Ada yang ingat dengan puisi terkenal ini?
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu..Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat
Disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada
Yah, ini adalah puisi cinta pertama yang kubaca tak lain tak bukan dimuat di buku pelajaran. Aku mengetahui puisi ini Karya Sapardi Djoko Damono. Walau tak begitu mengerti makna dari puisi tersebut, tapi kata-katanya yang syahdu dan terasa lembut begitu melekat di otakku. Tak jarang aku merasa kagum dan merasa terhormat karena pernah membaca puisi indah tersebut.September 2005 (15 Tahun)
Hari itu, Aku bertemu gadis manis berlesung pipit indah menempel di kedua pipinya. Dengan seragam SMA yang dia kenakan, aku tahu dia pasti lebih tua dariku. Di bawah terik matahari sehabis upacara bendera, siswa dari berbagai sekolah berkumpul di kubunya masing-masing.
Di sini, di dalam kulit dan dagingku yang terbungkus seragam SMP, agak kumal karena keringat efek seharian bergelut dengan teman-teman sebayaku. Sekali lagi di sini, di dalam dadaku yang terbungkus kulit berwarna sawo setengah matang, ada segenggam daging yang terus saja berdetak kencang ketika menatap gadis itu. Pikiran bocahku yang sering terdoktrin sinetron televisi langsung bereaksi, apakah Aku jatuh cinta pada pandangan pertama?
Seperti lelaki sejati, kubawakan minuman dan tisu lalu mendekat ke arah gadis yang sedari tadi mengipas-ngipaskan kepalanya dengan potongan karton bekas minuman kemasan yang tadi dibagi-bagikan panitia upacara. Dia sudah punya minuman sendiri, kenapa aku membawa minuman lagi? tapi tenang saja, aku tak minder sama sekali, minuman dariku spesial. Di tangannya sekarang hanya air bening, sedangkan yang kubawa berwarna dan lebih segar, lebih segar pokoknya warna oren pake es batu. Aku menyodorkan minuman yang kubawa padanya sambil memasang wajah sekeren mungkin.
"Taksa, namaku Taksa Uri," kataku tanpa basa basi.
Dia menengadah melihatku, lalu menunjuk dirinya sendri. Ah, aku berpikir dia mau bilang "Ini untukku?"Tanpa membiarkan dia bicara aku mengangguk dengan mantap, kuarahkan tangannya untuk menggenggam minuman dari tanganku.
"Ini untuk menyeka wajahmu." Kataku seraya memberikan sekotak tisu. "Walaupun kau masih terlihat cantik saat berkeringat." Sambungku lagi, lalu buru-buru pergi karena sudah tak kuat lagi menahan malu. Saat itu entah setan apa yang merasukiku, seperti orang bodoh aku tersenyum sambil berjalan menunduk menatap kakiku sendiri.
***
Beberapa bulan kemudian sesuatu yang tak menyenangkan terjadi. Saat itulah aku mulai mengerti arti puisi yang selama ini ada di buku pelajaran itu. Gadis pujaanku yang berlesung pipit indah, yang dengan gagah berani kuhampiri sambil membawa minuman dan sekotak tisu kini menjadi kakak tiriku.
Benar, Ayahku menikah lagi setelah tidak kuat menjomblo selama 5 bulan karena ibuku pergi ke atas sana meninggalkan kami.
Ingin rasanya aku menyumpahi ayah. Aku yang bahkan jomblo dari lahir tak pernah banyak cerita dan mengeluh, yang kulakukan hanyalah mendoakan hujan setiap malam minggu. Harusnya ayah ikut berdoa bersamaku saja, bukan malah menikah lagi, dan lebih parahnya dia menikahi ibu gadis itu, dunia ini benar-benar kejam untuk hati rapuhku yang baru saja jatuh cinta."Taksa?" katanya dengan suara tanpa beban, ternyata dia masih ingat namaku. Yah, siapa sih yang bisa melupakan pria sejati seperti aku? lewat perkenalan sebagai keluarga itu, aku mengetahui namanya. Flower Miana, nama ini yang tak sempat kutanyakan saat itu karena terlalu malu. Panggilannya Flo, nama yang cantik seperti orangnya. Namun, meski aku terpana dengan keindahan nama apalagi keindahan Flo, aku masih tetap jengkel. Aku marah pada ayahku, dan hal itu merembet hingga aku ingin membencinya juga. Dia, gadis manis berlesung pipit itu, aku harus menghindarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Flower Who Give Me a Chance
Short StoryDahulu, saat aku masih duduk di bangku sekolah ada satu puisi yang terkenal. Puisi itu muncul di buku pelajaran, kadang juga di soal ujian. "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan api kepada kayu yang menjadi...