. Termasuk juga cukup sering menonton film porno. Bukan hanya sekadar porno, aku bahkan memiliki fetish sendiri. Aku sering berfantasi gimana rasanya di-gangbang beberapa cowo sekaligus. Semua pikiran-pikiran itu kerap membuatku terangsang seketika hingga membuat CD-ku basah. Lalu mau gak mau aku bakal mulai mencari bacaan atau tontonan dewasa hanya untuk memenuhi kebutuhanku.
Meski begitu, sebenarnya aku punya crush di sekolah. Ia merupakan teman masa kecilku dari sejak SD kelas 4. Kami berdua pergi ke sekolah yang sama sejak itu sampai sekarang. Di SMP kami berbeda kelas, namun sejak di SMA kelas 2 kami kembali berada di kelas yang sama sampai sekarang.
Namanya Rian. Duduknya selalu paling belakang. Meskipun sebenarnya ia cukup pintar. Hanya saja memang sifatnya sedikit cuek. Cuek terhadap pelajaran, cuek terhadap guru. Termasuk cuek sama cewe-cewe. Dan ini yang bikin aku susah buat deketinnya, padahal kita udah selalu bareng dari SD. Aku udah menganggap dia lebih dari sekadar teman. Rumahnya berdampingan denganku sehingga tiap kita pergi ke sekolah hampir selalu berbarengan.
Kalo kita berdua jalan berdampingan pasti orang-orang bakal ngira kita adik kakak. Tingginya mungkin hampir 180 cm, makanya dia gampang masuk ke tim basket sekolah. Kulitnya sawo matang dengan wajah yang cukup manis. Dia memang bukan pemain bintang di tim basketnya, tapi dia cukup membuatku menaruh hati. Bahkan sejak aku ketemu dia waktu kecil.
Kembali ke latar waktu sekarang.
Siang itu beberapa siswa sudah berkumpul di depan kelas, menunggu ibu guru wali kelas kami datang.
"Yang namanya dipanggil maju ke sini buat ambil makalahnya," ujar Bu Reni, wali kelas kami tidak lama kemudian sambil berjalan ke arah kami dengan membawa tumpukan kertas.
Satu per satu kami maju dan mengambil makalah masing-masing yang sudah 'dicorat-coret' alias dinilai.
"Cipta Riandi," panggil bu guru.
Aku menoleh ke arah kumpulan barisan kami yang masih berdiri di sana, tanpa melihat orang yang dipanggil namanya ada di sana.
"Rian mana?" tanya bu guru.
"Ngga ada bu," jawab salah satu teman sekelasku.
"Yaudah ini ibu titipin aja. Yang rumahnya deket siapa? Kamu kan, Windi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Foursome: a Girl's Fantasy
General FictionWarning! Peringatan 1: Konten dewasa berunsur 18+ 🔞 Peringatan 2: Cerita ini mengandung unsur homoseksual (bxb/manxman/gay). Buat yg homophobic disarankan buat gak baca! Windi, seorang gadis remaja SMA tingkat akhir memiliki rasa terhadap teman mas...